Spirit Kebangkitan Ummat

Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian. Kemudian belia SAW diam.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani) “Siapa saja yang melepaskan ketaatan, maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa memiliki hujjah. Dan siapa saja yang meninggal sedang di pundaknya tidak ada baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa).” (HR. Muslim). “Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan (memperlihatkan) bumi kepadaku. Sehingga, aku melihat bumi mulai dari ujung Timur hingga ujung Barat. Dan umatku, kekuasaannya akan meliputi bumi yang telah dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku….” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Abdullah Berkata, ”Pada saat kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba Rasulullah SAW ditanya, manakah di antara dua kota yang akan ditaklukkan pertama, Konstantinopel atau Roma(Italia). Rasulullah SAW bersabda: ”Kota Heraklius yang akan ditaklukkan pertama—yakni Konstantinopel.” (HR. Ahmad)

Kamis, 13 September 2012

abdullah bin Saba’ (Yahudi yang pura-pura masuk islam) tokoh besar syi’ah sekaligus pendirinya

 
Judul Buku : Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah
Penulis : Al-Imam Ibnul Arabi
Ukuran :
Tebal : 406 hal
Harga : Rp 85.000 jadi Rp 75.000,-
Penerbit : Pustaka Sahifa



Para ‘ulama terdahulu, baik dari kalangan ahli hadits, ahli sejarah, ataupun yang lainnya telah sepakat akan keberadaan tokoh besar syi’ah sekaligus pendirinya yang bernama Abdullah bin Saba ’, tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian syi’ah rafidhah.

—————
Abdullah bin Saba’ yang juga dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari negeri Yaman, tepatnya dari daerah Shan’a (Ibu kota Yaman). Ia berpura-pura masuk islam pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan untuk menghancurkan islam dari dalam.
Berbagai macam fitnah ia timbulkan. Ia terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan, juga terlibat mengobarkan fitnah pada perang Jamal antara Ali dan ‘Aisyah, dan perang Shiffin antara Ali dan Mu’awiyyah radhiallahu ‘anhum. Kemudian pada pemerintahan ‘Ali ia kembali membuat ulah dengan memunculkan satu fitnah besar yaitu mengajak manusia untuk meyakini Khalifah Ali sebagai Tuhan. Dengan sebab ulahnya itulah para Saba’iyyah ketika itu harus rela dibakar oleh seorang yang mereka anggap sebagai Tuhan.[1]

Abdullah bin Saba ’ atau yang juga disebut dengan Ibnu Sauda’ bukanlah tokoh fikti sebagaimana sangkaan sebagian orang-orang syi’ah sekarang. Diantara alasan mereka yang tidak mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’ adalah, kata mereka, riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang hakekat Abdullah bin Saba’ adalah lemah karena melewati jalur seorang perawi bernama Saif bin Umar At-Tamimi, ia telah dilemahkan oleh beberapa pakar hadits Ahlus Sunnah terkemuka.
Alasan mereka yang sangat lemah ini dapat kita jawab dari beberapa sisi:
Pertama: pernyataan mereka bahwa para ulama pakar hadits telah melemahkan Saif bin ‘Umar At-Tamimi adalah benar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa yang mereka lemahkan adalah periwayatan haditsnya (maksudnya jika ia meriwayatkan hadits maka haditsnya lemah) adapun dalam masalah sejarah maka beliau dapat dijadikan sandaran dan rujukan, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar (beliau termasuk ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib 1/408 dan Taqribut Tahdzib 1/408 :

Saif bin Umar At-Tamimi pengarang kitab Ar-Riddah, ada yang mengatakan dia Adh-Dhabi ada yang mengatakan selainnya, Al-Kufi Dha’if haditsnya, (akan tetapi) Umdah (bisa dijadikan sandaran) dalam bidang tarikh/sejarah.”

Imam Adz-Dzahabi (juga ‘ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) berkata dalam kitabnya Mizanul I’tidal 2/ 255, “Ia adalah pakar sejarah yang paham.”
Demikian pula Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi 10/249 menyebutkan seperti ucapan Ibnu Hajar diatas.
Umar Kahalah dalam kitabnya Mu’jamul Muallifin 4/288 mengatakan, “Saif bin Umar At-Tamimi Al Burjumi, Ahli sejarah berasal dari Kufah.”
Maka jelaslah bahwa yang dilemahkan oleh para muhaditsin adalah riwayat haditsnya, adapun dalam permasalahan sejarah maka beliau termasuk ahlinya yang dapat dijadikan sandaran.
Kedua: perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan Abdullah bin Saba’ baik yang terdapat dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir, Tarikh Thabari, atau selain keduanya tidak hanya datang dari jalur Saif bin Umar At-Tamimi, akan tetapi juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang sebagiannya shahih. Diantaranya adalah:

Diriwayatkan dari jalur Abu Khaitsamah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammar ad-Duhani katanya, saya mendengar Abu Thufail berkata …..”
Diriwayatkan melalui jalur ‘Amr bin Marzuk ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zain bin Wahb ia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhuberkata, ‘ada apa denganku dan dengan orang jahat yang hitam ini (maksudnya Abdullah bin Saba’) ia telah mencela Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhu.”
Diriwayatkan pula melalui jalur Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyas dari Mujalid dari Sya’bi ia berkata, “Pertama kali yang berdusta adalah Abdullah bin Saba’.”
Ibnu Ya’la Al-Mushili berkata dalam kitab Musnadnya, “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Al-Asadi ia berkata, telah menceritakan kepada kami Harun bin Shalih dari Harits bin Abdurrahman dari Abul Jallas katanya, ‘aku mendengar Ali berkata kepada Abdullah bin Saba’, ‘….”
Berkata Abu Ishaq al-Fazzari dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’ dari Zaid bin Wahb …………. (lihat semuanya di Lisanul Mizan 2/40)

Ketiga: juga terdapat dalam kitab rujukan Syi’ah baik itu kitab tentang firqah, hadits, atau rijal riwayat yang cukup banyak yang sama sekali tidak melewati jalur Saif bin Umar At-Tamimi. Sebagaimana yang akan kita jelaskan insya Allah
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Ahlus Sunnah
Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:

Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)

Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.

Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu,‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”
Dan selain mereka banyak sekali.
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Syi’ah

Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
Dan selain keduanya.
Maka dari uraian diatas kita mengetahui bahwa Abdullah bin Saba ’ bukanlah tokoh fiktif/khayalan/rekaan/dongeng. Ini telah menjadi kesepakatan para ‘ulama sejarah, hadits, dan pengarang kitab tentang firqah, thabaqat, Rijal, adab, dan Ansab. Maka kaum syi’ah tidak memiliki celah untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba ’.

Jadi pembahasan tentang Abdullah bin Saba ’ tidak sebatas ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabarisaja dan tidak hanya melalui jalur periwayatan Saif bin ‘Umar At-Tamimi, walaupun beliau adalah seorang yang dapat dijadikan sandaran dalam bidang sejarah sebagaimana yang kami jelaskan diatas.

Setelah ini semua, masihkah kita mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba ’ si Yahudi yang berpura-pura masuk islam?
Inilah yang dapat kami suguhkan pada kesempatan kali ini. Wallahu a’lam bish shawwab.

Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu dielu-elukan oleh orang syiah moderen dan orang orentalis, agar mereka bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah. Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan Abdullah bin Saba , sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya : 1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, yang teksnya : "Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba . Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk Sana , seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al Madain�." Ref : Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971) hal : 22, 23. 2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : "Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr, Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : "Wahai Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain" Ref : Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbuat athani, Teheran 1963. 3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat barita-berita tentang Abdullah bin Saba , lalu ia menyebutkan satu contoh, yaitu bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : "Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuhpuluh saksi atas kematiannya,maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi". Ref : Firaqus Syiah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931. 4) Al Kisysyi mencantumkan (dari tokoh-tokoh abad ke empat) beberapa rawayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya, dan ini sebagiannya : "Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al Qummi, ia berkata : telah menceritakan kepada saya Saad bin Abdillah bin Abi Khalaf Al Qummi, ia berkata telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin abdillah bin Sinan telah berkata : telah menceritakan kepada saya Abu Jafar Alaihis Salam : sesungguhnya Abdullah bin Saba , adalah orang yang mendakwakan kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam, sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata : Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya : Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebanaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata : syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu." Ref : Al Kisysyi : Rajalul Kasysyi hal : 98, 99, marifatu Akhbaarir Rijaal (al mathbaah al musthafawiyah 1317) hal : 70. 5) Abu Hatim Ar Razi (322H) (bukan Abu Hatim Sunni karena ia meninggal th 277 H) menyebutkan bahwasanya Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikuti perkataannya dari kalangan As Sabaiyah, adalah mereka mendakwakan sesungguhnya Ali adalah Tuhan dan beliau menghidupkan orang mati, dan mendakwakah menghilangnya Ali setelah meninggal dunia dan berhenti sebatas itu� Ref : Az Zinah Fil Kalimaatil Islamiyah Al Arabiyah, hal : 305. ditahqiq oleh DR. Abdullah bin Salum As Samiraai (terbitan Daarul Huriyah litabaah, di baghdad 1392 H / 1972). 5) Berkata syeikh golongan ini : Abu Jafar Muhammad bin Al Hasan at Thuusi (460 H). tentang Ibnu Saba, bahwa sesungguhnya ia telah kembali ke kafiran dan menampakkan pujian yang melampaui batas, kemudian ia menukilkan di kitabnya " Tahdziibul Ahkaam" sikap Ibnu Saba dimana ia menantang Ali dalam mengangkat kedua tangan ke langit. Ref : At Thuusi "Tahdziibul Ahkaam" (diterbitkan oleh Darul Kutub Al Islamiyah / Teheran, cetakan ke dua) dita;liq oleh Hasan AL Musawi, 2/322. Al Hasan bin Ali Al Hulliy (726 H) menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela). Ref : Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah / An Najfah 1392 H) : 2/71. Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mu�tazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syiah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu Saba , bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba , karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nas (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam. Ref : Tabaqatul Mutizilah (diterbitkan oleh Faranz syatainr / setakan Al Katolikiyah / Bairut hal : 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal : 5. Ini adalah sebagian kecil dari nas-nas yang dikandung oleh buku-buku syiah dan riwayat-riwayat mereka tentang Abdullah bin Saba , dan saya sebutkan di riwayat-riwayat di atas tanpa komentar karena nas itu sendiri sudah cukup untuk memberikan apa yang kita maksudkan di sini, nas-nas itu boleh dikatakan dokumen-dokumen tertulis membantah orang-orang dari kalangan syiah belakangan ini berusaha untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba dan meragui kabar beritanya, dengan dalih sedikitnya berita atau lemahnya sumber-sumber yang menceritakan. Adapun perkataan tentang Saif bin Umar At Tamimi yang mereka berusaha untuk menegakkan benang basah, dengan dalih Saif bin Umar At Tamimi haditsnya tidak bisa diterima, maka saya katakan : Okelah kalau seandainya yang anda cantumkan dari perkataan ulama jarh wa tadil tentang Saif bin Umar at Tamimi, bahwa lemah dan haditsnya tidak bisa diterima. Pembicaraan anda terpokus pada Saif bin Umar At Tamimi yang berkapasitas sebagai muhadits (ahli hadits dan yang meriwayatkan hadits). Dan apa gerangan perkataan ulama tentang dia sebagai orang yang berkapasitas Ahli sejarah, marilah kita kembali ke buku-buku rijal (jarh wa tadil) : Berkata Adz Dzahabi : adalah ia sebagai ahli sejarah yang mengetahui" (Mizan Itidal : 2/255). Berkata Ibnu Hajar : Lemah dalam Hadits, pakar (rujukan) dalam sejarah" (Taqriibut Tahdziib no 2724). Dangan ini habislah lemah dan ditinggalkan yang dinisbatkan ke diri Saif dalam segi Hadits bukan dalam segi sejarah Inilah titik pembahasan kita. Perlu diketahui, kita harus membedakan antara meriwayatkan hadits dengan yang meriwayatkan sejarah (kisah), maka atas yang pertama (riwayat hadits) hukum-hukum dibangun dan ditegakkan, dilaksanakannya hudud, maka ia berhubungan langsung dengan pokok syariat agama yaitu sunnah nabi, dan sinilah ulama selalu sangat hati-hati menentukan syarat-syarat orang yang akan diambil riwayatnya. Berbeda halnya dengan riwayat sejarah (kisah), walaupun tak kalah penting �apalagi dalam mengisahkan sejarah sahabat- akan tetapi tidak melahirkan hukum-hukum yang lazim dari ajaran agama, karena perkataan seseorang itu bisa dipakai dan dibuang kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi) sebagaimana kata Imam Malik. Sebab semua perkataan nabi menjadi syariat bagi kita, semua yang shahih harus diambil dan tidak boleh ditinggalkan. Sebagai argumen yang memperkuat perkataan kita bahwa Saif bin Umar At Tamimi ini adalah umdah, pokok, dan tempat bersandar dalam masalah sejarah, 1) Bahwa Imam Thobari menukil darinya kejadian-kejadian fitnah lebih banyak daripada yang lain, sampai-sampai ia berpatokkan kepadanya. (lihat At Thobari :4/344). 2) Kemudian Adz Dzahabi menjadikan Saif adalah salah satu sumber yang dipegangnya dalam kitabnya Tarikhul Islam. (lihat tarikhul Islam : 1/14,15).3) Adapun Ibnu Katsir ia lebih cenderung untuk menshahihkan riwayat Saif dalam kronologi terbunuhnya Utsman, walaupun ia mencatumkan lebih dari satu riwayat dalam bab itu, perlu diketahui bahwa di bab itu ada riwayat Khalifah bin Khayat (salah seorang guru Bukhari) dan riwayatnya lebih kuat dari riwayat Saif. (lihat bidayah wan nihayah : 7/203) Dari pandangan ahli sejarah yang terdahulu kita meninjau pendapat ahli sejarah masa kini tentang Saif bin Umar At Tamimi : Muhibbuddin Al Kahthib berkata tentang Saif : �. Dan beliau adalah ahli sejarah yang paling mengetahui tetang sejarah Iraq " (lihat : Dan darinya dari guru-gurunya ia berkata : dan ia orang yang lebih mengetahui dari kalangan ahli sejarah tetang kejadian di Iraq . Berkata Ahmad Ratib Armusy : dan jelas dari reffrensi buku-buku biografi, bahwa sesungguhnya Saif tidak termasuk perawi hadits yang diandalkan (dipercayai), akan tetapi pengarang-pengarang buku biografi itu sepakat bahwa dia adalah pakar / pemimpin dalam sejarah, bahwasanya dia itu adalah ahli sejarah yang mengetahui, dan sungguhn At Thobari telah bersandar kepadanya dalam kejadian-kejadian di masa permualaan Islam (lihat buku Fitnah wa waqiatul Jamal, hal : 27). Adapun Dr. Ammar At Tholibi mengisyaratkan bahwa Saif adalah termasuk ahli sejarah yang terdahulu, karena ia meninggal pada zaman pemerintahan Ar Rasyid (193 H) setelah tahun 170 H, dan dari segi lain ia merupakan rijal Tirmizi (279 H) �orang-orang yang melaluinya Tirmizi meriwayatkan hadits-, dan ia (Tirmizi) belum menyanggah riwayatnya akan perawi lain.

Dan tidak seorangpun dari kalangan ahli hadits dan ahli sejarah yang membantah khabarnya (riwayatnya) khususnya berhubungan dengan Ibnu Saba. (lihat buku : Araa Khawarij : 77). Kita tambahkan lagi di sini bahwa sesungguhnya orang-orang yang menghukum Saif itu lemah (dalam hadits), dan berbicara tentang dirinya, mereka meyebutkan Ibnu Saba, dan mereka tidak mengingkarinya, seperti : Ibnu Hibban (Al Majruhiin 1/208 dan 2/253), Adz Dzahabi (Al Mughni fi Duafaa 1/399 dan di Mizanul Itidal 2/426) dan ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/290). Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba , bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah terdahulu yang menjadi pegangan mereka. Dan sesungguhnya orang yang berusaha mengkaburkan dan mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba , sama dengan orang yang mengingkari cahaya matahari pada siang bolong yang terang benderang. Dan sama dengan orang yang mengingkari keberadaan Kumaini yang celaka yang telah meninggal.
— 

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar