Ramadhan & Lailatul Qadar : Rahasia penamaan dan keutamaan Lailatul Qadar
Allah SWT menurunkan Al-Qur'an pada lailatul qadri (malam yang agung), yaitu lailah mubarakah (malam yang dibekahi). Itulah malam yang nilai ibadah pada saat itu lebih utama dari ibadah selama 1000 bulan, yaitu setara dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan. Itulah malam yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Karena besarnya kemuliaan dan keutamaan ibadah di dalamnya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mencari dan meraih lailatul qadar. Allah SWT berfirman,
(إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr (97): 1-5)
(حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ
أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ )
Haa Miim. Demi Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, (QS. Ad-Dukhan (44): 1-5)Sebab Dinamakan Lailatul Qadar
Para ulama berbeda pendapat mengenai sebab malam tersebut disebut lailatul qadar. Imam Ath-Thabari, Al-Qurthubi, An-Nawawi, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Asy-Syaukani, Ash-Shan'ani, dan lain-lain menyebutkan sebagian pendapat tersebut sebagai berikut:
- Pada malam tersebut dicatat dan ditakdirkan segala takdir tahunan untuk seluruh hamba selama satu tahun penuh, baik yang berkaitan dengan umur, rizki, baik dan buruknya perbuatan, maupun bahagia dan sengsaranya nasib mereka. Sesuai dengan firman Allah, "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami." (QS. Ad-Dukhan (44): 4-5). Sahabat Ibnu Abbas berkata: "Dicatat dalam ummul kitab (di Lauh Mahfuzh—edt) apa yang akan terjadi selama satu tahun tersebut baik berupa kebaikan, keburukan, rizki, maupun usia. Bahkan siapa yang akan menunaikan haji. Dicatat: Fulan A melaksanakan haji, fulan B melaksanakan haji." Imam Mujahid bin Jabr, Qatadah bin Di'amah, dan Hasan Al-BAshri berkata, "Pada waktu lailatul qadar di bulan Ramadhan ditetapkan seluruh umur, perbuatan, kelahiran, dan rizki, dan segala hal yang akan terjadi selama setahun tersebut."
- Lailatul qadar diambil dari kata dasar al-qadru yang artinya agung dan mulia. Dalam bahasa Arab dikatakan Fulaan Dzu Qadr, artinya fulan memiliki keagungan dan kemuliaan. Malam tersebut disebut lailatul qadar karena ia memiliki keagungan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh malam-malam yang lain. Demikian dikatakan oleh imam Al-Baghawi.
- Dinamakan lailatul qadar karena amal ibadah pada waktu tersebut memiliki keagungan dan keistimewaan tersendiri. Sebagaimana difirmankan oleh Allah, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr (97): 3). Imam Mujahid berkata, "Maknanya adalah amal ibadah, shaum (di siang harinya), dan shalat malam pada waktu itu lebih baik dari amal serupa selama seribu bulan." Imam Amru bin Qais Al-Malai berkata, "Amal perbuatan pada waktu itu lebih baik dari amal perbuatan serupa selama seribu bulan."
- Dinamakan lailatul qadar karena pada malam tersebut dimuliakan oleh Allah dengan diturunkannya Al-Qur'an pertama kali. Demikian pendapat imam Al-Izz bin Abdis Salam, berdasar firman Allah, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadr (97): 1)
- Dinamakan lailatul qadar karena pada malam tersebut Allah memberikan keputusan dan perincian segala perkara hamba-Nya. Demikian dikatakan oleh imam Mujahid dan An-Nawawi.
Keutamaan Lailatul Qadar
Lailatul qadar memiliki banyak keutamaan atas seluruh malam yang lain dalam satu tahun.
- Pada malam tersebut untuk pertama kalinya Al-Qur'an diturunkan. Firman Allah, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadr (97): 1)
- Amal kebaikan pada malam itu lebih utama dari amal kebaikan serupa yang dikerjakan dalam waktu yang lain selama seribu bulan. Firman Allah, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr (97): 3)
- Para malaikat dipimpin oleh malaikat Jibril turun ke dunia dengan membawa kebaikan dan keberkahan. Firman Allah, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan." (QS. Al-Qadr (97): 4). Tentang makna ayat ini, imam Al-Baghawi menulis: "Para malaikat beserta malaikat Jibril turun pada malam lailatul qadar dengan izin Rabb mereka, yaitu dengan membawa seluruh perkara kebaikan dan keberkahan." Imam Ibnu Katsir menulis, "Para malaikat banyak turun pada malam tersebut karena banyak kebaikan dan keberkahannya. Sesungguhnya para malaikat turun bersamaan dengan turunnya keberkahan dan rahmat. Hal itu seperti saat mereka turun saat pembacaan Al-Qur'an, mengelilingi majlis ilmu dan menaungi dengan sayap-sayap mereka orang yang menuntut ilmu secara sungguh-sungguh."
- Malam itu dipenuhi dengan keselamatan dan salam peghormatan sampai terbitnya fajar. Firman Allah, Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr (97): 5). Imam Abu Muzhaffar As-Sam'ani dan Ibnu Al-Jauzi menerangkan bahwa ayat ini memiliki dua pengertian. Pertama, seluruh malam itu penuh dengan keselamatan, sehingga tidak ada satu penyakit pun yang turun, tidak ada satu perbuatan dukun dan setan pun yang terjadi. Kedua, seluruh malam itu penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Pada malam itu para malaikat mengucapkan salam keselamatan dan penghormatan kepada setiap mukmin yang beramal kebajikan.
- Shalat tarawih dan witir yang dikerjakan atas landasan iman dan ikhlash mencari ridha Allah SWT semata pada malam itu dapat menggugurkan dosa-dosa kecil yang telah lampau. Berdasar hadits,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ ))
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa melakukan
shalat malam (tarawih dan witir) pada lailatul qadar karena iman dan
mengharapkan pahala di sisi-Nya, maka dosa-dosa kecilnya yang telah
lampau akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 760)- Pada malam tersebut Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk menyalin dari Lauh Mahfuzh ke dalam buku takdir tahunan catatan segala rizki, umur, perbuatan, nasib, dan hal yang akan terjadi selama satu tahun penuh. Firman Allah, "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami." (QS. Ad-Dukhan (44): 4-5). Ibnu Abbas berkata, "Pada malam tersebut Allah menjelaskan segala perkara yang akan terjadi di dunia sampai setahun berikutnya, baik berupa kehidupan, kematian, maupun rizki."Pendapat serupa dikemukakan oleh Mujahid, Qatadah, Hasan Al-Bashri, Abu Abdurrahman As-Sulami, dan lain-lain.
Saudaraku seislam dan seiman…
Lailatul qadar adalah sumber kebaikan dan keberkahan yang agung. Ia adalah malam yang begitu mulia. Ia harus menjadi ‘buruan utama' setiap muslim di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini. Amat merugilah kita bila tidak mendapat karunia agung ini, sebagaimana dijelaskan oleh sabda Rasulullah SAW,
(( أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ... لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ))
"Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Allah mewajibkan atas kalian shaum dalam bulan ini…Dalam bulan ini,
Allah memiliki sat malam yang lebih baik dariada seribu bulan.
Barangsiapa terhalang dari kebaikan malam tersebut, niscaya ia telah
terhalang dari kebaikan yang agung." (HR. An-Nasai no. 2079 dan Ahmad no. 6851. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no. 55)- Dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya bulan yang mulia ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari mendapatkannya, niscaya telah terhalang dari mendapatkan seluruh kebaikan. Dan tiada orang yang terhalang dari mendapatkannya, kecuali orang-orang yang merugi." (HR. Ibnu Majah no. 1634 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani
Pertanyaan seputar lailatul qadar yang paling menarik dan sering ditanyakan orang adalah pada malam keberapakah ia terjadi? Al-Qur'an tidak memberikan jawaban lugas selain penegasan bahwa lailatul qadar terjadi di bulan Ramadhan. Untuk Jika kita harus mengumpulkan hadits-hadits Nabi SAW dan mengkajinya secara cermat agar sampai kepada jawaban yang cukup memuaskan.
Hadits-hadits Nabi SAW yang memerintahkan kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar pada dasarnya bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori;
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada malam-malam yang genap dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
- Hadits-hadits yang memerintahkan mencari lailatul qadar pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan; malam yang ganjil maupun malam yang genap.
Lailatul Qadar adalah malam ke-21
Imam Asy-Syafi'I cenderung memegangi pendapat ini, bahkan sekelompok ulama madzhab Syafi'I memastikan lailatul qadar terjadi pada malam kedua puluh satu. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 4/310) Dalil yang menguatkannya adalah hadits berikut ini.
(( عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ
الأَوْسَطَ فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ عَلَى سُدَّتِهَا حَصِيرٌ ، قَالَ :
فَأَخَذَ الْحَصِيرَ بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ ثُمَّ
أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ النَّاسَ فَدَنَوْا مِنْهُ فَقَالَ : إِنِّي
اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ، ثُمَّ
اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ، ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِي إِنَّهَا
فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ
فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ ، قَالَ : وَإِنِّي أُريْتُهَا
لَيْلَةَ وِتْرٍ وَإِنِّي أَسْجُدُ صَبِيحَتَهَا فِي طِينٍ وَمَاءٍ ،
فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَقَدْ قَامَ إِلَى
الصُّبْحِ فَمَطَرَتْ السَّمَاءُ ، فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ ، فَأَبْصَرْتُ
الطِّينَ وَالْمَاءَ ، فَخَرَجَ حِينَ فَرَغَ مِنْ صَلاةِ الصُّبْحِ
وَجَبِينُهُ وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيهِمَا الطِّينُ وَالْمَاءُ ، وَإِذَا
هِيَ لَيْلَةُ إِحْـدَى وَعِشْرِينَ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ))
Dari Abu Sa'id Al-Khudri RA berkata: "Rasulullah SAW melakukan
I'tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan. Beliau SAW kemudian
melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan (kedua) bulan Ramadhan,
dalam sebuah tenda Turki dengan beralaskan selembar tikar. Beliau lalu
menarik tikar tersebut dan menyingkirkannya ke pinggir tenda. Beliau
mengeluarkan kepalanya dari dalam tenda dan berbicara kepada
orang-orang, maka mereka mendekat kepada beliau.Beliau lalu bersabda, "Sesungguhnya aku pernah beri'tikaf pada sepuluh hari pertama dalam bulan Ramadhan untuk mencari lailatul qadar ini. Aku kemudian melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan (kedua) dalam bulan Ramadhan. Aku lalu didatangi (malaikat dalam mimpiku) dan dikatakan kepadaku sesungguhnya lailatul qadar itu terjadi pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.Barangsiapa di antara kalian hendak melakukan I'tikaf, maka hendaklah ia beri'tikaf." Maka para shahabat beri'tikaf bersama beliau.
Beliau SAW bersabda, "Sesungguhnya ditunjukkan kepadaku (dalam mimpiku) bahwa lailatul qadar terjadi pada malam yang ganjil dan keesokan paginya aku sujud di atas lumpur dan air." Pagi itu beliau berada pada malam kedua puluh satu Ramadhan. Beliau berdiri melakukan shalat Subuh, tiba-tiba langit menurunkan hujan, sehingga masjid terkena curahan hujan. Aku bias melihat lumpur dan air. Selesai shalat Subuh, aku melihat lumpur dan air menempel pada dahi dan batang hidung beliau SAW. Rupanya lailatul qadar (tahun tersebut—edt) terjadi pada malam kedua puluh satu dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari no. 2018, Muslim no. 1194, An-Nasai no. 1339, Abu Daud no. 1174, dan Ahmad no. 10757, dengan lafal Muslim)
Imam Ibnu Abdil Barr Al-Maliki dalam At-Tamhid Syarh Muwatha' Malik, imam An-Nawawi Asy-Syafi'i dalam Syarh Shahih Muslim, al-HAfizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi'I dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, imam Muhammad Hayat As-Sindi dalam Hasyiyah ‘ala Sunan An-Nasai, imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, dan imam Ali Mulla Al-Qari Al-Hanafi dalam Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih menjelaskan bahwa di antara pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadits di atas adalah lailatul qadar terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan di antara malam ganjil yang diduga kuat menjadi waktu terjadinya lailatul qadar adalah malam kedua puluh satu.
Lailatul qadar adalah malam ke-23
Pendapat ini dipegangi oleh sahabat Ibnu Abbas, Bilal bin Rabah, Aisyah, dan Abdullah bin Unais Al-Juhani. Pendapat ini juga diikuti oleh imam Sa'id bin Musayyib. Pendapat ini didukung oleh hadits berikut ini.
(( عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
ثُمَّ أُنْسِيتُهَا ، وَأَرَانِي صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ ،
قَالَ : فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ ، فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ وَإِنَّ أَثَرَ
الْمَاءِ وَالطِّينِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ ؛ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ أُنَيْسٍ يَقُولُ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Abdullah bin Unais Al-Juhani RA bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, "Diperlihatkan kepadaku (dalam mimpi) lailatul qadar namun aku
kemudian terlupa. Aku juga masih ingat dalam mimpiku aku sujud di waktu
shalat Subuh di atas lumpur dan air." Abdullah bin Unais berkata: "Pada
malam kedua puluh tiga, hujan turun kepada kami. Rasulullah SAW
mengimami kami shalat Subuh. Usai shalat, bekas lumpur dan air membekas
pada dahi dan batang hidung beliau SAW." Abdullah bin Unais berkata:
"Malam itu adalah malam kedua puluh tiga." (HR. Muslim no. 1997 dan Ahmad no. 15467)
وعَنْ ابنِ عَباسٍ رَضيَ الله عَنْهُما قَالَ: «أُتِيْتُ
وأَنا نَائِمٌ في رَمَضَانَ فَقيلَ لي: إِنَّ الَّليلةَ لَيْلَةُ القَدْرِ،
قَالَ: فَقُمْتُ وَأَنا نَاعِسٌ فَتَعَلَّقْتُ بِبَعْضِ أَطْنَابِ
فُسْطَاطِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم فَأَتَيْتُ رَسُولَ الله صلى
الله عليه وسلم فَإِذَا هُوَ يُصَلي، قَالَ: فَنَظَرْتُ في تِلْكَ
الَّليْلَةِ فَإِذا هِيَ لَيْلَةُ ثَلاثٍ وعِشرينَ»
Dari Ibnu Abbas RA berkata, "Dalam mimpiku pada suatu malam di bulan
Ramadhan, aku didatangi (oleh malaikat) yang berkata: ‘Malam ini adalah
lailatul qadar'. Aku pun terbangun sambil terkantuk-kantuk, sehingga aku
berpegangan pada tiang tenda Rasulullah SAW. Aku mendatangi Rasulullah
SAW yang saat itu tengah mengerjakan shalat. Aku menghitung malam itu,
ternyata adalah malam kedua puluh tiga."(HR. Ahmad, Ibnu Abi
Syaibah, dan Ath-Thabarani. Imam Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid, 3/76,
menulis: "Seluruh perawi Ahmad adalah para perawi Shahih Bukhari) Lailatul qadar adalah malam ke-25
Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksud Al-Qur'an diturunkan setelah lewat malam ke-24 bulan Ramadhan adalah lailatul qadar terjadi pada malam ke-25 Ramadhan. Pendapat ini didukung oleh hadits-hadits berikut.
عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الأَسْقَع رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُنْزِلَتْ صُحُفُ
إِبْرَاهِيم فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَتْ
التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ ، وَالإِنْجِيلُ لِثَلاثَ
عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لأَرْبَعٍ
وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Watsilah bin Al-Asqa' RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Shuhuf
Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada
malam keenam Ramadhan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas Ramadhan, dan Al-Qur'an diturunkan pada malam kedua puluh empat Ramadhan."
(HR. Ahmad no. 16370, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Muhammad bin Nashr
Al-Marwazi, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabarani, dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul
Iman. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no.
1497)
(( عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ فَقَالَ :
هِيَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ أَوْ فِي الْخَامِسَةِ أَوْ فِي
الثَّالِثَةِ ))
Dari Mu'adz bin Jabal RA bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang
lailatul qadar, maka beliau SAW bersabda, "Yaitu pada sepuluh malam
terakhir dari bulan Ramadhan, atau pada malam dua puluh lima, atau malam
dua puluh tiga." (HR. Ahmad no. 20132 dan dinyatakan shahih oleh
Al-Albani dalam Shahih Jami' Ash-Shaghir no. 5471)Lailatul qadar adalah malam ke-27
Sahabat Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, Anas bin Malik, Zirr bin Hubaisy, dan lain-lain berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadhan. Pendapat ini diikuti oleh banyak ulama dengan dasar hadits-hadits berikut.
(( عن معاوية رضي الله عنه قال : قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِلْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ
سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Mu'awiyah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Carilah lailatul
qadar pada malam kedua puluh tujuh!" (HR. Thabarani dan dinyatakan
shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no. 1240)
(( عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ))
Dari Mu'awiyah RA dari Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar,
"Lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh!" (HR. Abu Daud no. 1178
dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no.
5474)
عَنْ زِرِّ بنِ حُبَيْشٍ رَحِمَه اللُه تَعَالى قَالَ:
«سَأَلْتُ أُبيَّ بنَ كَعْبٍ رضى الله عنه فَقُلْتُ: إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ
مَسْعُودٍ يقولُ: مَنْ يَقُم الحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ القَدْرِ، فقالَ:
رَحِمَهُ الله أَرَادَ أَنْ لا يَتَّكِلَ النَّاسُ، أَمَا إِنَّهُ قَدْ
عَلِمَ أَنَّها في رَمَضَانَ وأَنها في العَشْرِ الأَوَاخِرِ، وأَنها
لَيْلَةُ سَبْعٍ وعِشْرينَ، ثُم حَلَفَ لا يَسْتَثْنِي أنَها لَيْلَةُ
سَبْعٍ وعِشْرينَ، فقلتُ: بِأَيِّ شَيءٍ تَقُولُ ذَلكَ يَا أَبَا
المنْذِرِ، قَالَ: بالعَلامَةِ أو بالآيَةِ الَّتي أَخْبَرنَا رَسُولُ الله
صلى الله عليه وسلم أَنَّها تَطْلُعُ يَوْمَئذٍ لا شُعَاعَ لها»
Dari Zirr bin Hubaisy berkata: "Aku berkata kepada Ubay bin Ka'ab RA,
‘Sesungguhnya saudara Anda, Ibnu Mas'ud menyatakan bahwa barangsiapa
melakukan shalat malam sepanjang tahun niscaya ia akan mendapatkan
lailatul qadar'. Maka Ubay bin Ka'ab berkomentar: "Dia ingin agar
masyarakat tidak mengandalkan (pencarian lailatul qadar pada satu malam
tertentu saja). Dia sendiri sebenarnya mengetahui bahwa lailatul qadar
terjadi di bulan Ramadhan, yaitu pada sepuluh malam terakhir, lebih
tepatnya pada malam kedua puluh tujuh." Ubay bin Ka'ab lalu bersumpah
bahwa lailatul qadar pasti terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Aku
(Zirr bin Hubaisy bertanya) kepadanya, "Wahai Abu Mundzir, atas dasar
apa Anda berkata begitu?" Ubay bin Ka'ab menjawab, "Dengan pertanda yang
telah Rasulullah SAW beritahukan kepada kami, yaitu pada keesokan
harinya matahari terbit namun sinarnya tidak panas membakar." (HR.
Muslim no. 1999, Tirmidzi no. 3274, Abu Daud no. 1170 dan Ahmad no.
20247)Saif Al BattarDalam riwayat Ahmad dengan lafal,
«أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ غَدَاةَ إِذْ كَأَنَّها طَسْتٌ لَيْسَ لَها شُعَاعٌ»
"Matahari terbit pada keesokan harinya seperti mangkuk, sinarnya
tidak panas." (HR. Ahmad no. 20247 dan dishahihkan Ibnu Hibban no. 3790)
وعَنْ عَبْدِالله بنِ عَبّاسٍ رَضيَ الله عَنْهُما أَنَّ
رَجُلاً أَتَى النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: «يا نَبيَّ الله،
إِنّي شَيْخٌ كَبيرٌ عَلِيلٌ يَشُقُّ عَلَيَّ القِيَامُ، فَأْمُرْني
بِلَيْلَةٍ لَعَلَّ الله يُوَفِّقُني فيهَا لَيْلَةَ القَدْر، قالَ:
عَلَيْكَ بالسَّابِعَةِ»
Dari Abdullah bin Abbas RA bahwasanya ada seorang sahabat datang
kepada Nabi SAW sembari mengadu, "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku
adalah orang tua renta yang sakit-sakitan dan merasa berat untuk shalat
malam. Maka perintahkanlah aku melakukan shalat pada satu malam
tertentu, semoga Allah mengaruniakan lailatul qadar kepadaku pada malam
tersebut." Maka Nabi SAW bersabda, "Jika begitu shalat malamlah pada
malam kedua puluh tujuh!" (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Ath-Thabarani.
Imam Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid berkata: "Seluruh perawi Ahmad
adalah perawi shahih Bukhari." Syaikh Ahmad Syakir juga menshahihkan
sanadnya)
(( عن ابن عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَى رَجُلٌ
أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ
الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا ))
Dari Ibnu Umar berkata: "Seorang sahabat bermimpi bahwa lailatul
qadar adalah malam kedua puluh tujuh. Maka Nabi SAW bersabda, "Aku
melihat mimpi-mimpi kalian bersesuaian bahwa lailatul qadar terjadi pada
sepuluh malam terakhir, maka carilah ia pada malam yang ganjil
darinya!" (HR. Muslim no. 1987 dan Ahmad no. 4442)Lailatul qadar adalah malam ke-29
Pendapat ini didasarkan kepada hadits berikut.
(( عن عُبَادَة بْنُ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ
فَتَلاحَى رَجُلانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ، فَقَالَ : إِنِّي خَرَجْتُ
لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَإِنَّهُ تَلاحَى فُلانٌ وَفُلانٌ
فَرُفِعَتْ ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ ، الْتَمِسُوهَا فِي
السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ ))
Dari Ubadah bin Shamit RA bahwasanya RAsulullah SAW keluar untuk
memberitahukan lailatul qadar, namun ada dua orang dari kaum muslimin
yang bertengkar. Maka beliau SAW bersabda, "Sesungguhnya aku keluar
untuk memberitahukan kepada kalian lailatul qadar. Namun si fulan dan si
fulan justru cekcok, sehingga pengetahuan tentang lailatul qadar telah
diangkat dariku. Boleh jadi hal itu lebih baik bagi kalian. Maka carilah
lailatul qadar pada malam dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, dan dua
puluh lima." (HR. Bukhari no. 49, Malik no. 615 dan Ad-Darimi no. 1715)Wallahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar