Hari pertama tahun baru, Minggu (1/1), juru bicara Angkatan Laut Iran, Laksamana Muda Mahmoud Mousavi, mengumumkan, Iran melakukan uji coba rudal baru jarak menengah di dekat Selat Hormuz. Rudal yang diuji coba adalah tipe terbaru rudal darat-ke-udara dengan teknologi antiradar.
Diungkapkan situs Iran, Mashriq, yang dikenal dekat dengan pasukan elite pengawal revolusi, armada rudal balistik Iran mampu menjangkau pangkalan-pangkalan militer AS di Timur Tengah dan Asia Selatan yang tersebar di Turki, Irak, Kuwait, Bahrain, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Pakistan, dan Afganistan. Diungkapkan juga bahwa kemampuan jaringan rudal Iran terbagi menjadi dua bagian, yaitu rudal jarak dekat dan rudal jarak jauh. Rudal jarak dekat Iran menjangkau sasaran sejauh 8 kilometer (km) hingga 250 km. Rudal jarak jauh Iran mampu menjangkau sasaran sejauh 220 km hingga 2.000 km.
Rinciannya, rudal jarak dekat Naziat 10 mampu menghantam sasaran sejauh 130 km, rudal Zilzal 2 punya jangkauan tembak sejauh 200 km, dan rudal Zilzal 3 sejauh 250 km. Adapun rudal-rudal balistik jarak jauh Iran adalah Fatih 110, Shahab 2 dan Shahab 3, Ashura, serta Sijjil 1 dan Sijjil 2.
Pangkalan militer AS di Kuwait, Bahrain, dan Irak bisa menjadi sasaran rudal jarak dekat Iran. Pangkalan militer AS di Pakistan, Afganistan, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi bisa dijangkau rudal jarak jauh Iran.
Di Kuwait terdapat 2 pangkalan militer besar dan 6 barak militer kecil milik AS. Pangkalan Udara Ali Salem yang digunakan Angkatan Udara AS hanya berjarak sekitar 115 km dari perbatasan Iran. Pangkalan Udara Ahmed Jaber, yang juga digunakan Angkatan Udara AS, hanya berjarak 134 km dari perbatasan Iran. Cukup dijangkau rudal jarak dekat Iran.
Bahrain, yang terdapat Armada V AS, juga dengan mudah menjadi sasaran serangan rudal jarak dekat Iran. Iran juga bisa menggunakan rudal jarak dekat Zilzal 2 dan 3 untuk menghantam Armada V AS serta Pangkalan Udara Sheikh Isa di Bahrain yang hanya berjarak sekitar 200 km dari wilayah Iran. AS menempatkan berbagai jenis pesawat tempur di Sheikh Isa. Sementara di pangkalan Armada V terdapat 4.200 anggota pasukan AL AS dan 70 pesawat tempur.
Pangkalan udara AS di Udeid, Qatar, sekitar 278 km dari wilayah Iran, bisa dijangkau rudal jarak jauh Iran. AS menempatkan berbagai jenis pesawat tempur di Udeid, seperti pesawat tempur multifungsi F-16, pesawat angkut militer C-130 Hercules, dan berbagai jenis pesawat pengebom.
Di Uni Emirat Arab, Pangkalan Udara Dhafra yang digunakan Angkatan Udara AS hanya berjarak sekitar 253 km dari Iran. AS menempatkan pesawat pengebom C-135 dan pesawat pengintai AWACS di pangkalan ini.
Di Oman terdapat sejumlah pangkalan udara AS dan Inggris, seperti Pangkalan Udara Al-Mushna, Pangkalan Udara Taimur, dan Pangkalan Udara Al-Masir. Ada sekitar 3.000 tentara AS di sejumlah pangkalan di Oman. Pangkalan-pangkalan udara tersebut berjarak sekitar 963 kilometer dari wilayah Iran, masih dalam jangkauan rudal jarak jauh Iran.
Sebaliknya, AS bisa menggunakan kekuatan angkatan udaranya untuk membombardir berbagai sasaran guna melumpuhkan mesin militer Iran yang mengancam.
Acuhkan Peringatan AS, Israel Tetap Akan Serang Iran
Pernyataan Avigdor Lieberman ini, datang sebelum Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pergi ke Washington untuk membahas kegiatan nuklir Iran dengan Presiden AS, Barack Obama.
“Jelas, Amerika Serikat adalah kekuatan dunia terbesar dan negara terbesar dan paling penting, dia adalah teman Israel, tapi kita independen,” katanya, Ahad (4/3), press tv melaporkan.
Lieberman mengatakan, keputusan akhir tentang bagaimana untuk menangani kegiatan nuklir Iran akan dilakukan oleh Israel.”Keputusan seperti itu harus dibuat dengan tenang, menimbang pro dan kontra dari semua saran yang datang”, tambahnya.
AS dan Israel telah meningkatkan retorika perang terhadap Iran selama beberapa bulan terakhir, mengklaim bahwa Teheran berusaha untuk memproduksi senjata nuklir dengan kedok program energi nuklir sipil damai.
Khabar ini muncul setelah di pagi hari sebelum konvensi AIPAC dilaksanakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan menghadang ancaman penghancuran Israel oleh nuklir Iran. Netanyahu juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan Gedung Putih dan Uni Eropa yang ingin melanjutkan kembali perundingan macet terkait program nuklir dengan Iran.
Uni Eropa memberi penawaran atas nama China, Prancis, Jerman, Federasi Rusia, Inggris dan AS untuk melanjutkan perundingan. Di sisi lain, Teheran mengisyaratkan kesediaannya untuk membiarkan inspektur internasional mengunjungi pangkalan militer Parchin di mana tes ledakan nuklir diduga dilakukan di sana.
Disebutkan pula bahwa intelijen AS sangat tahu pasti apa yang terjadi di Parchin. Begitu pula dengan Presiden Obama, dimana ketika berbicara pada konvensi AIPAC, ia berjanji untuk mencegah pengembangan lebih lanjut dari nuklir Iran.
Senada dengan Obama, Menteri Pertahanan AS Leon Panetta juga berbicara sebelum konferensi AIPAC bahwa ia berjandi, AS akan mengambil tindakan militer untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir jika diplomasi gagal.
Lalu bila serangan jadi dilakukan terhadap, maka bom GBU-31 akan dijadikan tumpuan harapan Israel guna melumat mimpi senajata nuklir Iran. Bom ini bukan senjata biasa, melainkan sebuah bomb yang bisa dibimbing menuju sasaran dengan memanfaatkan gaya grafitasi.
GBU-31 mampu membawa hulu ledak konvensional seberat 230 – 910 kilogram. Dengan menggunakan bom ini, Israel dan negara-negara Barat berharap fasilitas nuklir Iran di bawah tanah bisa dijangkau dan dihancurkan.
Iran akan Hujani seluruh Israel dengan ribuan rudal
konspirasi.com,- Duta Besar untuk Libanon, Ghazanfar Roknabadi itu menjelaskan bahwa Iran akan melakukan pengawasan yang ketat pada setiap kemungkinan serangan dan ancaman militer yang diarahkan ke fasilitas nukir Iran. Dia mencatat, Tehran mampu meluncurkan 11.000 rudal ke posisi yang telah diidentifikasikan di Amerika Serikat, Israel atau negara-negara tempat dimana kepentingan mereka berada.
Iran memiliki sikap defensif, negara akan merespon dengan kekuatan penuh setiap serangan potensial yang diarah ke negaranya, tegasnya.
Sementara itu beberapa berita melaporkan, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi pada 27 November 2011 mengatakan, Israel tidak akan memiliki kesempatan bertahan hidup setelah mereka melakukan serangan militer terhadap Iran. Karena angkatan bersenjata Iran akan menghujani seluruh Israel dengan ribuan rudal.
Menpen juga menyarankan kepada AS dan sekutunya supaya menyadari bahwa Iran akan mengajari orang Amerika "bagaimana berperang, dan bagaimana menjadi tentara sejati."
Amerika Serikat, Israel, dan beberapa sekutunya menuduh Tehran mengejar tujuan militer dalam program nuklirnya. Mereka mengancam Tehran dengan serangan militer jika sanksi yang diberlakukan kepada Tehran gagal meruntuhkan tekad Iran dalam mempertahankan program nuklir damainya.
Iran berpendapat bahwa sebagai penandatangan Perjanjian Non Proliferasi dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran memiliki hak untuk mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai.
IAEA juga telah melakukan inspeksi ke berbagai fasilitas nuklir Iran tapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program energi nuklir Tehran telah dialihkan ke produksi senjata nuklir. (IslamTimes/TGM)
“Kami terus meningkatkan tekanan terhadap Tehran,” kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (1/3/2012).
Pemerintah Iran selama ini bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi listrik. Iran membantah bahwa mereka berencana mengembangkan senjata nuklir.
Dikatakan Carney, kurangnya bukti tentang senjata nuklir Iran telah memberikan AS “waktu dan kebebasan untuk meneruskan kebijakan yang telah kami terapkan sejak presiden Barack Obama mulai menjabat,” kata Carney.
Kebijakan-kebijakan tersebut telah difokuskan pada isolasi Iran, salah satunya lewat sanksi-sanksi ekonomi, sampai pemerintah Iran benar-benar menghentikan program nuklirnya.
Iran bersikeras untuk terus melanjutkan program nuklir damainya dan mengirimkan para negosiator untuk membahas masalah tersebut dengan negara-negara Barat, kelompok P5+1.
Sebelumnya, Koran terkenal Amerika Serikat Los Angeles Times menulis, 16 badan intelijen AS mengakui bahwa Iran tidak sedang berupaya membuat senjata nuklir.
Mengutip koran rezim Zionis Israel Yediot Aharanot pada Jumat (24/2), Koran Los Angeles Times dalam laporannya menyebutkan bahwa 16 badan intelijen AS mengaku, Tehran tidak ingin membuat bom atom.
Laporan tersebut telah meningkatkan perselisihan antara AS dan Israel terkait sikap mereka terhadap Iran, khususnya rencana penyerangan Tel Aviv terhadap instalasi nuklir Tehran.
Laporan itu sesuai dengan laporan badan-badan intelijen AS tahun 2007 yang menyatakan bahwa pada tahun 2003 semua aktivitas nuklir yang berkaitan dengan militer telah dihentikan Iran. Dan Tehran pun dengan tegas menyatakan, sejak awal, program nuklir Iran tidak ada aspek militer. [Islam Times/on/AFP]
Seperti diberitakan Reuters, Kamis (9/2/2012), AS mencoba mendesak Iran untuk membatalkan program nuklirnya dengan memberlakukan sanksi yang menargetkan bank sentral Iran dan memberikan kekuasaan bagi bank AS untuk membekukan aset pemerintah Iran.
Duta besar Iran di Moskow, Rusia, mengatakan bahwa AS akan membuat kesalahan serius dan melakukan bunuh diri jika berani mengambil resiko menyerang negara penghasil minyak kedua terbesar tersebut.
Washington mengumumkan tidak akan melakukan rencana serangan itu, tetapi mengatakan opsi militer adalah selalu berada di dalam rencana jika Iran tidak dapat dicegah melakukan pengembangan nuklir.
“Amerika tahu bagaimana negara Iran itu. Mereka sangat menyadari persatuan rakyat kami,” kata Duta Besar Iran untuk Moskow, Seyed Mahmoud Reza Sajjadi.
“Dan itulah mengapa Iran sepenuhnya mampu memberikan serangan balasan terhadap Amerika Serikat di mana saja di dunia,” jelasnya.
Iran mengatakan program nuklirnya bertujuan damai sedangkan negara Barat mengkhawatirkan Teheran sedang mencoba untuk membangun sebuah bom nuklir.
“Masalah serangan militer dari Amerika kepada Republik Islam Iran telah menjadi selama beberapa tahun,” kata Sajjadi. Dirinya juga menambahkan bahwa Iran tidak akan pernah melakukan serangan terlebih dahulu.
Perang antara Israel dan Iran nempaknya tinggal menunggu waktu saja, Bahkan dalam pernyataan terbarunya yang dikeluarkan Presiden Shimon Peres menyatakan bahwa negaranya siap secara penuh untuk menyerang Iran.
“Intelijen di berbagai negara yang mengawasi Iran merasa sangat khawatir dan menekan pemerintah mereka untuk memperingatkan bahwa Iran sangat siap menggunakan senjata nuklir,” kata Peres dalam sebuah wawancara televisi.
“Kita harus memperhatikan negara-negara ini dan memastikan mereka menjaga komitmen. Ini harus dilakukan dan banyak pilihan untuk melakukannya,” tambah Peres.
Sebelumnya, surat kabar Haaretz melaporkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak mencari dukungan kabinet untuk menyerang Iran, yang oleh Israel dan Barat diduga tengah mengembangkan senjata nuklir.
Haaretz melaporkan belum diambil keputusan apapun soal serangan militer ke Iran. Tetapi, hasil laporan pengawas nuklir Iran yang akan dirilis pada 8 November mendatang akan menjadi salah satu acuan keputusan pemerintah Israel.
Dalam laporannya, Haaretz mengatakan sebanyak 15 anggota kabinet keamanan Israel sejauh ini masih menentang rencana serangan militer ke Iran.
Sebelumnya, Badan Urusan Nuklir Dunia (IAEA) memfokuskan perhatiannya pada usaha Iran memproduksi uranium dan plutonium yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun pembangunan persenjataan nuklir.
Namun laporan terbaru ini nampaknya akan fokus pada upaya Iran memasang material radioaktif pada hulu ledak dan membangun peluru kendali untuk membawa hulu ledak nuklir itu.
Iran Siap MenghadapiSementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengatakan laporan soal nuklir Iran itu didasarkan pada klaim-klaim palsu.
“Saya yakin dokumen itu sangat lemah dari sisi keasliannya. Namun jika mereka berkeras, maka silakan rilis dokumen itu. Lebih baik sesekali langsung menghadapi bahaya dari pada selalu dalam bahaya,” kata Salehi seperti dikutip sejumlah media Iran.
Para ahli Israel menggambarkan program nuklir Iran harus diwaspadai. Sementara itu Menlu Israel Avigdor Lieberman mengatakan laporan IAEA itu akan mengungkap tujuan militer Iran sesungguhnya.
Lieberman secara terbuka berharap Iran akan menjadi sasaran sanksi dunia internasional selanjutnya.
Israel secara konsisten memperingatkan pilihan yang tersisa terkait program nuklir Iran yang dikhawatirkan negara-negara barat bisa memicu perang nuklir.
Namun berulang kali pula Iran membantah ambisi membangun persenjataan nuklir dan menegaskan nuklir digunakan negeri itu untuk pembangkit listrik dan tujuan damai lainnya.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan negeri itu siap untuk menghadapi semua kemungkinan terburuk.
Pada Senin (6/2), Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden AS Barack Obama telah menandatangani perintah eksekutif untuk memblokir semua aset pemerintah Iran di AS, termasuk Bank Sentral negara itu.
“Saya telah memutuskan bahwa sanksi tambahan dijamin,” kata Obama dalam sebuah surat kepada Kongres.
Langkah-langkah itu untuk memblokir semua properti dan kepentingan milik pemerintah Tehran, termasuk Bank Sentral dan semua lembaga keuangan Iran yang berada dalam yurisdiksi AS.
Sebelumnya, lembaga-lembaga AS diminta untuk menolak semua transaksi dengan Iran.
Bulan lalu, Obama menandatangani sanksi ekonomi terhadap Bank Sentral Iran.
Sanksi-sanksi baru itu diambil sehari setelah presiden AS mengklaim bahwa Gedung Putih menginginkan penyelesaian kasus program nuklir Iran secara diplomatik.
AS dansekutunya menuduh Iran mengejar program nuklirnya untuk tujuan militer. Namun tuduhan tersebut telah berulangkali dibantah oleh Tehran. (IRIB Indonesia/RA)
Sebelum berpidato di AIPAC, Senin (5/3) setelah pertemuannya dengan Presiden Amerika Barack Obama, Netanyahu menyinggung bahwa Obama berjanji akan mencegah Iran mencapai senjata nuklir dan akan tetap menjaga opsi militer di atas meja. Ditegaskannya bahwa hal ini yang diinginkan Israel.
Akan tetapi Netanyahu kembali menyinggung pernyataan Obama di AIPAC yang menentang serangan militer terhadap Iran dengan dalih bahwa serangan ke instalasi nuklir Iran berdampak sangat buruk. Namun Netanyahu menegaskan bahwa jika Iran mencapai senjata destruksi massal maka kerugian yang harus ditebus lebih besar, yang akan membuat Israel hidup di bawah bayang-bayang kehancuran.
Perdana Menteri Israel menandaskan bahwa meski digulirkan sanksi, program nuklir Iran terus berlanjut. Di saat Obama pada hari Ahad (4/3) menilai pernyataan perang dengan Iran sebagai ungkapan yang tidak bertanggung jawab. Presiden AS itu lebih menekankan pada dampak dari opsi militer anti-Iran.
Banyak pihak yang menilai pernyataan Netanyahu di AIPAC sebagai bukti meruncingnya friksi antara Amerika Serikat dan Israel tentang Iran. Netanyahu tengah berusaha untuk menitikberatkan pada sisi kolektif dalam politik Israel dan Amerika Serikat sementara pada saat yang sama pernyataanya merefleksikan perbedaan pendapatnya dengan Washington.
Menyikapi kontrakdiksi pernyatan itu harus dikatakan bahwa politik Amerika Serikat dan Israel pada hakikatnya adalah dua sisi dari satu koin yang keduanya melangkah di satu jalur dan mengacu satu tujuan. Pendapat ini dapat dibuktikan dari pernyataan Obama bahwa hubungan Amerika Serikat dan Israel adalah hubungan yang tidak mungkin terpisahkan.
Apa yang membuat Amerika Serikat mengkhawatirkan langkah tergesa-gesa Israel dalam menyerang Iran, adalah pengaruh dan posisi Iran di kawasan dan juga berbagai masalah yang akan muncul akibat krisis ekonomi dan kegagalan politik Amerika Serikat di Timur Tengah, serta posisi Israel di kawasan yang semakin terguncang. Oleh karena itu, Obama tidak setuju dengan rencana serangan rezim Zionis ke Iran dan lebih memfokuskan pada strategi “semua opsi ada di atas meja untuk Iran.”
Masalahnya adalah bahwa Amerika Serikat mengetahui Israel tidak memiliki kemampuan untuk menyerang Iran, dan jika itu terjadi, maka rezim Zionis meneken kehancurannya.(ir)
Dalam sebuah artikel ‘op-ed’ yang ditulis Efraim Halevy pada The New York Times, Mantan Direktur Badan Intelijen Israel, Mossad menyatakan, pijakan Iran di Suriah telah memungkinkan Teheran untuk menghentikan kebijakan (nuklir) tersebut. “Kehadiran Iran di Suriah harus berakhir,” katanya, Rabu (8/2).
“Perdebatan publik di AS dan Israel saat ini difokuskan obsesif pada apakah harus menyerang Iran untuk menghentikan ambisi nuklirnya, dan mereka hampir tidak memperhatikan bahwa peristiwa di Suriah bisa mengakibatkan bencana strategis bagi pemerintah Iran,” ia menambahkan.
Halevy menyatakan, putusnya hubungan Teheran-Damaskus, dapat memutus akses Iran untuk bergabung dengan Hizbullah Lebanon dan Hamas di Gaza, dan Iran akan tampak lemah di wilayahnya maupun internasional, serta ini bisa memaksa Iran untuk menghentikan program nuklir mereka.
Halevy lebih lanjut mencatat Israel tidak harus menjadi satu-satunya atau bahkan aktor utama dalam mempercepat penggulingan Presiden Suriah Bashar Assad dari kekuasaan.
“Rusia dan Cina harus menyadari bahwa kejatuhannya bisa melayani kepentingan mereka juga, Rusia hanya ingin mempertahankan akses ke pelabuhan Mediterania Suriah, di Tartus dan Latakia dan jika Washington bersedia untuk memungkinkan konvergensi kepentingan Amerika dan Rusia di Iran, Suriah bisa membuka jalan bagi kejatuhan Mr Assad,” katanya.
Halevy menekankan jika masyarakat internasional tidak merebut kesempatan untuk mengakhiri pengaruh Iran di Suriah, dunia akan menghadapi pilihan antara serangan militer dan sanksi bahkan lebih melumpuhkan terhadap Iran, yang bisa menyebabkan harga minyak meroket.
n serangan militer ke Iran nampaknya sudah tidak bisa dicegah, Baru-baru ini pernyatan untuk melakukan hal tersebut kembali dilontarkan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak. Pernyataan Barak ini dikeluarkan menyusul segera dikeluarkannya laporan mengenai program nuklir Iran.
Dalam waktu beberapa hari ke depan, Badan Energi Atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA) akan mengeluarkan laporan, apakah program nuklir Iran diperuntukan untuk membuat senjata nuklir.
“Saya ragu dunia internasional dapat mengeluarkan sanksi yang dapat melemahkan program nuklir Iran, usai laporan IAEA dikeluarkan,” ungkap Barak seperti dikutip Associated Press, Selasa (8/11/2011).
Laporan IAEA ditengarai menurut para diplomat akan menyebutkan bahwa Iran memang tengah membangun bom nuklir. Melihat dugaan ini Israel mengatakan akan tetap melancarkan serangan kepada Iran.
“Selama tidak ada sanksi, atau sanksi yang terbukti tidak efektif (bagi Iran), Israel akan tetap merekomendasikan penyerangan,” tegas Barak.
Menanggapi perkiraan dari hasil laporan IAEA, Iran bersikeras bahwa pihaknya memang hanya untuk keperluan rakyat bukan untuk membuat bom.
Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi menyatakan, pihaknya tidak ada masalah memberi tahu dunia bila memang memiliki senjata nuklir. Itupun bila Iran memang benar-benar memilikinya.
“Bila kami ingin mengembangkan senjata nuklir, tentunya secara terbuka kami akan mengumumkannya,” jelas Salehi.
Sebelumnya Kepala IAEA Yukiya Amano mengatakan bahwa laporan mengenai penyelidikan mereka terhadap nuklir September lalu, akan diumumkan bulan ini. Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis bersikeras agar laporan tersebut segera diumumkan.
ketiga negara ini menilai hasil penyelidikan terbaru dapat membawa Iran untuk diberikan sanksi baru. Sanksi ini diperkirakan akan lebih keras dari sebelumnya yang pernah dijatuhkan kepada Iran.
Pasukan dikerahkan beberapa bulan setelah pengumuman pembentukan sebuah pangkalan Angkatan Darat AS di dekat perairan Yaman, situs Islam Today melaporkan pada Ahad (26/2).
Sementara itu, Yaman mengatakan bahwa mereka menolak kesepakatan dengan AS untuk membangun pangkalan militer sementara di pulau itu. Socotra, yang terletak 80 kilometer sebelah timur Tanduk Afrika dan 380 kilometer tenggara pantai Yaman, berada di posisi yang melintang antara Laut Merah dan Teluk Aden.
AS diam-diam telah membangun angkatan udara raksasa dan pangkalan angkatan laut di Socotra sejak tahun 2010. Mereka mendirikan fasilitas untuk kapal selam, pusat komando intelijen, dan landasan lepas landas bagi pesawat siluman.
Fasilitas rahasia Socotra tidak pernah disebutkan dalam katalog daftar sarana militer AS di belahan dunia, yang meliputi Jebel Ali dan al-Dahfra di Uni Emirat, Arifjan di Kuwait, dan al-Udeid di Qatar.
AS dan Israel berulang kali mengancam Iran dengan opsi serangan militer. Mereka menuding program nuklir Iran kemungkinan termasuk aspek militer rahasia, klaim yang dibantah keras Teheran.
USS Enterprise (CVN-65), adalah kapal induk raksasa pengangkut pesawat bertenaga nuklir pertama di dunia dan kapal Amerika Serikat ke-8 yang menggunakan nama USS Enterprise. Kapal yang dijuluki “Big E.” Enterprise tersebut sudah meninggalkan pangkalannya di Norfolk, Virginia A.S, Minggu (10/03) untuk misi tujuh bulan.
Dengan panjang hampir menyamai dua lapangan sepak bola, kapal seperti katinting raksasa yang kemana-mana mengangkut elemen-elemen operasi khusus; berbagai matra pasukan khusus dan alat-alat perang siap diterjunkan dalam perang konvensional dan asimetris dalam hitungan jam.
Diberitakan, kapal induk tersebut tengah di siagakan jika terjadi konflik militer dengan Iran, media AS melaporkan.
“USS Enterprise senantiasa siaga dan mampu seperti yang pernah terjadi selama 50 tahun,” kata Kapten William C. Hamilton, komandan kapal, dalam sebuah pernyataan.
Dilaporkan, lebih dari 50 tahun karirnya, USS Enterprise telah terlibat dalam berbagai misi, mulai Krisis Rudal Kuba pada Oktober 1962, Perang Vietnam awal 1970-an, serangan ke Iran pada 1988, serangan pertama ke Afganistan pasca skandal 11 September 2001, Operation Iraqi Freedom di Irak, 2003-2004.
Kapal induk USS Enterprise akan bergabung dengan dua kapal kelas destroyer AS lainnya di Teluk Persia pada akhir Maret.[Islam Times/on/Press TV]
Inggris dilaporkan telah menyusun rencana untuk mengirim ratusan tentara dan kapal selam nuklir tambahan ke Teluk Persia tengah. Sebab, ancaman perang Inggris sudah meningkat terhadap Republik Islam.
“Kementerian Pertahanan perencana masuk overdrive pada awal tahun ini. Konflik dilihat sebagai tak terelakkan selama rezim Iran mengejar ambisi nuklir mereka,” kata seorang pejabat senior Whitehall seperti dikutip The Sun, Ahad (26/2).
“Inggris akan memuali perangnya, apakah kita suka atau tidak,” tambah pejabat itu.
Laporan itu mengatakan serangan militer terhadap Iran adalah masalah waktu, jika tidak dengan 18 sampai 24 bulan skala waktu yang mungkin.
“Langkah pertama, Inggris akan menerbang sebuah batalyon infanteri ke Uni Emirat Arab, sebab ini adalah sekutu kuat kami di wilayah ini, tentara lebih lanjut bisa mengikuti, jika sekutu kami yang lain Oman, Kuwait, Arab Saudi, Bahrain dan Qatar meminta bantuan,” lapor The Sun.
Royal Navy telah mengumpulkan tujuh kapal perang di Teluk Persia. Diantaranya, HMS Daring, salah satu kapal terbaru dan paling kuat tiba di wilayah itu bulan lalu, untuk bergabung Tipe 23 frigat HMS Argyll.
Kapal penyapu ranjau Pembroke, Quora, Middleton dan Ramsey juga berbasis di Bahrain dan kapal selam nuklir ditempatkan di daerah tersebut. Menurut laporan itu, kedua kapal selam bersenjata rudal Tomahawk pesiar juga akan dikerahkan di kawasan itu dalam rencana perang Inggris.
Angkatan Udara Kerajaan juga dilaporkan berencana untuk mengirim Jets Topan dan Tornado untuk memperkuat awak pesawat helikopter dan transportasi yang sudah ditempatkan di Qatar, Oman, Bahrain dan UEA
Editor : admin | Senin, 23 Januari 2012. Pkl. 12:49 WIB
"USS Abraham Lincoln…berhasil menyelesaikan perlintasan rutin dan regular di Selat Homruz…untuk melakukan operasi keamanan maritim sesuai jadwal," tutur juru bicara Pentagon, Kapten AL John Kirby melalui email kepada kantor berita AFP, Senin (23/1/2012).
Kapal induk ini berhasil melintasi Selat Hormuz pada Minggu (22/1) waktu setempat, dengan dikawal oleh kapal pembawa rudal USS Cape St George dan 2 kapal perang lainnya ini. Saat ini, USS Abraham Lincoln ini telah berada di teluk.
"Perlintasan bisa diselesaikan sesuai yang telah dijadwalkan dan berlangsung tanpa insiden," tegasnya.
Kapal induk USS Abraham Lincoln diketahui membawa sekitar 80 pesawat tempur dan helikopter milik angkatan bersenjata AS.
Sementara itu, demi mengawal kapal induk ini, kapal milik Angkatan Laut Inggris dan Prancis bergabung dengan rombongan untuk bersama-sama melintasi Selat Hormuz. Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan, hal ini demi memperkuat posisi negara Barat yang menginginkan agar selat strategis tersebut tetap dibuka.
"HMS Argyll (kapal Inggris) dan sebuah kapal Prancis bergabung dengan kelompok kapal AS yang hendak melintasi Selat Hormuz, untuk menggarisbawahi komitmen internasional dalam mempertahankan hak perlintasan di bawah hukum internasional," ucap juru bicara Kemhan Inggris secara terpisah.
Hubungan Iran dan negara-negara Barat memanas seiring dengan program nuklir Iran. Barat mencoba menyudutkan Iran dengan menerapkan sanksi pada industri minyak Iran. Iran membalasnya dengan mengancam akan menutup Selat Hormuz jika negara-negara Barat benar-benar menerapkan sanksi terhadap industri minyak Iran. Selat tersebut merupakan salah satu rute penting di Teluk Persia karena sekitar sepertiga minyak dunia dikirimkan lewat selat tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar