Spirit Kebangkitan Ummat

Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian. Kemudian belia SAW diam.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani) “Siapa saja yang melepaskan ketaatan, maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa memiliki hujjah. Dan siapa saja yang meninggal sedang di pundaknya tidak ada baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa).” (HR. Muslim). “Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan (memperlihatkan) bumi kepadaku. Sehingga, aku melihat bumi mulai dari ujung Timur hingga ujung Barat. Dan umatku, kekuasaannya akan meliputi bumi yang telah dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku….” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Abdullah Berkata, ”Pada saat kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba Rasulullah SAW ditanya, manakah di antara dua kota yang akan ditaklukkan pertama, Konstantinopel atau Roma(Italia). Rasulullah SAW bersabda: ”Kota Heraklius yang akan ditaklukkan pertama—yakni Konstantinopel.” (HR. Ahmad)

Rokhmat S. Labib -Telaah Wahyu




[64] Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia! PDF Print E-mail


Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.


Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (TQS al-Hadid [57]: 20).

Kesenangan dunia kadang melenakan. Tak sedikit manusia yang terlena olehnya. Seolah dunia adalah segala-galanya sehingga seluruh hidupnya dicurahkan untuk meraihnya. Untuk itu, mereka pun lupa dan lalai mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Padahal, suatu saat mereka harus berpisah dengan kehidupan dunia. Segala kenikmatan dan kesenangan dunia pun berakhir. Sementara mereka tak memiliki bekal untuk akhirat. Ketika itu terjadi, yang muncul adalah penyesalan tak berujung.
Agar tiada ada penyesalan, maka kehidupan dunia harus dipahami dengan benar. Ayat ini memberikan penjelasan yang benar mengenai hakikat kehidupan dunia.

Hanya Permainan dan Perhiasan
Allah SWT berfirman: I’lamû annamâ al-hayâh al-dun-yâ la’ib wa lahw wa zînah (ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, dan perhiasan). Kandungan ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya diberitakan mengenai adanya dua golongan manusia. Pertama, orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Dan kedua, orang-orang yang ingkar dan mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka ini dipastikan menjadi penghuni neraka.
Kemudian dalam ayat ini dijelaskan tentang hakikat kehidupan dunia. Disebutkan bahwa kehidupan dunia tak lebih sebagai la’ib[un] wa lahw[un] wa zînat[un] (permainan, sesuatu yang melalaikan, dan perhiasan).
Menurut al-Biqai, al-la’ib berarti ta’ib lâ tsamrah lahu (keletihan yang tidak memberikan hasil). Sesuatu yang batil seperti mainan anak-anak. Al-Alusi juga mengatakan, ungkapan tersebut untuk menggambarkan bahwa dunia merupakan sesuatu yang remeh. Sesuatu yang tidak akan membuat tertarik orang-orang berakal, apalagi merasa tenteram. Sebab, dunia adalah permainan yang tidak menghasilkan sesuatu kecuali keletihan.
Adapun al-lahw, menurut al-Biqa’i, adalah sesuatu yang menyenangkan manusia, hingga dapat melalaikan dan memalingkan dari perkara yang berguna, kemudian berakhir seperti permainan anak-anak muda.
Sedangkan zînah adalah sesuatu yang menyenangkan mata dan jiwa seperti halnya perhiasan perempuan. Menurut Abdurrahman al-Sa’di, perhiasan tersebut menghiasi pakaian, makanan, minuman, kendaraan, tempat tinggal, istana, dan kehormatan. Allah SWT berfirman: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang (TQS Ali Imran [3]: 14).
Di samping itu juga: wa tafâkhur baynakum (dan bermegah-megah antara kamu). Kata al-tafâkhur berarti al-takabbur, yakni saling berlomba-lomba, memamerkan, dan membanggakan diri dengan harta, nasab, kemuliaan, dan kedudukan mereka. Rasulullah SAW bersabda: Empat perkara pada umatku yang termasuk perkara jahiliyyah yang tidak mereka tinggalkan adalah berbangga-bangga dalam ahsâb (kemuliaan leluhur) (HR Muslim dan Ahmad).
Disebutkan pula: wa takâtsur fî al-amwâl wa al-awlâd (serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak). Artinya, masing-masing orang menginginkan lebih banyak daripada yang lain dalam harta dan anak-anak. Demikian Abdurrahman al-Sa’di dalam tafsirnya.
Menurut sebagian mufassir, sebagaimana dikutip Ibnu al-Jauzi dalam Zâd al-Masîr, apa yang disebutkan dalam ayat ini adalah keadaan orang kafir terhadap kehidupan dunia.

Akan Lenyap Tak Bersisa
Setelah tentang kehidupan dunia, kemudian diberitakan bahwa semua kesenangan dan kebanggaan mereka itu akan lenyap tak bersisa. Realitas ini digambarkan dalam kalimat selanjutnya: Kamatsali ghayts a’jaba al-kuffâr nabâtuhu (seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani). Menurut al-Razi, kata al-ghayts berarti al-mathar (hujan). Ini sebagaimana disebutkan dalam QS al-Kahfi [18]: 45. Sedangkan yang dimaksud dengan al-kuffâr di sini, ada dua pendapat. Pertama, bermakna al-zurrâ’ (petani). Para petani itu terpesona dengan tanaman-tanaman yang tumbuh subur akibat hujan lebat. Menurut al-Azahari, orang Arab menyebut petani sebagai al-kâfir karena menutup benih yang ditanam dalam tanah. Kedua, orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT. Mereka jauh lebih terpesona terhadap keindahan dunia dan isinya dibandingkan kaum Mukmin. Penyebabnya, mereka tidak melihat kebahagiaan lain selain kehidupan dunia.
Tanaman yang terlihat subur, hijau, dan memesona tersebut kemudian berubah. Allah SWT berfirman: tsumma yahîju fatarâhu mushfarr[an] (kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning). Kata yahîju berarti yajiffu wa yaybasu (kering) setelah berwarna. Sedangkan fatarâhu mushfarr[an] menggambarkan bahwa tanaman tersebut telah berubah; yang sebelumnya hijau dan segar menjadi kuning dan layu. Demikian penjelasan al-Syaukani dalam tafsirnya Fat-h al-Qadîr.
Bahkan lebih dari itu: tsumma yakûnu khuthâm[an] (kemudian menjadi hancur). Al-Syaukani memaknai frase ini sebagai futât[an] hasyîm[an] mutakassir[an] mutahathim[an] (hancur,  remuk, dan berkeping-keping). Dengan demikian, kehidupan dunia diumpamakan seperti tanaman yang memesona orang-orang yang melihatnya karena warnanya yang hijau dan amat menyenangkan. Namun tak lama kemudian hancur seolah-olah tidak pernah ada.

Kehidupan Akhirat
Setelah diingatkan tentang hakikat kehidupan dunia, kemudian dijelaskan mengenai keadaan di akhirat. Di akhirat kelak hanya ada dua keadaan. Pertama, azab yang pedih. Allah SWT berfirman: Wa fî al-âkhirah ‘adzâb syadîd (dan di akhirat [nanti] ada adzab yang keras). Azab yang pedih tersebut ditimpakan kepada orang-orang yang mengingkari Allah SWT dan ayat-ayat-Nya. Juga orang-orang yang tertipu dengan gemerlap dunia dan melupakan akhirat.
Dan kedua, ampunan dan ridha-Nya. Allah SWT berfirman: wa maghafirah minal-Lâh wa ridhwân (dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya). Ampunan dan ridha Allah SWT itu diberikan kepada para walinya dan ahl al-thâ’atihi (pelaku ketaatan kepada-Nya).  Hal ini juga dtegaskan dalam banyak ayat, seperti QS al-Mulk [67]: 12.
Di akhir ayat ini kembali ditegaskan: wa mâ al-hayâh al-dun-yâ illâ matâ’ al-ghurûr (dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu). Dalam kehidupan kehidupan dunia memang terdapat kesenangan dan kenikmatan. Namun semua itu merupakan ujian dan cobaan bagi manusia. Jika manusia terpedaya dengan ujian dan cobaan tersebut; habisan-habisan mengejarnya hingga melupakan akhirat, maka dia telah tertipu. Di akhirat mendapatkan siksa yang pedih.
Namun sebaliknya, jika kenikmatan tersebut digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pahala dan ridha-Nya, maka dia telah sukses menghadapi cobaan tersebut. Said bin Jubair berkata, “Dunia merupakan kesenangan yan menipu apabila melalaikan kamu dari mencari ke akhirat. Ada pun jika mengajakmu kepada mencari ridha Allah dan akhirat, maka itu sebaik-baik wasilah (sarana).”
Inilah pandangan yang benar tentang hakikat kehidupan. Jangan sampai menjadi orang yang tertipu dengan gemerlap dunia, melupakan akhirat! Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.[]

Ikhtisar:
1. Semua kenikmatan dunia bersifat fana, sedangkan akhirat bersifat kekal abadi
2. Kesenangan dunia tidak boleh melupakan akhirat. Sebaliknya, justru harus dijadikan sebagai sarana untuk meraih pahala, ridha, dan surga-Nya.


1[64] Jangan Tertipu dengan Kenikmatan Dunia!

2 [63] Kezaliman Pasti Dibalas
3 [62] Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Selamatkan dari Azab
4 [61] Perkataan Paling Baik
5 [60] Jangan Tergoda Harta Ghulûl
6 [59] Waspadai Propaganda Syetan!
7 [58] Tawaran Menggiurkan untuk Ahli Kitab
8 [57] Bertakwa dan Berkata Benar
9 [56] Pemimpin Fasik: Sebab Kehancuran Sebuah Negeri
10 [55] Pilih Islam, Campakkan Lainnya
11 [54] Ikutilah Agama yang Diridhai
12 [53] Rapuhnya Pelindung Selain Allah
13 [52] Jadilah Penolong Dînul-Lâh
14 [51] Perniagaan yang Menggiurkan
15 [50] Bertaubat untuk Mendapat Ampunan
16 [49] Keistimewaan Nabi SAW dan Istri-istrinya
17 [48] Mengambil Pelajaran dari Bencana
18 [47] Bertaubat dan Taat kepada Syariah
19 [46] Maksiat: Sesat dan Diancam Azab
20 [45] Berinfak untuk Jihad dan Kebinasaan
21 [44] Membalas Serangan dengan Seimbang
22 [43] Jangan Tertipu Keindahan Dunia
23 [42] Doa, Ketaatan, dan Hidayah
24 [41] Ramadhan, Alquran, dan Puasa
25 Nasihat yang Harus Menjadi Pelajaran
26 Membeli Surga dengan Jihad
27 [38] Nasihat yang Harus Menjadi Pelajaran
28 [37] Membeli Surga dengan Jihad
29 [36] Menyikapi Musibah
 30 [35] Berbakti kepada Orang Tua
31 Agar Harta Tidak Lenyap Sia-Sia
32 Alquran Obat Kehidupan
33 Menolak Ide Kebebasan Beragama
34 Ancaman bagi Orang yang Ragu
35 Mewaspadai Sikap Kaum Munafik
36 Tawakkal Menyongsong Rezeki
37 Para Penghuni Neraka Saqar
38 Perniagaan yang Tak Akan Merugi
39 Hilal dan Hakikat Kebajikaan
40 Ujian Kebenaran Iman
41 Akibat Berlaku Durhaka
42 Potret Dua Golongan Manusia
43 Masuk Islam Secara Kâffah
44 Orang Paling Merugi Amalnya
45 Iman Sebagian, Ingkar Sebagian
46 Isra' Mi'raj dan Kepemimpinan Umat Islam
47 Menyingkirkan Makanan yang Haram
48 Ikuti Jalan Islam!
49 Membersihkan Kehidupan dari Perzinaan
50 Jangan Ikuti Hizb al-Syaythân
51 Menjemput Pertolongan Allah
52 Karakter Kaum Pelaku Dosa
53 Menjadi Umat Terbaik
54 Pemimpin yang Wajib Ditaati
55 Yahudi Pasti Kalah
56 Jangan Takut Menghadapi Yahudi
57 Ancaman Bagi Orang Murtad
58 Adab terhadap Rasulullah SAW
59 Makar Kaum Kafir Pasti Tumbang
 http://mediaumat.com