Belum genap setahun revolusi, lebih dari 10 ribu warga sipil muslim Suriah gugur
Muhib Al-Majdi
DAMASKUS (Arrahmah.com) – Para aktivis kemanusiaan dan oposisi di Suriah melanjutkan pendataan korban gugur dan terluka di pihak rakyat sipil muslim. Berdasar perhitungan terbaru sampai hari Senin (5/3/2012), lebih dari 10 ribu warga muslim telah gugur di tangan militer rezim Nushairiyah Suriah dan sekutunya sejak revolusi bergulir Maret 2011.Para aktivis di Suriah memastikan belum genap setahun revolusi berjalan, jumlah warga sipil muslim yang gugur telah mencapai 10135 orang. Jumlah itu belum terhitung sedikitnya 11 warga sipil muslim yang gugur pada hari Selasa (6/3/2012).
Propinsi Homs ‘menyumbang’ saham terbesar akibat bombardier militer selama 26 hari penuh terhadap wilayah Baba Amru dan wilayah lain di propinsi Homs. Dari keseluruhan korban gugur, terdapat 725 anak kecil dan lebih dari 605 wanita.
Rumah sakit Homs: Tenaga medis bekerja sama dengan militer dan intelijen Suriah menyiksa para pasien secara biadab
Muhib Al-Majdi
Selasa, 6 Maret 2012 19:52:29
HOMS (Arrahmah.com) – Bukannya memberikan pertolongan medis, rumah sakit-rumah sakit di propinsi Homs menjadi ‘rumah pejagalan’ bagi ratusan pasien yang terluka akibat 26 hari bombardir militer rezim Nushairiyah Suriah.Selasa, 6 Maret 2012 19:52:29
Para saksi mata menuturkan bahwa para dokter dan perawat di rumah sakit-rumah sakit di Homs telah menjalin kerja sama dengan pihak militer dan intelijen rezim Suriah. Sesuai perintah rezim Suriah, para korban luka dalam demonstrasi dan bombardir wajib ‘diseret’ ke rumah sakit-rumah sakit militer. Di sana, mereka mengalami penyiksaan biadab. Banyak di antara mereka cacat seumur hidup atau gugur akibat penyiksaan keji.
Sebuah video yang diambil oleh seorang pegawai rumah sakit yang disembunyikan identitasnya menunjukkan para pasien dengan mata dibalut, kaki dan tangan dirantai ke ranjang, dengan sekujur badan penuh luka bekas cambukan rotan dan penyetruman dengan kabel listrik.
Pegawai rumah sakit itu menuturkan bahwa ia beberapa kali berusaha untuk mencegah ‘penyiksaan biadab’ di rumah sakit tempat ia bekerja. Pada akhirnya ia melarikan diri dengan penuh kengerian dan tidak mau bekerja lagi di rumah sakit tersebut.
“Saya telah melihat orang-orang yag ditangkap itu mengalami penyiksaan keji. Mereka disetrum dengan kabel aliran listrik, dipukuli dengan rotan dan dipatahkan kakinya. Beberapa di antaranya digantung dengan posisi kedua kaki di atas, dipukuli, hingga patah-patah tulang betisnya. Saya juga melihat mereka menarik kepala orang-orang yang ditangkap itu dan membentur-benturkannya ke tembok. Para pasien juga diikat ke ranjang dengan rantai besi dan tidak diberi minum,“ tuturnya seperti dilaporkan oleh stasiun TV Al-Arabiya, Senin (5/3/2012).
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Situs Pusat Data Korban Syuhada Revolusi Suriah menegaskan baha 10135 korban gugur tersebut baru mencakup para korban yang teridentifikasi nama dan kotanya, serta beberapa di antaranya disertai rekaman video oleh jurnalis lokal, nasional, maupun internasional. Lembaga-lembaga kemanusiaan di Suriah memastikan jumlah korban bisa berlipat kali lebih banyak bila ditambah dengan korban-korban yang tidak teridentifikasi.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Kesaksian seorang aktivis Suriah tentang pengalamannya di penjara sadis Bashar Assad
Siraaj
Selasa, 6 Maret 2012 06:58:03
SURIAH (Arrahmah.com) - Seorang aktivis Suriah bercerita kepada Asharq Al-Awsat (koran arab internasional). Cerita tentang pengalaman penahanannya di penjara Damaskus, mengatakan bahwa maskar besar aparatur “keamanan” presiden Bashar al-Assad telah menjadi seperti “kuburan-kuburan berapi” dimana para “pemberontak” disiksa.Selasa, 6 Maret 2012 06:58:03
Pada akhirnya melarikan diri ke Mesir, Aktivis Tariq Sharabi mengingat kembali kengerian yang ia alami setelah memasuki markas besar “pasukan keamanan” Bashar Assad di ibukota Suriah, Damaskus. Gedungnya memiliki delapan lantai, dengan dinding-dinding luar dan gerbang besi yang dilindungi oleh para pasukan garda bersenjata berat. Setiap lantai memiliki koridor remang-remang berjejer dilapisi dengan 40 pintu sel penjara berpintu besi.
Tariq Sharabi (26), asli Damaskus, mengungkapkan kepada Ashraq Al-Awsat apa yang ia lihat dan dengar dibalik wilayah “keamanan” Bashar Assad di Damaskus. Ia memulai bercerita, “Saya ditangkap karena berpartisipasi dalam sebuah demonstrasi yang dimulai di Masjid al-Dakak di Damaskus, dan segera bergabung dengan lima ribu orang. Kami melakukan demonstrasi untuk “kemerdekaan”, kami mengibarkan bendera kebebasan disana, dan kami menulis di dinding-dinding jalan untuk menyeru Bashar al-Assad untuk pergi. Tetapi beberapa menit kemudian kami dikejutkan oleh ratusan pasukan keamanan Suriah, bersenjata lengkap, menembaki kami dengan senjata mesin. Setelah saya bersembunyi di sebuah rumah untuk satu setengah jam, dan kemudian melarikan diri ke Masjid Hasan, saya ditangkap”.
Sharabi dibawa, bersama yang lainnya. Ke markas besar aparatur “keamanan” di Damaskus, “Disana ada 200 dari kami di dalam sebuah ruangan yang tidak memiliki ventilasi. Dinding-dindingnya dipahat dan menakuti-nakuti, seperti sebuah kuburan.” Ketika Sharabi menceritakan pengalamannya di penjara sadis Bashar Assad, raut wajahnya menunjukkan kengerian dan dukacita. Ia lanjut mengatakan, “Setelah dua jam dipukuli dan dicaci-maki, kami dibawa ke ‘kantor investigasi’. Saat saya keluar dari sel dalam perjalanan ke kantor tersebut, ada sebuah koridor lebih dari 20 meter panjangnya di depan saya dengan pintu-pintu besi yang juga di dalamnya (sekitar 40 pintu total per lantai). Kami mendengar jeritan dari mereka yang sedang disiksa dan mereka yang sedang diestrum dengan listrik.
Sharabi melanjutkan, “tubuh-tubuh kami bergetar saat kami mendengar teriakan-teriakan itu..pada saat yang sama saya berdiri di depan salah satu sel ketika saya melihat sekilas seorang pria telanjang digantung kakinya (kakinya diatas -red) dengan darah mengalir dari tubuhnya. Dagingnya telah tercabik karena luka cambukan, dan mereka (para petugas penjara biadab) melanjutkan memukulinya dan menyiksanya dengan tongkat dan cambuk.” Sharabi melanjutkan lagi, “kami dibariskan menuju ruangan investigasi di lantai ketiga, kami mendengar suara keras dibalik salah satu pintu sel, bernyanyi untuk Bashar Al-Assad, untuk meningkatkan ketakutan kami tentang apa yang sedang kami hadapi. Ketika kami sampai di lantai tiga, saya merasakan bahwa kami akan dibunuh karena apa yang kami lihat dan kami dengar”.
Sharabi menjelaskan bahwa, “Mereka tidak menutup mata kami..mereka ingin kami ketakutan sehingga kami mengatakan segalanya kepada mereka. Kemudian seorang pria memasuki ruang investigasi dengan memakai pakaian sipil, yang mengatakan kepada kami bahwa dia adalah direktur operasi. Dia berkata kepada kami bahwa kami berada di gedung keamanan negara, dan menyatakan bahwa kami dituduh karena berada di daerah demonstrasi yang diketahui. Dan bahwa kami telah ditangkap karena berusaha mencoba mengorganisir sebuah gerakan (demonstrasi). Tentu saja saya membantah semua itu, mengatakan kepada petugas itu bahwa saya melakukan shalat di Masjid al-Dakak dan kemudian dalam perjalanan saya ke rumah kakek saya. Direktur itu kemudian melihat kepada petugas dan memerintahkannya untuk membawa saya ke sebuah ruangan sendirian, dimana saya ditahan selama hampir empat jam”.
Sharabi kemudian mengungkapkan bahwa ia dibebaskan setelah menjadi sasaran sesi penyiksaan, dan setelah dipaksa untuk menandatangani sebuah pernyataan untuk tidak berpartisipasi lagi dalam demonstrasi, Sharabi menambahkan, “jika aparatur keamanan negara telah mengkonfirmasi yang mereka miliki tentang saya, saya akan tetap dikunci di dalam penjara keamanan negara”. Sharabi mengatakan bahwa hanya empat orang yang dibebaskan dari sekitar 200 orang yang ditahan bersamanya, Sharabi menganggap “markas besar keamanan negara Bashar al-Assad adalah seperti kuburan api dimana para revolusioner disiksa”.
Terkait bagaimana Sharabi melarikan diri ke Kairo, ia mengatakan, “setelah keterlibatan saya di beberapa demonstrasi di Damaskus, salah seorang aktivis mengatakan kepada saya bahwa nama saya termasuk di dalam daftar keamanan negara, dan informasi ini berasal dari sumber-sumber keamanan yang diam-diam mendukung revolusi. Aktivis tersebut meminta saya untuk meninggalkan Suriah dan mengikuti perkembangannya dari luar. Demikian juga keluarga saya melarikan diri lebih dahulu sehingga mereka tidak akan dicelakakan, dan kemudian saya melarikan diri melalui Yordania ke Mesir”.
oleh: Amr Ahmed
Asharq Al-Awsat
(siraaj/arrahmah.com)
HTI: Tumbangkan Thaghut Basyar Al Asad, Tegakkan Khilafah
HTI Press. Untuk memberikan dukungan politik kepada rakyat Suriah, HTI menggelar aksi Solidaritas untuk Umat Islam Suriah,”Tumbangkan Thaghut Basyar Al Asad, Tegakkan Khilafah”, Ahad (4/3) di Jakarta. Lebih dari 5000 massa HTI berkumpul di depan Patung Kuda Monas, Jalan Medan Jakarta, lalu berjalan kaki menuju ke Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat dan berputar lagi kembali ke depan Patung Kuda Monas.Hujan sangat deras tidak menyurutkan semangat peserta aksi, baik laki-laki atau perempuan, yang tua hingga anak-anak. Dukungan kuat terhadap rakyat Suriah tidak membuat mereka ragu untuk melangkah menghalau derasnya hujan.
Pekikkan Takbir membahana disepanjang jalan, seruan-seruan kecaman terhadap kebiadaban rezim Bashar Asad. “Bashar Asad Go to Hell!” seru para peserta aksi mengecam rezim diktator Suriah yang telah membantai sekitar 7000 rakyatnya sendiri.
Harist Abu Ulya, orator, menambah semangat peserta yang tengah basah kuyup itu dengan menyatakan bahwa hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk diterimanya doa. “Mari kita berdoa saat mustajab seperti ini, agar rezim Bashar Asad dihinakan oleh Allah,” seru Abu Ulya dan disambut pekikan takbir peserta.
Di sela-sela aksi, Ketua DPP HTI Dr Rahmat Kurnia menyerukan pada rakyat Suriah agar jangan berharap pada Dewan Keamanan PBB apalagi Amerika. “Kami berharap rakyat Suriah terus berjuang, berfikirlah out of box, jangan meminta bantuan kepada PBB dan Amerika, atau pun Eropa, kembalilah pada Islam tegakkanlah kembali Khilafah inilah yang akan menyelamatkan mereka dan kaum Muslim seluruh dunia khususnya di Indonesia siap bersama mereka.”
Selain di Jakarta, HTI pun menggelar aksi serupa di Medan, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Kendari, dan lainnya.[] fatih mujahid
Dukungan Kepada Revolusi Kaum Muslim di Suriah: Basyar al-Assad, Sang Penjagal, Harus Ditumbangkan
[Al Islam 597] Perlawanan kaum Muslim di Syria terahdap rezim Basyar telah berlangsung hapir setahun. Organisasi kemanusiaan menyebut minimal sudah 10 ribu orang tewas termasuk anak-anak, orang tua, dan para wanita tak bersenjata. Korban cacat dan luka mencapai puluhan ribu. Sementara yang dipenjara diperkirakan lebih dari 150 ribu orang.Rezim al-Assad, Rezim Kufur
Basyar al-Assad berasal dari kelompok syiah Nushairiyah, didirikan oleh Muhammad bin Nushair An-Numairi (mati tahun 270 H). Sekte ini memiliki pandangan akidah dan ajaran yang menyimpang dari Islam. Diantaranya mereka:
- Meyakini Ali bin Abi Thalib sebagai Ilah (Tuhan). Karena keyakinan inilah mereka juga disebut ‘Alawiyun.
- Meyakini bahwa Allah Sang Pencipta menitis atau bersemayam pada diri makhluk.
- Tidak mengakui haji, zakat dan puasa Ramadhan.
- Jumlah rakaat dan tata cara shalat mereka menyalahi syariah yaitu tanpa sujud dan kadang-kadang ada ruku’. Mereka juga tidak mengakui shalat jumat.
- Mereka mengagungkan dan membolehkan khamr, menghalalkan mangawini mahram, membolehkan zina, homoseksual dan lesbianisme.
- Mereka sangat membenci para sahabat Nabi ra.
- Mereka memuji dan mengagungkan Abdurrahman bin Muljim, pembunuh Ali bin Abi Thalib, karena mereka anggap telah berjasa besar membebaskan Zat Ketuhanan Ali dari jasad manusiawinya.
Menjadi Bencana Sejak Awal
Kelompok Nushairiyah atau ‘Alawiyun ini sejak kemunculannya menjadi bencana bagi kaum Muslim. Dahulu, kelompok ini berkolusi dengan pasukan salib dan pasukan Tatar untuk menghancurkan kaum Muslim. Juga dengan Timur Lenk, penganut syiah ekstrem lainnya, melakukan pembantaian keji terhadap kaum Muslim tahun 822 H.
Pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, kelompok ini bersekongkol dengan Prancis menentang kekuasaan Islam. Pada tahun 1920, Prancis resmi menggunakan sebutan ‘Alawiyun untuk kelompok ini. Tahun itu, Prancis bersekongkol dengan para pemimpin Nushairiyah mendirikan negara ‘Alawiyun di Ladzikiyah. Sulaiman al-Mursyid (pemimpin besar Nushairiyah saat itu) yang mengaku Tuhan sebagai presidennya. Negara Ladzikiyah ini hancur dengan matinya Mujib al-Mursyid (pengganti Sulaiman al-Mursyid) tahun 1951 oleh intelijen Suriah.
Lalu kelompok Nushairiyah ini bergabung ke partai Ba’ats dan berhasil masuk ke pemerintahan. Saat Hafez al-Assad (pemimpin Nushairiyah) menjabat menteri pertahanan tahun 1967, ia berkolusi dengan zionis Yahudi dalam perang Arab 67.
Dengan partai Ba’ats, mereka melakukan kudeta pada tahun 1971 dan Hafez al-Assad menjadi Perdana Menteri lalu menjadi Presiden. Sejak saat itu, kelompok Nushairiyah yang hanya 10% dari penduduk Suriah, dengan pemimpinnya Hafez al-Assad bertindak diktator dan banyak melakukan pembantai atas kaum Muslim, diantaranya:
- Tahun 1976, di Kamp pengungsi Palestina Tel Za’tar, berkolusi dengan kelompok kristen Maronit. Sebanyak 6000 orang tewas dibantai.
- Tahun 1980, di penjara Tadammur. Sedikitnya 700 orang tewas di bantai.
- Agustus 80, di kota Aleppo, 83 orang tewas dibantai.
- Maret 80, di Jasr asy-Syughur, Idlib utara, 100 orang dibantai. Korban yang selamat menceritakan, seorang anak kecil belum 6 tahun yang dibelah menjadi dua bagian di depan ibunya sehingga si ibu langsung meninggal.
- Februari 82, kota Hama dikepung dan dihancurkan. Hampir 40 ribu orang dibantai, 15 ribu ditawan dan 150 ribu terusir. Tiga kota hancur lebur.
- Mei 85, di Kamp pengungsi Shabra dan Syatila, 3100 orang tewas dibantai.
Basyar Pewaris Kebengisan Sang Ayah
Melihat tabiat rezim kafir al-Assad senior (Hafez) maka tak heran jika rezim al-Assad junior (Basyar al-Assad) yang kafir itu juga mewarisi kebengisan bapaknya. Sejak meletus revolusi, rezim Basyar menghadapi rakyatnya yang tak bersenjata menggunakan berbagai macam senjata hingga senjata berat. Satu demi satu kota dikepung, dihujani artileri, pintu-pintu rumah di dobrak, penduduknya di bantai termasuk anak-anak, wanita dan orang tua. Laki-laki dewasa yang tidak dibunuh, ditangkapi dan ditahan. Jika satu kota selesai, hal sama dilanjutkan ke kota berikutnya.
Kebrutalan rezim Basyar, pasukan dan milisi Shabbiha-nya, telah melampaui batas. Di kota Homsh saja terdapat 500-an orang cacat, tangan atau kakinya buntung, akibat siksaan rezim Basyar. Wanita, anak-anak dan orang tua pun tak luput dari kebengisan mereka.
Seorang perempuan kepada wartawan BBC Paul Wood di pinggiran kota Homs mengatakan, tentara menggorok leher anaknya yang baru berusia 12 tahun pada Jumat (2/3), di Baba Amr. Menurutnya, ada lagi 35 pria dan anak-anak dari wilayahnya yang juga sudah ditahan dan dibunuh. Seorang perempuan yang harus berjalan kaki selama tiga hari dalam upaya menyelamatkan diri, mengatakan tentara pemerintah menciduk 36 pria dan anak-anak dari satu wilayah lalu membantai mereka. Seorang mantan anggota militer Suriah yang membelot mengatakan, mereka disuruh menembak siapa saja yang bergerak tak peduli sipil atau militer (bbc, 6/2).
Menentukan Sikap
Hanya ada satu kata yang pantas, rezim Basyar kafir dan rezim yang sama di negeri muslim lainnya harus dijungkalkan. Untuk itu tidak boleh bersandar kepada DK PBB. Mengharap DK PBB untuk menyelesaikan krisis di Suria, juga di negeri muslim lain, berarti meletakkan problema kaum muslimin di tangan musuh. Juga berarti membiarkan persoalan kaum Muslimin sebagai obyek tawar menawar, konsesi, konspirasi dan pemaksaan syarat-syarat yang hanya akan menimbulkan mudharat bagi kaum muslimin karena langkah itu pasti akan makin menjauhkan negeri muslim itu kepada identitas Islamnya.
Juga tidak boleh mengharap Amerika. AS lah yang menobatkan dan menjaga rezim al-Assad selama ini. Bagi AS, saat ini Bashar sudah berakhir masa pengabdiannya. AS sekarang berusaha mematangkan anteknya yang akan menjadi pengganti Basyar. Untuk itu AS menempuh dua rencana: Dewan Nasional, menjadi tanggaung jawab Turki, dan Badan Koordinasi yang menjadi tanggungjawab Iran. Hingga pengganti Basyar itu matang, AS menggunakan kaki tangannya di Liga Arab dan teluk untuk mengulur-ulur waktu dan itu menjadi perpanjangan waktu bagi Basyar untuk melanjutkan berbagai kejahatannya.
Untuk menyelesaikan problem yang tengah dihadapi oleh rakyat Syria dan negeri lainnya, sama sekali tidak perlu dan tidak boleh mengundang campur tangan asing, baik melalui PBB maupun lainnya. Juga tidak diperlukan gerakan oposisi sekuler. Yang diperlukan adalah keteguhan dan kesungguhan para pejuang Islam dengan dukungan rakyat, untuk bersama-sama melenyapkan rezim diktator bengis ini, dan menggantikannya dengan penguasa baru yang tegak atas dasar Islam, dan bekerja untuk kejayaan Islam.
Tugas itu adalah kewajiban semua pihak, baik ulama, ahlul quwah maupun orang awam. Para ulama kaum Muslim memiliki kewajiban syar’i untuk menjelaskan hukum-hukum yang qath’i berikut dengan jelas dan tanpa keraguan bahwa :
- Kaum Muslim khususnya di Syria dituntut untuk menjungkalkan rezim Syria dikarenakan pertama-tama rezim Syria itu rezim yang tidak memerintah dengan Islam.
- Metode perubahan itu wajib sesuai dengan metode Rasul saw dan perubahan itu harus bersih yang direalisasi oleh kaum Muslim sendiri.
- Ahlul quwah khususnya di Syria bahwa mereka memiliki dua kewajiban syar’i: melindungi warga mereka dan menolong agama mereka untuk menegakkan daulah al-Khilafah al-Islamiyah seperti yang dilakukan oleh anshar Allah, RasulNya dan kaum Mukmin di Madinah Munawarah.
- Tuntutan negara sipil atau sekuler tanpa agama adalah seruan yang batil merupakan sistem kufur yang haram diambil, diterapkan atau diserukan.
- Haramnya intervensi asing baik dari Amerika, Eropa, Rusia, Cina dan lainya. Semuanya berhimpun untuk memusuhi dan memerangi Islam, meski masing-masing menurut metodenya sendiri-sendiri.
- Haramnya menuntut intervensi Dewan Keamanan PBB untuk menjamin perlindungan internasional sebab undang-undangnya adalah undang-undang kufur dan tujuan-tujuannya dalah tujuan-tujuan negara-negara besar terutama Amerika.
Hizbut Tahrir sendiri sudah melakukan perlawanan sejak awal bahkan sebelum munculnya rezim al-Assad. Hizbut Tahrir sejak awal telah memperingatkan bahwa rezim al-Assad adalah rezim kufur, hanya akan mendatangkan bencana bagi kaum Muslim dan mengabdi demi kepentingan barat yang menjadi tuannya terutama AS yang telah menobatkannya di tampuk kekuasaan. Sikap Hizbut Tahrir sejak awal hingga kini tetap. Hizbut Tahrir terus berjuang di tengah dan bersama umat.
Maka kepada para ahlul quwah telah tiba saatnya untuk berjuang bersama umat dan Hizbut Tahrir. Saatnya para ahlul quwah segera menunaikan kewajiban mereka. Allah SWT berfirman:
وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan (QS al-Anfal [8]: 72)Allah juga menyeru:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنصَارَ اللَّهِ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah (QS ash-Shaff [61]: 14)Semoga Allah SWT menyegerakan terealisasinya hal itu. Hal itu amat mudah bagi Allah.
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.(QS Yusuf [12]: 21)Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
Pemerintah mengusulkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara-Perubahan (RAPBN-P) 2012. (antaranews.com, 6/3)
1. Itu bentuk kepatuhan pemerintah. Sebab pengurangan subsidi BBM adalah instruksi Bank Dunia, G-20 dan amanat pertemuan APEC.
2. Ironis, pemerintah muluskan liberalisasi BBM demi bisnis asing. Asing untung, rakyat buntung.
3. Saatnya energi termasuk BBM dikelola degan syariah, niscaya yang untung adalah rakyat seluruhnya.
oleh Wahdah Islamiyah
Ada sebuah negeri bernama Syam. Tentang negeri itu, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang keutamaannya:
Kemudian dalam kesempatan lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
Bahkan secara spesifik, Nabi kita yang tercinta itu mendoakan negeri Syam dengan doa yang luar biasa. Beliau mengatakan:
Kaum muslimin yang berbahagia!
Lalu mengapa hari ini tiba-tiba kita berbicara tentang Suriah?
Karena Suriah adalah bagian dari negeri Syam. Inilah negeri yang dibuka pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab. Tidak sedikit sahabat Nabi dan orang-orang shaleh yang berhijrah ke sana, karena keutamaan-keutamaan yang telah disebutkan sebelumnya. Dari negeri yang penuh berkah ini lahir ulama-ulama Islam besar, seperti Imam Nawawi, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Ibnu Katsir.
Dan hari ini, Suriah adalah negara dengan penduduk mayoritas Ahlussunnah wal jamaah, namun diperintah dan dipimpin oleh Basyar al-Asad, presiden yang berasal dari kelompok minoritas bernama Nushairiyyah atau Isma’iliyah. Tentang kelompok ini, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan:
Kelompok ini merupakan salah satu sekte penting dalam aliran Syiah, selain kelompok Syiah Rafidhah yang telah merambah Indonesia dengan mengatasnamakan Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok Nushairiyyah ini mulai muncul pada abad ke 3 H. Salah satu keyakinan penting mereka adalah meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah tuhan. Tetapi tidak cukup itu saja -jamaah sekalian-, Basyar al-Asad yang berkuasa di Suriah itu tidak sekedar berpaham Nushairiyyah, namun juga seorang komunis-sosialis.
Karena itu, tidak mengherankan jika Rusia dan Cina mendukung kekejamannya dengan memveto rancangan keputusan PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Basyar al-Asad. Dan hebatnya, tindakan Rusia dan Cina itu mendapatkan pujian dari Iran.
Jadi mengapa hari ini tiba-tiba kita berbicara tentang Suriah?
Karena sejak rakyat Suriah menuntut turunnya Basyar al-Asad hingga saat ini saja sekurang-kurangnya lebih dari 8343 saudara kita di sana telah gugur sebagai syuhada’ –insya Allah- di tangan manusia keji bernama Basyar al-Asad. Secara terperinci sebagai berikut:
Salah seorang petinggi militer bahkan mengatakan:
“Kalian tidak usah berharap anak-anak kalian dapat kembali lagi berkumpul dengan kalian! Jika kalian ingin punya anak, buatlah bersama istri-istri kalian! Tapi jika kalian tidak mampu, bawa saja istri-istri kalian kepada kami supaya mereka bisa melahirkan anak lagi!”
Bahkan wanita muslimah di sana berpesan kepada kita semua:
“Jika kalian tidak mampu mengirimkan bantuan untuk menyelamatkan kami, maka kirimkan saja pil-pil anti hamil kepada kami agar kami tidak perlu mengandung anak dari manusia-manusia keji itu!!”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Belum lagi dengan korban yang terluka. Banyak korban terluka yang tidak mungkin dibawa ke rumah sakit, sehingga mereka harus membuat rumah sakit rahasia untuk mengobati korban luka dengan perlengkapan medis seadanya. Mengapa? Karena para tentara Basyar al-Asad tidak pernah ragu untuk menyeret korban terluka itu keluar dari rumah sakit, atau bahkan langsung membunuhnya di ranjang jika dianggap mendukung revolusi penggulingannya. Bahkan seorang dokter mengatakan bahwa para dokter yang mengobati korban luka itupun terancam nyawanya oleh militer keji itu.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Hari ini, kaum muslimin di Suriah menjadi manusia yang terusir di negerinya sendiri. Di sebuah kota bernama Himsh, 4 sampai 5 keluarga harus berbagi pengungsian dalam 1 rumah pasca bombardir yang dilakukan pasukan al-Asad terhadap kota itu. Untuk sekedar merebahkan badan, mereka harus bergantian tidur di siang dan malam hari karena tidak ada tempat yang cukup untuk itu.
Mereka kekurangan air. Dan untuk itu mereka hanya mengandalkan air hujan yang turun. Dan dengan mata kepala mereka sendiri, mereka harus menyaksikan kerabat mereka mati perlahan-lahan karena kekurangan obat.
Mereka menderita kelaparan. Mereka ketakutan. Seorang dari mereka mengatakan: “Kami hanya bisa memandangi korban terluka menjemput kematiannya. Yang bisa kami lakukan hanyalah mencoba menutupi luka itu dengan kain seadanya, dan selanjutnya hanya bisa melihat mereka pelan-pelan menjemput kematiannya.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Tidak hanya itu yang dilakukan oleh tentara-tentara terkutuk itu. Mereka juga memaksa rakyat Suriah untuk sujud di atas gambar Sang Presiden bengis itu. Yah, kita semua tahu bahwa kita tidak dibenarkan sujud kecuali kepada Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang lebih hebat dari itu, para tentara itu memaksa dan menyiksa para pemuda untuk mengucapkan:
“La ilaha illah Basysyar!” alias “Tidak ada tuhan selain Basyar”!
La haula wa la quwwata illa billah!
Sungguh sebuah kekejian dan kebejatan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Jamaah sekalian!
Kita tidak tahu sandiwara apa yang sedang dimainkan di Suriah. Rusia dan Cina menggunakan hak vetonya di PBB, lalu Iran memuji sikap itu. Bahkan beberapa kapal perang Iran telah merapat di pelabuhan Suriah. Iran –sebagaimana juga Amerika- yang beberapa waktu lalu berkoar-koar mendukung revolusi rakyat di Libia, Mesir dan Yaman; mengapa hari ini mereka justru mendukung Basyar al-Asad, presiden yang membantai rakyatnya sendiri?
Entahlah. Tapi yang pasti, pemerintah Suriah yang katanya menentang Israel tapi tidak punya senjata untuk menghantamnya, hari ini ternyata punya begitu banyak senjata untuk membantai rakyatnya sendiri yang mayoritas Ahlussunnah!
Sama seperti Iran, yang berkoar-koar ingin menghancurkan Israel dan Amerika sejak belasan tahun lalu, namun hingga kini tak satupun omong besar itu terbukti. Tapi anehnya, mereka mampu membombardir kaum muslimin di Iraq dan Yaman.
Sebagaimana kita juga bertanya-tanya: mengapa media-media cetak dan elektronik di Indonesia tidak terlalu tertarik mengangkat isu ini, seperti semangat mereka dulu menayangkan dan memberitakan revolusi Libia dan Mesir?
Entahlah. Tapi tragedi Suriah akan menyingkap begitu banyak rahasia yang selama ini tersembunyi, insya Allah!
Khutbah Kedua:
Jika kezhaliman telah mencapai titik kulminasinya, maka itu pertanda ia tidak lama lagi akan hancur. Begitulah Sunnatullah. Fir’aun, nenek moyang para penguasa zhalim, telah menunjukkan itu, bahkan diabadikan di dalam al-Qur’an.
Namun pertanyaannya adalah: jika kelak Allah bertanya kepada kita: “Apa yang telah engkau lakukan untuk mereka?”, bagaimanakah kita akan menjawabnya, hadirin sekalian?
Setidaknya panjatkanlah sebaris doa untuk mereka.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Tragedi Suriah yang pasti mengajarkan kepada kita bahwa umat Tauhid ini tidak akan mati. Benih yang ditanam oleh Rasulullah akan selalu hidup, menebarkan aroma dan pesonanya, menegaskan aqidah dan keyakinannya bahwa: La ilaha illallah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Hari ini, saudara-saudara kita di Suriah dalam tuntutannya selalu meneriakkan:
“Kami tidak akan ruku’ kecuali pada Allah!”
“Kami kufur kepada Rusia, Cina dan Iran, tapi kami beriman kepada Allah Rabbul ‘alamin!”
Sekali lagi, doakanlah saudara-saudara kita kaum muslimin di sana, di bumi yang penuh berkah, Syam.
Ketua Suriah Human Right Watch, Rami Abdurrahman kepada AFP melaporkan sedikitnya 14 warga sipil gugur, puluhan warga terluka dan 150 lainnya ditangkap. Tank-tank dan panser-panser militer Suriah memasuki pusat kota setelah memukul mundur tentara kebebasan yang mempertahankan kota dengan senjata seadanya.
Anggota Dewan Umum Revolusi Suriah, Milda Fadhl, melaporkan langsung dari Idlib bahwa bombardir militer sangat massif sejak waktu Subuh hari Sabtu. Bombardir massif tersebut merupakan bombardir paling berat yang dialami oleh penduduk Idlib, sejak kekuatan militer rezim Suriah dikerahkan dalam jumlah sangat besar minggu lalu ke propinsi ini.
Desa Qushur, Dhubait, dan Haarah di Idlib Selatan mendapat gempuran hebat oleh tank-tank dan artileri Suriah. Sebagian besar penduduknya mundur ke daerah lain sebelum militer rezim Suriah berhasil memasukinya di waktu sore.
Sementara itu gedung-gedung dan perumahan penduduk di pusat kota Idlib, tepatnya distrik tiga puluh, hancur lebur oleh bombardir militer. Idlib dianggap sebagai pusat pertahanan kelompok oposisi dan tentara kebebasan setelah jatuhnya propinsi Homs.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Di pihak rezim Nushairiyah Suriah, dukungan terus mengalir dari para sekutunya. Rusia, Cina, dan Iran memberikan dukungan secara politik. Dukungan militer juga diperoleh dari Rusia, Iran, milisi Syiah HIzbul Lata Lebanon, dan milisi Syiah al-Mahdi Irak. Dukungan ekonomi juga digelontorkan oleh Iran.
Di pihak revolusi, secara ideologi rakyat muslim seluruh dunia mendukung revolusi Suriah. Secara politik, negara-negara Arab dan Barat berlagak ‘mengecam’ Suriah meski sejatinya hanya ‘bersandiwara’. Bagi mereka, rezim Suriah diperlukan untuk menjaga eksistensi Israel dan menghalangi jihad umat Islam dari negara-negara tetangga. Secara ekonomi dan militer, tidak ada bantuan apapun dari dunia internasional untuk rakyat Suriah.
Bagaimana masa depan revolusi rakyat muslim Suriah? Mampukah rezim Nushairiyah melindas revolusi dengan dukungan Syiah internasional dan komunis internasional? Akankah rezim Nushairiyah tumbang dan digantikan oleh rezim nasionalis-sekuleris boneka Barat? Seberapa besar peluang kelompok-kelompok jihad untuk melancarkan proyek jihad Islam? Bagaimana sikap Barat dan boneka-boneka Arabnya di kawasan Timur Tengah dalam menghadapi revolusi ini?
Koresponden forum al-Anshar di Suriah, Qa’idi Mauqut, menurunkan analisa berharga yang mengupas masa depan revolusi Suriah dari aspek ideologi, politik, militer, media, dan sosial. Analisa tersebut ia turunkan dalam bertajuk ‘Ats-Tsaurah as-Suriyah: Sinariyuhat al-harb al-murtaqabah’ (Revolusi Suriah: Beberapa Kemungkinan Skenario Perang). Berikut ini terjemahannya.
Dalam artikel sebelumnya, saya telah membicarakan secara singkat beberapa pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah yang memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan dan memberikan pengaruh terhadap musuh-musuhnya pada masa yang akan datang, juga beberapa kekuatan dari luar yang mungkin melibatkan diri jika keadaan menuntut.
Medan konflik Suriah sampai saat ini masih membingungkan banyak pihak disebabkan oleh akhir dari berbagai peristiwa ini pada masa yang akan datang. Persoalan di Suriah tidak mudah dipastikan seperti mudahnya memprediksikan peristiwa di tempat lain. Suriah dikuasai oleh pemerintahan kelompok (Nushairiyah) yang telah berjalan selama empat puluh tahun, disertai berbagai kudeta dan pembunuhan misterius di Lebanon dan Suriah; juga pengkhiantan, pemenjaraan, dan pengusiran terhadap pihak oposisi termasuk saudara kandung presiden yang telah tiada, Hafizh Asad sendiri; kemudian keikut sertaan dalam proyek besar Rafidhah dengan penggelontoran dana yang luar biasa besar untuk membangunnya, sampai menjadi sebuah kekuatan yang menyaingi lawan-lawannya di kawasan yang memanjang dari Yaman sampai ke Iran, lalu Irak, Suriah, dan Lebanon. Proyek besar Rafidhah ini pada awalnya nampak berjalan sendiri-sendiri namun kini menjadi jelas merupakan satu kesatuan yang memiliki kesamaan arah dan persepsi terhadap lawannya. Proyek yang oleh para pengamat politik disebut ‘bulan sabit Syi’ah’.
Dalam artikel ini saya akan berusaha untuk memaparkan beberapa skenario yang mungkin terjadi di Suriah. Terkadang skenario tersebut berupa pokok-pokok kebijakan yang di dalamnya termuat banyak cabang skenario, yang tidak akan saya bahas panjang lebar; atau beberapa kebijakan yang diimbangi oleh kebijakan lain yang juga mungkin terjadi dengan sedikit perbedaan bentuk. Tujuan saya bukanlah memaparkan skenario semata sebagai sebuah bacaan dan analisa, melainkan adalah sebuah upaya memprediksikan peluang-peluang mujahidin dalam kondisi yang ada dan menonjolkan manhaj mujahidin. Di akhir setiap skenario, saya akan memaparkan sebagian tantangan dan rintangan yang akan dihadapi oleh ikhwah mujahidin, tentunya dengan menggunakan senjata yang tepat untuk medan tersebut, perangkat-perangkat kekuatan yang tepat dan tersedia, dan penggunaannya untuk memberi manfaat bagi proyek jihad. Khususnya apa yang hendak saya fokuskan di sini, yaitu ‘asuhan’ rakyat dan penerimaan mereka terhadap pilihan jihad, serta peranan media massa musuh dan penganut metode-metode menyimpang untuk menghantam proyek jihad yang diberkahi ini.
Inilah persoalan yang paling penting bagi saya, yaitu kaum muslimin menerima pilihan jihad mujahidin dan meridhainya sebagai sebuah metode perjuangan sebagai ganti dari metode yang selama ini biasa mereka tempuh. Saya akan menambahkan beberapa hal lain yang terkadang saya lalui dengan cepat. Adapun sisi-sisi persoalan yang lain, cukuplah saudara-saudara yang lain yang membahasnya, yang salah seorang di antara mereka melebihi seratus orang seperti saya dalam hal membaca, mengkaji, dan menganalisa.
Fokus tulisan saya seperti telah saya katakan terbatas pada pembahasan tentang beberapa peluang untuk menampakkan manhaj dan menanamkan proyek jihad di Syam dalam suasana skenario-skenario yang menurut saya akan paling mungkin terjadi. Saya tidak lupa untuk mengulas dengan singkat dan cepat perangkat-perangkat kekuatan dan potensi-potensi yang biasanya dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad serta selanjutnya penggunaannya untuk melayani program jihad dan menarik dukungan rakyat. Terlebih pihak musuh juga melakukan upaya yang sama.
Sebagian hal yang saya utarakan akan nampak sebagai perkara yang kelam dan membuat putus asa pembacca. Namun inilah problem artikel-artikel naratif yang berusaha untuk menerangkan realita yang sebenarnya. Bagi sebagian orang kondisi tersebut seakan mengundang pesimisme dan mengendorkan semangat. Namun bagi orang yang hendak beramal jauh dari pengaruh emosi, pemaparan realita yang sesungguhnya memiliki nilai positif yang besar dan banyak manfaat yang buahnya akan nampak setelah itu. Dengan demikian orang yang bekerja untuk proyek jihad akan mampu untuk memilih solusi yang tepat. Hal yang terpenting dari manfaat tersebut adalah agar pemilik proyek jihad tidak jatuh sebagai korban akibat melalaikan sisi realita tersebut meskipun seakan mengundang pesimisme.
Permasalahan yang hendak saya bicarakan dalam artikel ini bisa saya ringkaskan dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1. Prasarana-prasarana yang dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad.
2. Hal-hal yang diperlukan oleh kelompok-kelompok jihad.
3. Beberapa skenario perang:
a. Rezim Suriah unggul dan mengendalikan suasana.
b. Rezim Suriah mengalami kemunduran dan oposisi bersenjata meraih kemenangan.
c. Suasana chaos dan senjata beredar luas.
1. Kemampuan untuk menghantam kepentingan-kepentingan Israel dari Lebanon Selatan dan boleh jadi pada masa yang akan datang dari Barat Laut Suriah jika suasana chaos terjadi dan aparat keamanan tidak mampu mengendalikannya lagi.
Sebelum ini Israel telah berkali-kali diserang dengan roket dari Lebanon Selatan dan brigade Abdullah Azzam beberapa kali telah mengaku bertanggung jawab atas penembakan roket tersebut. Sungguh sebuah tantangan terbuka, padahal kawasan tersebut berada di bawah kontrol tentara Lebanon, UNIFIL, dan milisi Syiah Hizbul Lata. Prasarana ‘menghantam Yahudi’ merupakan sebuah kelebihan dan karakteristik yang kita miliki.
Pada masa mendatang hal ini bisa berkembang dan berubah dari sekedar penembakan roket menjadi kendaraan peluncuran roket yang bisa mengancam eksistensi Yahudi dalam skala hampir sehari-hari. Jika berbagai kelompok jihad yang ada bisa mengadakan aliansi dan koordinasi kerja yang kuat untuk melakukan serangan seperti itu secara terus-menerus, niscaya hal itu akan menjadi arsip yang sangat penting dan berita utama yang diliput oleh berbagai stasiun TV.
Saya mengisyaratkan perkara ini bukan semata karena penembakan roket menyebabkan kerusakan yang parah pada peralatan militer Israel. Tetapi karena prasarana ini akan menelanjangi kedok pihak manapun yang merintanginya, jika operasi seperti ini terus-menerus dilakukan dan dalam skala yang sering. Sebab pada saat hal itu terjadi, ia bukan lagi menjadi konspirasi yang dilakukan oleh sebagian pihak semata untuk mengalihkan konflik politik dalam negeri (Lebanon), melainkan telah menjadi aksi kepahlawanan dan jihad yang hanya akan dilakukan oleh putra-putra terbaik barisan jihad.
Lebih dari itu, prasarana ini merupakan alat untuk menimbulkan ketakutan dalam negeri Israel dan penyebab perpindahan intern ribuan penduduk Yahudi ke daerah wilayah penjajahan Israel bagian selatan. Perkara ini sudah menjadi konsumsi media massa yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Persis seperti yang terjadi dalam peperangan dengan Hizbul Lata yang terakhir dengan militer Israel.
2. Dengan warisan militer dan sekuriti yang dimilikinya, kelompok-kelompok jihad memiliki pengalaman dan kemampuan untuk menentukan metode, bersembunyi, menampakkan diri, dan menyesuaikan diri dengan kondisi perang apapun. Selain juga memiliki senjata yang mematikan dalam bentuk perang gerilya menurut cara yang ditempuh oleh Daulah Islam Irak dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Irak. Terkhusus lagi dengan kemampuan industri perang mencengangkan yang telah diraih berbagai kelompok jihad Irak dalam bidang ranjau dan roket.
Pada masa yang akan datang hal itu bisa ditempuh sesuai skenario yang mungkin terjadi, kesudahan konflik, tabiat permusuhan dan kekuatan yang akan menguasai wilayah tersebut. Belum lagi jika ditambah dengan runtuhnya kendali keamanan di perbatasan Irak-Suriah dan pengiriman pengalaman-pengalaman jihad, kader-kader jihad, dan persenjataan dari Irak jika keadaan menuntut hal itu.
1. Bidang media massa. Bidang media massa kelompok-kelompok jihad masih rendah, sempit, terbatas pada forum-forum jihad, dan kondisi yang lebih baik pun masih sebatas situs internet. Hal ini jelas tidak sesuai dengan proyek-proyek jihad yang besar, yang menuntut kehadiran media massa jihad secara kuat, penyebaran yang luas di darat, dan penyampaian informasi secara terus-menerus kepada kaum muslimin di tempat manapun guna membantah kebohongan-kebohongan tentang proyek jihad ini yang mungkin disebar luaskan oleh musuh, sekaligus untuk menghindari upaya perburukan citra yang kita lihat terjadi di Irak.
Maksud saya tidak lain adalah kemunculan (tokoh-tokoh) di media massa dan mendekati sarana-sarana media di awal peperangan, sehingga wajah mereka biasa muncul di media, dan sebagai dampaknya adalah apa yang mereka sampaikan pun menjadi hal biasa (bukan hal aneh dan asing lagi, pent). Terlebih kita sedang berbicara tentang sarana media massa raksasa yang dimiliki oleh pihak-pihak lain (musuh Islam, pent) yang melampaui internet dalam jarak yang sangat jauh.
2. Bidang kehadiran sosial. Maksud saya adalah kehadiran kelompok-kelompok jihad sebagai sebuah organisasi masyarakat yang tumbuh secara bertahap dan memiliki kalimat (suara yang didengar masyarakat), di bawah nama proyek apapun, misalnya dalam bentuk aliansi bersama yang menjaga keamanan.
Orang-orang yang bergerak dalam wadah-wadah ini adalah orang-orang yang mengusung proyek jihad itu sendiri, namun mereka tidak memiliki pengalaman jihad sebelumnya dan tidak ada keraguan masyarakat terhadap mereka. Hal ini mudah jika telah diketahui bahwa metode jihad memiliki banyak anshar (simpatisan) di kalangan ulama, pelajar (mahasiswa, santri), dan cendekiawan yang selama puluhan tahun suara mereka dibungkam oleh pemerintahan rezim kelompok Nushairiyah.
Proyek jenis ini memungkinkan untuk bekerja secara terpisah dari pernyataan-pernyataan dan publikasi-publikasi aliran kelompok jihad bersenjata. Hal ini akan mengangkat nilai kesyar’ian proyek ini di hadapan masyarakat dan akan mempersiapkan masyarakat untuk menerima proyek yang lebih tinggi lagi, mengangkat ‘atap’ tuntutan proyek, dan menentang proyek menyimpang lainnya apapun bentuknya, baik proyek nasionalis sekuler maupun nasionalis ikhwani (perjuangan kelompok IM via demokrasi parlemen, pent).
Semoga maksud saya sudah bisa dipahami dengan jelas dari ajakan dan isyarat singkat ini. Medan perjuangan Suriah sekarang menjadi ajang perlombaan banyak pihak. Masing-masing pihak berjuang dengan keras dari sekarang untuk menanam benih, agar bisa memetik buahnya pada saatnya kelak.
Orang yang memandang pihak manapun yang terlibat tersebut, niscaya akan melihat pihak tersebut bergerak dalam lebih dari satu bidang, bukan hanya dalam bidang militer semata!
Perkiraan tersebut mencerminkan pandangan yang tidak mendalam di kalangan jurnalis dan pimpinan revolusi Suriah dalam memahami konflik Suriah, tabiat medan konflik dan pemerintahan yang tengah mereka hadapi.
Sampai saat ini, pemerintahan rezim Suriah belum menggerakkan sebagian besar dan raksasa militernya dalam operasi-operasi militer. Departemen pertahanan Suriah juga belum terlibat dalam penanganan revolusi ini. Pengerahan sebagian brigade, pengiriman sebagian patroli militer dan konvoi militer yang beberapa kali dihadang oleh tentara pembelot pro revolusi atau kelompok lain, selama ini dikendalikan oleh dinas Intelijen Angkatan Udara Suriah yang mendapat wewenang untuk menangani krisis.
Lebih dari itu, taktik rezim Suriah dalam menggerakkan divisi-divisi militernya juga sulit dipahami. Beberapa waktu terakhir ini, rezim Suriah menggerakkan satu divisi militernya ke kawasan yang berada di antara propinsi Alepo (Halb) dan Riqah, padahal kawasan tersebut selama ini kosong dari penempatan kekuatan militer dalam jumlah yang sangat besar seperti itu. Rezim Suriah juga mengerahkan sekitar 9000 pasukan komandonya ke propinsi Alepo, dan digabungkan ke dalamnya sebanyak 4000 anggota khusus milisi Hizbul Lata (plesetan dari nama sebenarnya;Hizbullah) Lebanon. Rezim Suriah juga terus-menerus mengerahkan divisi-divisi militernya dari wilayah dalam Suriah seperti propinsi Alepo dan Homsh ke wilayah Utara Suriah seperti propinsi Idlib.
Untuk membahas secara singkat pengerahan divisi-divisi militer Suriah yang sangat besar ini, saya katakan: kekuatan militer Suriah dikerahkan sekitar propinsi Homsh karena di sana terdapat kekuatan militer Suriah dengan dukungan teknologi mutakhir yang drepresentasikan oleh divisi pertahanan udara, radar-radar, dan kota-kota industri militer rahasia yang di dalamnya terdapat para pakar industri militer Rusia, juga bandara-bandara militer.
Selain itu, pusat kekuatan militer Suriah juga terdapat di sebagian besar propinsi; mulai dari divisi III di kawasan Qathifah sebelah utara Damaskus sampai kawasan Dir’a dan Qunaithirah, di sana terdapat beberapa divisi militer yang mendapat latihan militer yang tidak terlalu tinggi, seperti divisi 90, divisi 61, dan lain-lain.
Adapun di propinsi Alepo, penempatan kekuatan militer tidak terlalu besar, seperti penempatan beberapa batalion pasukan komando di kawasan Musalimiyah, di sana terdapat sekolah infantri dan sekolah artileri.
Adapun jumlah tentara yang membelot ke pihak revolusi sampai saat ini hanya mewakili sekitar 5-8 % dari seluruh tentara nasional Suriah, di mana 95 % tentara Suriah masih setia kepada tentara rezim Suriah.
Operasi serangan yang dilancarkan oleh tentara kebebasan pro revolusi terhadap kekuatan militer rezim Suriah lebih menyerupai usaha ‘menakut-nakuti dan mengganggu’ belaka. Operasi serangan mereka masih memerlukan pengendalian dan planning yang lebih baik. (1)
Maka janganlah saudara-saudaraku seislam mengira bahwa para tentara yang membelot kepada revolusi Suriah tersebut adalah orang-orang yang memiliki keahlian perang yang telah teruji, sekalipun sebagian mereka memiliki pangkat militer cukup tinggi. Sebagian besar orang yang berdinas dalam militer Suriah pasca perang Lebanon tahun 1980an belum pernah menerjuni operasi militer apapun! Mereka hanya berdinas rutin untuk masa tugas tertentu, lalu kembali kepada kehidupan sipil mereka.
Sudah diketahui bersama bahwa pengalaman militer didapatkan dengan menerjuni kancah-kancah peperangan, terutama pengalaman yang berkaitan dengan perang gerilya dan keahlian menanam ranjau. Memang, tentara kebebasan Suriah memiliki kemampuan dasar dan pengetahuan tentang beragam senjata karena pernah berdinas dalam tentara nasional Suriah. Secara umum, pengalaman tempur juga datang bersamaan dengan perjalanan waktu jika peperangan masih menggunakan cara perang gerilya dan taktik hit and run. Mereka bisa mendapatkan banyak pengalaman, khsususnya jika ada ahli perang gerilya yang memberi mereka nasehat dan membimbing operasi-operasi mereka.
Sebagian pihak mungkin menyatakan adalah sebuah kecerobohan besar jika rezim Suriah mengandalkan dirinya kepada satuan-satuan militernya yang sangat besar. Terlebih mayoritas anggota tentaranya adalah unsur yang diduga ahlus sunnah wal jama’ah, baik dari suku bangsa Arab maupun suku bangsa Kurdi. Apakah logis apabila rezim Nushairiyah mengandalkan diri dalam menghadapi musuhnya dan meneguhkan pemerintahannya kepada kekuatan militer yang susunannya seperti itu?
Pendapat ini memang benar. Namun barangsiapa mengira bahwa problem rezim Suriah terletak pada kekuatan militer dalam hal persenjataan atau tentara, maka ia telah keliru. Tidak keliru jika ada orang yang memperkirakan Bashar Asad akan mampu mengerahkan lebih dari setengah juta tenaga tempur dari kelompok yang gigih berperang dan berideologi kuat (kelompok Nushairiyah dan Syiah) jika keadaan menuntut.
Perlu diketahui bahwa saat ini nasib kelompok Nushairiyah sedang terancam dengan cara yang sangat menakutkan untuk pertama kalinya dalam sejarah kelompok ini. Masalah langgeng tidaknya kekuasaan rezim sudah menjadi persoalan hidup dan mati mereka. Minimal persoalan kehinaan dan bahaya untuk jangka waktu yang lama, boleh jadi untuk beberapa dekade. Apakah logis jika para pemeluk dan tokoh agama Nushairiyah berdiam diri sementara pemegang kendali dalam pemerintahan Nushairiyah Suriah dalam kondisi seperti ini?
Tentu saja tidak. Oleh karena itu rezim Suriah bisa mengerahkan sebanyak mungkin anggotanya, kelompok Nushairiyah (2) dan mempersenjatai mereka dalam hitungan waktu beberapa hari saja. Lalu rezim bersandar kepada battalion-batalion yang terlatih dari kelompok Hibul Lata Lebanon dan jumlah yang tidak terbatas dari kelompok-kelompok lain yang memiliki kesamaan nasib dengan rezim Suriah, seperti kelompok Syiah Ismai’ilyah, Mursyidiyah, Druz, dan bahkan dalam batas tertentu orang-orang Nasrani.
Lebih dari itu, Kelompok Rafidhah Irak tidak akan menunda-nunda waktu untuk mengerahkan milisi-milisi militernya untuk berperang di pihak rezim Bashar Asad, dan ini sudah terjadi sejak awal revolusi (Maret 2011, pent) dan sampai saat ini masih berlangsung. Masuknya unsur-unsur tentara al-Mahdi (milisi Rafidhah Irak pimpinan Muqtada Shadr, pent) ke Suriah dan keterlibatan mereka dalam memberangus para demonstran muslim Suriah merupakan hal yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi oleh Bashar Asad.
Belum lagi dukungan yang akan diberikan oleh Iran kepada rezim Suriah sesuai perjanjian kesepakatan undang-undang antara kedua negara Syiah tersebut, yaitu Kesepakatan Pertahanan Bersama (3) dan kesamaan akidah yang terwujud dalam cita-cita Rafidahah dan proyek besar (pendirian imperium Rafidhah Raya), di mana ketidak seriuasan dalam memperjuangkannya dianggap kerugian besar oleh negara Syiah.
Kita semua mengetahui bahwa sampai batas tertentu, Rafidhah memiliki pemimpin yang mengendalikan urusan mereka dan mereka jarang berselisih terhadap segala keputusannya. Fatwa seorang pemimpin mereka, Khamenei (4) tentang ‘wajibnya berjihad di negeri muslim Suriah melawan penjajah yang ganas’ sudah cukup untuk menggerakkan jumlah tenaga tempur yang tidak terhitung di pihak rezim Suriah, baik dari kelompok Rafidhah Irak, Lebanon, maupun Iran.
Rezim Suriah mampu menerjuni kancah peperangan dalam waktu yang lama dan menguatkan cekikan mereka terhadap leher para pembelot, dengan cara menyebarkan kesatuan-kesatuan militer yang besar di berbagai pelosok negeri dan memindahkan markas-markas militer untuk menyesuaikan dengan wilayah-wilayah pergolakan.
Hal itu seperti yang telah rezim Suriah lakukan di propinsi Idlib, di mana rezim memindahkan satu divisi penuh dari kawasan Mishyaf di propinsi Himah ke propinsi Idlib. Memang, strategi penyebaran kekuatan militer dalam jumlah besar ini bisa berdampak negative bagi rezim seperti yang akan kita bahasa dalam skenario kedua. Namun penyebaran kekuatan militer dalam jumlah besar ini bisa berdampak positif bagi rezim jika rezim berinteraksi dengan cara yang cerdas dengan penduduk.
Terlebih rezim Suriah telah menutup wilayah perbatasan Barat Laut yang menjadi tempat masuknya bahan makanan untuk tentara kebebasan, dan inilah nampaknya alasan yang mendorong rezim Suriah untuk menggerakan kekuatan militer dalam jumlah besar ke wilayah utara. Selain itu juga untuk mengancam Turki agar Turki tidak turut campur dalam konflik Suriah dan tidak mendukung tentara kebebasan.
Iran juga mungkin menggerakkan unsur-unsur Rafidhah di Kuwait, Bahrain, dan wilayah lain di seluruh jazirah Arab untuk ‘memperingatkan’ para pemimpin negara Arab tersebut akan besarnya resiko yang akan mereka hadapi jika turut campur dalam konflik Suriah.
Selain itu, kondisi ekonomi dan penghidupan seluruh wilayah Suriah saat ini sangat sulit. Penduduk tidak memiliki bahan makanan pokok sehari-hari. Sebagian orang mendukung solusi apapun yang akan mengembalikan keadaan ekonomi kepada suasana sebelum revolusi bergolak, dengan jaminan rencana dan periode peralihan bagi perginya Bashar Asad dan perubahan pemerintahan.
Perkara ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Bashar Asad dan ia mempergunakannya untuk mengendalikan perasaan para pendukungnya, sehingga ia mengarahkan kemunduran ekonomi saat ini kepada pihak pendukung revolusi, bukan kepada pemerintahan dirinya sendiri.
Selain kondisi ekonomi yang semakin memburuk, kondisi keamanan juga kacau di beberapa kawasan. Di sana sini mulai terjadi aksi penjarahan dan pencurian seperti yang biasa terjadi di wilayah-wilayah yang dilanda konflik, bencana, dan runtuhnya kekuasaan keamanan setempat. Transportasi dari satu propinsi ke propinsi lain semakin sulit, bahkan melalui jalan nasional yang merupakan jalur penghubung antara empat propinsi besar di Suriah dari Damaskus sampai Alepo. Terkadang jalur tersebut terputus dan ditutup akibat krisis keamanan. Ujian universitas di beberapa wilayah juga ditiadakan dan dialihkan ke tempat lain akibat kondisi yang tidak mendukung dan sulitnya para mahasiswa mencapai kampus di wilayah tersebut. (5)
Setelah memperhatikan keragu-raguan dunia internasional terhadap konflik Suriah, di mana negara-negara internasional memberikan banyak kesempatan kepada rezim Suriah untuk melakukan tindakan apapun; kita melihat semua negara tersebut ---negara yang dekat maupun negara yang jauh--- mengetahui kesudahan peperangan di kawasan ini, dan semua negara tersebut tidak menginginkan kesudahan yang tidak baik bagi mereka.
Jika bukan karena alasan tersebut, tentulah skenario Libya telah diterapkan di Suriah, sehingga persoalan selesai, lalu semua pihak bisa bersantai.
Masalah meng’kudeta’ tentara pembelot, melemahkan pengaruh mereka, dan memaksakan solusi-solusi yang mengakhiri riwayat para pemimpinnya adalah perkara yang mudah bagi rezim Suriah; lalu kembali memasukkan mereka ke dalam tentara nasional Suriah setelah Bashar Asad pergi dan kondisi berubah.
Memaksakan solusi ‘abu-abu’ kepada Dewan Nasional Suriah juga merupakan perkara yang mudah, terutama jika pihak Barat, Amerika, dan Yahudi membujuk dengan mencontohkan ‘mimpi buruk’ Irak, Afghanistan, dan Yaman. Kenapa harus menantang bahaya? Untuk apa bermain-main api?
Adapun solusi tengah yang diridhai semua pihak baik saat rezim Suriah mengendalikan suasana dengan kekuatan maupun saat rezim Suriah tidak mampu mengendalikan suasana dengan kekuatan, adalah perjanjian damai dan kesepakatan sampai tenggang waktu tertentu di mana presiden Suriah tetap berkuasa, lalu ia meninggalkan Suriah ke negara tertentu (6), kemudian kekuasaan diperebutkan melalui cara pemilu. Nantinya orang yang menang pemilu dan memegang kekuasaan adalah orang yang bisa dipercaya akan mengikuti kemauan Barat dan diridhai oleh semua pihak yang bersengketa.
Sebagian orang mungkin merasa asing dengan skenario ini, namun sebenarnya tidak ada alasan untuk menganggapnya asing. (Bagi Barat, pent) Selama persoalannya adalah eksis atau tidak eksisnya kelompok Nushairiyah, maka mereka tidak perlu berkuasa di Damaskus. Cukuplah jika kelompok Nushairiyah tetap eksis dan mereka dipersenjatai serta ditempatkan di sebuah wilayah aman, untuk Barat persiapkan jika pada masa mendatang terjadi konflik!
Peluang-peluang proyek jihad dalam skenario ini
Berdasar prasarana-prasarana yang dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad, bisa dikatakan bahwa pada fase terakhir skenario ini akan ada peluang besar bagi kelompok-kelompok jihad untuk memulai operasi-operasi militer dan menguras kekuatan rezim Suriah.
Dengan sebab kegagalan yang mungkin akan melanda kaum muslimin jika rezim Suriah bisa mengendalikan keadaan dan pulih kekuatannya, bisa dikatakan bahwa pihak yang pertama kali memasuki front peperangan terdepan melawan rezim Suriah akan menjadi pihak yang diterima oleh masyarakat.
Inilah yang dilakukan oleh tentara kebebasan di awal revolusi, karena tidak ada kelompok yang melindungi masyarakat dari kebiadaban rezim Suriah, maka muncul unsur-unsur yang membelot dari tentara rezim Suriah untuk membela penderitaan masyarakat dan kesulitan hidup mereka. Tentara kebebasan kini telah menjadi pahlawan rakyat dan harapan mereka, karena tidak ada seorang pun selain mereka yang melawan kebiadaban tentara rezim dan milisi Syiah Shabihah.
Adapun masalah penembakan roket ke wilayah penjajah Israel, meskipun dilakukan oleh kelompok-kelompok jihad, namun pada periode sebelum terjadinya skenario ini, masih diragukan oleh masyarakat. Masyarakat masih meyakini operasi jihad seperti itu dilakukan oleh rezim Suriah atau milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon, untuk mengalihkan perhatian dan mengesankan kepada masyarakat bahwa keadaan bisa semakin buruk jika dukungan kepada revolusi Suriah terus diberikan dan cengkeraman rezim Suriah terhadap Suriah melemah.
Inilah yang benar-benar terjadi, ketika beberapa roket ditembakkan ke wilayah utara penjajah Israel sejak beberapa bulan yang lalu, setiap orang muda maupun tua menuduh rezim Suriah berada di belakangnya. Adapun jika operasi jihad seperti itu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan operasi jihad melawan tentara rezim Suriah, niscaya ia akan memiliki dampak yang besar jika sering dan terus-menerus dilakukan. Ia akan mendapat liputan luas media massa, sekalipun pihak tertentu (rezim Suriah atau Hizbul Lata) tidak menyukainya. Nama kelompok-kelompok jihad akan dikaitkan dengan amalan yang agung ini. Tidak ada lagi pihak yang mencegah dan memusuhinya, kecuali masyarakat akan menuduhnya sebagai penggembos dan pengkhianat.
Adapun kehadiran kelompok jihad sebagai sebuah kelompok masyarakat seperti yang telah saya jelaskan di depan, maka hal itu juga mungkin dilakukan dalam kesempatan dan periode apapun tanpa mendapatkan kesulitan apapun dalam skenario ini. Hanyasaja dampaknya akan lebih besar manakala rezim Suriah mampu mengendalikan keadaan dan kelompok-kelompok jihad mulai melakukan operasi jihad untuk menguras kekuatan rezim Suriah.
1. Iran berpikir untuk tidak lagi mendukung Bashar Asad.
2. Rezim Suriah gagal mengendalikan perang dari aspek militer.
Kondisi pertama, disebabkan konflik intern Iran dan kekhawatiran Iran dari aspek ekonomi jika tidak mampu membiayai perang. Karena dalam kondisi konflik saat ini, Iran harus membiayai dua negara atau bahkan tiga negara (Iran, Suriah, dan Lebanon, pent). Iran harus menggelontorkan dana yang sangat besar untuk mengendalikan konflik besar ini.
Selain itu Iran masih harus membiayai pergerakan kelompok Syiah lainnya di Bahrain, Kuwait, Ihsa’, Qathif (keduanya adalah propinsi di Arab Saudi Timur, pent), dan Yaman. Akankah Iran mampu menangung biaya ekonomi yang begitu berat ini? Akankah Iran menemukan solusi lainnya? Iran juga mengkhawatirkan kerugian lapisan bawah masyarakatnya dan kembalinya kondisi Iran kepada kondisi 20an tahun sebelumnya jika Iran menghadapi serangan udara (AS dan sekutunya, pent) yang menyebabkan Iran kehilangan kendali peperangan dan perimbangan kekuatan berubah di luar perhitungannya.
Dengan mempertimbangkan beberapa kekhawatiran ini, boleh jadi Iran akan membiarkan Bashar Asad sehingga Bashar Asad tercekik, tidak memiliki sumber keuangan untuk menutupi biaya peperangan dan tidak memiliki kemampuan bergerak dari aspek politik. Dalam kondisi seperti ini, pilihannya adalah mendukung tentara kebebasan dan memberikan bantuan tenaga tempur dari Libya atau tempat lainnya, penerapan zona larangan terbang atas Suriah, dan penerapan kawasan netral di wilayah perbatasan Barat Laut Suriah. Langkah-langkah ini dipaksakan dengan kekuatan (PBB, pent), disertai intervensi terang-terangan atau sembunyi-sembunyi pihak Arab atau internasional untuk mendukung unsur-unsur tentara kebebasan dalam peperangan dan mengendalikan perang.
Terutama jika rezim Suriah mengerahkan kekuatan militernya sepanjang wilayah Suriah dan menimbulkan sebab kemarahan dan permusuhan penduduk setempat terhadap kekuatan militer rezim Suriah. Bagaimana hal itu tidak membangkitkan kemarahan dan permusuhan penduduk setempat, sedangkan mayoritas anggota militer Suriah berasal dari penduduk kawasan-kawasan tersebut?
Dalam kondisi demikian itu, kita mungkin akan menyaksikan pembelotan dalam jumlah besar di pihak militer Suriah. Para perwira tinggi militer dalam divisi dan brigade militer yang besar akan mengetahui bahwa sekutu-sekutu rezim Suriah telah meninggalkan rezim Suriah, dan rezim Suriah tinggal berdiri sendirian sehingga tidak akan mampu kembali kuat seperti sedia kala.
Juru bicara resmi tentara kebebasan, mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Jazera menegaskan bahwa tentara kebebasan mampu untuk meraih kemenangan dari wilayah Utara yaitu wilayah perbatasan Suriah-Turki sampai wilayah tengah Suriah yaitu Homsh dalam hitungan beberapa jam saja, jika telah berhasil disiapkan sebuah kawasan yang terkucilkan (dari kontrol kekuasaan rezim Suriah, pent)!
Dalam kondisi seperti ini, rezim Suriah terpaksa akan mencari jalan keluar dengan kerugian seminimal mungkin. Rezim Suriah tidak akan memegang erat ibukota Damaskus. Ia akan bergeser dan mengumpulkan kekuatannya di kawasan-kawasan tempat eksisnya kelompok Nushairiyah pada masa lalu sebelum tegaknya pemerintahan Nushairiyah di Damaskus. Kawasan tersebut membentang di Suriah Barat yaitu dari Homsh sampai pesisir laut Suriah; di Suriah Utara adalah Tarsus, Jabalah, dan Ladzikiyah ke arah timur sampai wilayah barat Himah, yaitu kawasan-kawasan tersebut sampai wilayah sebelah barat dari jalur jalan nasional yang menghubungkan Damaskus, Homsh, dan Himah.
Dalam kondisi ini, rezim Suriah tidak akan menunda-nunda pemikiran wilayah pemerintahan sendiri, seperti pemerintahan suku Kurdi Irak. Sarana-sarana untuk itu telah dimiliki oleh rezim Suriah dan bisa dijalankan dengan mudah. Jika rezim Suriah mampu mempergunakannya sebaik mungkin, maka ia akan mampu melakukan negosiasi dan memaksakan apapun yang ia inginkan.
Kenyataannya, sejak awal terjadinya revolusi Suriah, rezim Nushairiyah Suriah telah mengerahkan ribuan anggota kelompok Nushairiyah ke wilayah barat Homsh, sehingga jumlah penduduk Nushairiyah mencapai mayoritas dan melampaui jumlah penduduk muslim. Inilah bara api yang menyulut pertikaian antara kaum muslimin dengan kelompok Nushairiyah di kota tersebut. Pada waktu itu rezim Nushairiyah Suriah menyembunyikan hakekat konflik yang sebenarnya.
Jika kekuatan oposisi bersenjata meraih kemajuan, maka rezim Nushairiyah Suriah tidak akan menunda-nunda pemindahan persenjataan terbaiknya ke wilayah pegunungan (kawasan tempat tinggal asli kelompok Nushairiyah, pent) dan mengatur perencanaan perangnya. Hal itu kini sedang dilakukan oleh rezim Suriah.
Terlebih kondisi saat ini merupakan hal yang dimimpi-mimpikan oleh mayoritas tentara dan kelompok gerilyawan. (Kelompok) Nushairiyah Suriah berpusat di wilayah-wilayah pegunungan yang diselimuti oleh hutan-hutan dalam areal wilayah yang sangat luas. Didukung oleh jalan-jalan sempit di antara pegunungan di beberapa wilayah, sehingga rezim Suriah mampu berperang selama bertahun-tahun jika menggunakan wilayah-wilayah tersebut sebagai benteng pertahanan. Wilayah tersebut juga memiliki pesisir pantai dan beberapa pelabuhan. Ia merupakan kawasan emas dan perbendaharaan kekayaan yang bisa dimanfaatkan jika ia menghendaki.
Setelah menerjuni peperangan selama lebih dari setahun atau dua tahun di kawasan tersebut dan di beberapa front pertempuran lain yang berpindah-pindah tanpa adanya hasil atau kemajuan yang berarti di pihak oposisi bersenjata Suriah, sementara kawasan-kawasan lain tetap tenang dan aman sebagaimana yang terjadi di Benghazi (Libya, pent) di mana kehidupan di sana kembali berlangsung normal pada saat kota-kota lain di Libya mengalami operasi-operasi militer.
Saya katakan: dalam kondisi seperti itu, ada peluang untuk mengajukan pemerintahan indipenden bagi kelompok Nushairiyah, dengan tetap mengakui sebagai bagian dari republik Suriah, demi mencegah pertumpahan darah, menguatkan niat baik, dan banyak justifikasi lainnya yang tentunya mudah saja bagi kedua belah pihak (rezim Nushairiyah maupun oposisi bersenjata) memngada-adakannya untuk tujuan penghentian perang dan duduk di meja perundingan.
Ikhwan-ikhwan mungkin sependapat dengan saya bahwa pihak Barat tidak akan mengizinkan lenyapnya kekuatan kelompok Nushairiyah secara keseluruhan dan membiarkan kawasan Syam tanpa ada pisau belati untuk menikam jantungnya jika kekuatan Islam menguat di sana dan pada masa mendatang muncul aliran ahlus sunnah yang mengusung proyek penegakan khilafah Islamiyah.
Keinginan Perancis dan negara-negara Barat di belakangnya adalah menguasai kedua belah pihak (rezim Nushairiyah dan oposisi bersenjata) dengan tetap mempertahankan kelompok Nushairiyah sebagai kekuatan yang aktif di pentas Suriah, sebagai alat untuk menghantam proyek Islam apapun yang mungkin akan muncul.
Persoalan yang harus dibicarakan kini tinggal persoalan mempersenjatai revolusi sehingga menjadi rakyat bersenjata. Saya menduga pihak Barat tidak akan mengulang hal itu setelah peristiwa yang terjadi di Libya. Beredar luasnya senjata di pentas Suriah adalah perkara yang membuat takut Yahudi, Eropa, dan Turki.
Itulah yang ditegaskan oleh juru bicara resmi tentara kebebasan, mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi (7) dalam wawancara dengan stasiu TV Al-Jazera. An-Nuaimi saat itu mengatakan: “Sampai saat ini dan untuk seterusnya, kami tetap mencegah sampainya senjata kepada siapa pun, kecuali kepada tentara kebebasan Suriah. Ketika rezim ini jatuh, kami telah siap sepenuhnya untuk mengumpulkan senjata dalam hitungan beberapa minggu saja.”
Jadi tetap akan ada pembatasan senjata, senjata akan dibatasi untuk orang-orang tertentu yang memegangnya secara hukum, media, dan komando. Itulah pilihan yang paling baik dan paling selamat (bagi Barat).
Peluang-peluang mujahidin dalam skenario ini
Dengan kemajuan yang diraih oleh kekuatan oposisi bersenjata, maka pencukuran di luar dari medan perang yang telah ditetapkan yaitu perang melawan kekuatan militer rezim Suriah di front pertempuran di wilayah-wilayah kelompok Nushairiyah, akan menyebabkan pelakunya secara otomatis akan ‘dihantam’, setelah masyarakat bosan dengan perang dan pertempuran, dan keinginan besar mereka dalah kembali kepada kehidupan normal.
Kekuatan tentara kebebasan telah menjadi kekuatan militer tertinggi, maka tidak ada alasan yang membolehkan keberadaan senjata dan kelompok-kelompok (jihad) di pentas Suriah selama tentara kebebasan mampu memerangi kekuatan militer rezim Suriah. Untuk apa menampakkan diri dan mengumumkan diri? Apa alasan yang membenarkannya?
Kita tidak boleh lupa bahwa media massa milik kelompok-kelompok menyimpang dan sekuler tidak akan pernah berhenti mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengkritik dan memperburuk citra siapa pun yang berusaha untuk memecah barisan (rakyat di bawah kendali tentara kebebasan dan dewan transisi nasional Suriah, pent).
Bahkan kelompok jihad manapun pada saat itu bisa dituduh sebagai perpanjangan tangan rezim Suriah yang muncul untuk memperkeruh suasana. (Media massa sekuler akan memblow up tuduhan, pent) Jika kemunculan kalian (kelompok jihad) bukan sebagai perpanjangan tangan rezim Suriah, kenapa kami tidak melihat peranan kalian saat kita berada dalam waktu yang paling sulit? Kenapa kalian tidak muncul saat kami berperang melawan rezim Suriah dan tentaranya?
Berkaitan dengan penembakan roket ke target-target Israel dari wilayah Lebanon Selatan dan Suriah, sesungguhnya berlangsungnya operasi secara terus-menerus selama terjadinya perang dan sampai waktu gencatan senjata (antara rezim Suriah dan tentara kebebasan, pent) memiliki dampak tersendiri.
Meskipun demikian, tentara kebebasan dan bersamanya Dewan Nasional Suriah akan selalu menyatakan secara jelas bahwa masalah penggunaan senjata hanya menjadi hak kekuatan militer tertinggi, yaitu kepemimpinan tentara kebebasan. Media massa milik partai-partai sekuler dan kelompok-kelompok menyimpang mungkin akan menuduh para pelaku penembakan roket tersebut sebagai orang-orang yang tergesa-tergesa, tidak memahami persoalan, dan merusak citra revolusi.
Hal ini akan terjadi apabila tentara Yordania tidak melakukan intervensi untuk mengendalikan keadaan di wilayah selatan yang berbatasan dengan Yordania atas nama pasukan perdamaian sementara.
Adapun kemunculan kelompok jihad dalam bentuk organisasi masyarakat, maka ia dapat bergerak tanpa kesulitan apapun sebagaimana kondisi dalam skenario pertama.
1. Mempraktekkan sebagian dari skenario pertama, di mana rezim Suriah mendapatkan dukungan Iran namun rezim tidak mampu menguasai keadaan negara secara sempurna, dikarenakan tentara menolak untuk berperang di wilayah-wilayah asal mereka dan mereka mulai melakukan disersi dari tentara nasional.
Dalam kondisi ini seruan akidah Rafidhah akan mendominasi dalam skala besar, setelah sebelumnya tanda-tanda Rafidhah nampak dalam pembicaraan pihak musuh.
Hal yang dibutuhkan dalam kondisi ini adalah seruan yang semisal sebagai bahan bakar yang menggerakkan ratusan ribu pemuda ahlus sunnah untuk berperang dan dari beberapa negara tetangga, sehingga ide pembentukan proyek ‘perlawanan ahlus sunnah di bawah pengarahan’ (negara-negara tetangga boneka Barat, pent) menjadi kebutuhan primer yang sangat mendesak.
Sebab seruan tentara kebebasan atas dasar nasionalisme dan sekulerisme dalam kondisi ini tidak akan meyakinkan kaum muslimin. Dengan demikian kendali urusan tidak akan terlepas dari pemiliki proyek ini ke tangan kelompok-kelompok jihad yang menanti-nanti kesempatan untuk memunculkan diri dan beramal.
Proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ seperti ini akan dipandang sebagai peperangan penentuan nasib umat Islam dalam melawan proyek raksasa Rafidhah. Proyek ini tidak diragukan lagi akan mendapatkan dukungan media massa dan syariat (fatwa para ulama) yang besar dan penggelontoran dana yang besar untuk membiayai seluruh kebutuhannya.
Saya ulangi perkataan saya bahwa proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ ini diperlukan (oleh Barat). Di satu sisi, ia merupakan kesempatan beberapa negara untuk mematahkan sayap kekuasaan Iran di kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, ia merupakan upaya cepat untuk menarik karpet (baca: menjatuhkan) dari bawah telapak kaki mujahidin jika mereka tengah merencanakan jihad atau terlanjut melakukan jihad seperti di Irak.
Dalam kondisi seperti ini, senjata akan beredar luas, dan pemegang senjata akan berada adalah kelompok-kelompok milisi seperti yang terjadi di Libya. Pengarahan akan dilakukan oleh kepemimpinan, biasanya pemimpin syar’i dan politik, yang terbentuk dari sejumlah tokoh ulama yang terkenal membantah dan mendebat kelompok Rafidhah, dan sejumlah tokoh politik yang diterima oleh mayoritas revolusioner.
Tidak ada seorang pun yang akan mampu keluar dari proyek ini, terutama jika proyek ini didukung dengan aspek syari’at, di mana di belakangnya berdiri puluhan bahkan ratusan fatwa dari para ulama terkenal.
2. Kondisi chaos, senjata beredar luas, pihak oposisi bersenjata bergerak maju menuju kawasan-kawasan Nushairiyah dan pihak rezim Nushairiyah bertahan serta melawan pergerakan para revolusioner. Sebab terjadinya chaos dalam kondisi ini tidak mungkin disebutkan secara jelas, namun amat baik apabila kemungkinan ini diprediksikan dan membuat planning untuk menghadapi suasana seperti itu.
Sebagai contoh, saya katakan: bisa saja tentara kebebasan mengumumkan pendaftaran para sukarelawan revolusi dalam brigade-brigade indipenden untuk mengendalikan peredaran senjata di antara masyarakat dan mengumpulkan warga sipil revolusioner yang ingin ikut berperang. Mereka bisa mengikuti peperangan dengan pimpinan dan pengarahan tentara kebebasan, kemudian senjata mereka ditarik kembali pada saat yang tepat.
Dengan cara ini akan diketahui siapa yang hanya ingin berperang bersama tentara kebebasan untuk melawan tentara rezim Bashar Asad dan siapa yang mendapatkan senjata untuk tujuannya sendiri.
Peluang mujahidin dalam skenario ini:
1. Untuk kondisi pertama:
Mujahidin bisa mendahului para pemilik proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ dan mengambil inisiatif lebih dahulu dalam beberapa bidang sebelum mereka didahului. Barangkali secara liputan media massa sulit bagi mujahidin untuk mendahului para pemilik proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’.
Namun dalam tataran realita di lapangan masyarakat, mujahidin bisa menjadi pemilik suara yang menentukan, terutama jika mujahidin telah memulai operasi-operasi jihad menguras kekuatan militer rezim Suriah dan brigade-brigade Rafidhah (Iran dan Lebanon) yang mendukungnya, mempublikasikan berita harian tentang operasi-operasi tersebut, dan menyerang kepentingan-kepentingan Iran di manapun yang memungkinkan.
Usaha seperti ini akan memberikan saham besar dan kehadiran yang kuat di tengah masyarakat bagi proyek jihad, sekaligus menyaingi proyek-proyek lainnya. Apa alasan yang membenarkan pencitraan buruk mujahidin padahal mereka adalah pihak yang pertama kali menghadapi invasi Rafidhah? Padahal hanya mujahidin saja, tidak ada satu pihak pun selain mereka, yang menghantam kepentingan-kepentingan Iran di lebih dari satu tempat dan lebih dari satu kesempatan?
Berkaitan dengan penembakan roket ke wilayah penjajah Israel, jika dilakukan dalam skala sering dan teratur yang mendapat liputan media massa, bukan serangan tunggal yang tenggang waktunya lama dengan serangan berikutnya, niscaya akan menjadi bonus penarik simpati masyarakat, perisai yang kuat bagi nama baik proyek jihad, dan akan membungkam mulut para ulama su’ dengan batu yang membuat kaum muslimin bisa rehat dengan tenang.
Kelompok jihad juga bisa menampakkan dirinya sebagai kelompok masyarakat dengan kuat, seruan syariatnya bisa bergaung tinggi, tanpa harus takut kepada apapun, juga tanpa harus berkompromi dengan siapapun, terlebih jika disertai sosialisasi hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah keimanan dan kekafiran, status hukum kelompok Rafidhah dan Nushairiyah menurut syariat Islam, plus pembicaraan tentang fiqih jihad dan keutamaan-keutamaan jihad selagi pentas Suriah saat ini menyaksikan konflik bersenjata, yang dalam sebagian bentuknya menyerupai pentas konflik Libya. Hal itu sudah menjadi perkara yang dituntut oleh adanya perang, suasana perang, dan peristiwa-peristiwanya yang besar.
2. Untuk kondisi kedua
Kelompok jihad yang berwujud dalam gerakan masyarakat bisa bangkit dengan kuat dan bekerja dengan serius. Perkara ini merupakan tugas para da’i, di mana mereka harus menjadikan sebuah kawasan tertentu sebagai pusat gerakan mereka. Mereka meningkatkan tingkat pemahaman ilmu syar’i penduduknya, memahamkan mereka akan hakekat Islam, dan memahamkan mereka terhadap kewajiban menjadikan Islam sebagai satu-satunya pedoman hidup bukan pedoman hidup yang lain.
Adapun sayap gerakan bersenjata bisa mengambil manfaat dari beragam jenis senjata yang bisa didapat saat suasana keamanan tidak terkendali, lalu menyimpannya, mengatur dan memperkuat barisan, kemudian memperjuangkan tujuan jihad sesuai syariat Islam.
Terakhir…saya sampaikan beberapa skenario ini dengan cara seperti ini, sebagai bentuk usaha saya untuk memahami garis besar keadaan yang mungkin akan terjadi di pentas Suriah. Sekaligus sebagai prediksi atas skenario-skenario yang paling mungkin akan terjadi, agar kita bisa mengantisipasi konspirasi musuh terhadap kita. Dalam memaparkan poin-poinnya, saya sengaja mengajukan beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak saya sebutkan. Tujuan saya adalah mengetahui pendapat ikhwan-ikhwan terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dan sebagai motivasi saya kepada mereka agar mengikuti permasalahan yang genting ini dan mengajukan nasehat, musyawarah, dan pendapatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kejayaan hanya milik Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman, namun orang-orang munafik tidak mengetahuinya.
Akhir dari ucapan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Ditulis oleh
Qa’idi Mauqut
Kampung halaman kaum beriman
Negeri Syam yang diberkahi
Kamis, 2 Shafar 1433 H
Footnote:
1. Dari beberapa video operasi militer yang dilakukan oleh tentara kebebasan, kita bisa menilai seberapa jauh pengalaman tempur mereka. Dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh salah satu brigade tentara kebebasan di wilayah Suriah Selatan, sebagian mereka nampak menyerang konvoi militer rezim Suriah dalam jarak yang cukup jauh dengan senapan serbu, padahal konvoi musuh berada di luar jarak efektif tembakan sehingga sasaran tembak meleset. Mereka berkumpul di satu tempat, menembak secara membabi-buta, dan melalaikan penanaman ranjau anti tank dan granat. Video tersebut dapat dilihat dengan jelas di alamat berikut ini: http://www.youtube.com/watch?v=5EuxB9lmMrg
Operasi tentara kebebasan yang lain bisa dilihat di alamat berikut ini:
http://www.youtube.com/watch?v=kWzMH...eature=related
2. Rezim Nushairiyah Suriah melipat gandakan jumlah pasukan divisi IV Garda Republik Suriah dari 10.000 personal menjadi 100.000 personal dalam waktu yang singkat, sebagian besar mereka berasal dari kelompok Nushairiyah.
3. Garda Revolusi Iran menegaskan komitmen negaranya terhadap kesepakatan pertahanan bersama dengan pemerintah Damaskus. Garda Revolusi Iran: Kami tidak akan membiarkan Suriah sendirian jika menghadapi serangan dari luar, http://alwatan.sy/dindex.php?idn=115792.
4. Sikap Khamenei dari ancaman apapun terhadap Iran, http://www.almanar.com.lb/adetails.p...=1&seccatid=34
5. Direktorat Pendidikan Tinggi Suriah memperkenankan para mahasiswa dari Universitas Ba’ts dan mahasiswa kampus Idlib untuk melakukan ujian di universitas-universitas lain,
http://www.mhe.gov.sy/new/index.php?...id=2508&ref=hm
6. Koran al-Ma’arif mengungkapkan Bashar Asad mengajukan permohonan suaka politik bagi dirinya dan keluarga kepada negara Rusia, http://www.alghad.com/index.php/article/519262.htmlKan
7- Hal ini ditegaskan dalam wawancara mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi dengan stasiun TV Al-Jazera: http://www.aljazeera.net/NR/exeres/E...E-AF3188C011E
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
dr. Bashar al-Assad (Arab:بشار الأسد , Baššār al-Asad) (lahir di Damaskus, Suriah, 11 September 1965; umur 46 tahun) adalah Presiden Republik Arab Suriah, Sekretaris Wilayah Partai Baath, dan anak mantan Presiden Hafizh al-Assad. Bashar menggantikan ayahnya sebagai Presiden Suriah segera setelah kematiannya pada 10 Juni 2000.
Hafez al-Assad (Arab: حافظ الأسد Ḥāfiẓ al-Asad, lahir 6 Oktober 1930 – meninggal 10 Juni 2000 pada umur 69 tahun) adalah presiden Suriah untuk tiga kali masa jabatan. Ia digantikan anaknya, presiden Bashar al-Assad yang menjabat sejak tahun 2000 hingga saat ini.
Pada 1979, terjadi serangan terhadap sekolah kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba'ath. Pihak yang dituduh melakukannya ialah kelompok dakwah Ikhwanul Muslimin. Tak hanya itu, kelompok gerakan Islam ini berdemo besar-besaran dan melakukan aksi boikot di Hama, Homs, dan Aleppo pada Maret 1980. Dengan alasan inilah al-Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan represifnya terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Tidakan kekerasan politiknya ini memuncak dalam peristiwa pembantaian Hama di awal 1980-an.
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin yang berbahagia,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Ada sebuah negeri bernama Syam. Tentang negeri itu, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang keutamaannya:
عَلَيْكَ بِالشَّامِ؛ فَإِنَّهَا خِيرَةُ اللَّهِ مِنْ أَرْضِهِ، يَجْتَبِي إِلَيْهَا خِيرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ، فَأَمَّا إِنْ أَبَيْتُمْ، فَعَلَيْكُمْ بِيَمَنِكُمْ، وَاسْقُوا مِنْ غُدُرِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ تَوَكَّلَ لِي بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ.
( رواه أبو داود, وابن حبان في (صحيحه), والحاكم, وقال: (صحيح الإسناد), وصححه الألباني)
“Pergilah ke Syam, karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk ke sana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani).( رواه أبو داود, وابن حبان في (صحيحه), والحاكم, وقال: (صحيح الإسناد), وصححه الألباني)
Kemudian dalam kesempatan lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
طُوبَى لِلشَّامِ, قِيلَ: وَلِمَ ذَلِكَ, يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: (إِنَّ مَلاَئِكَةَ الرَّحْمَنِ بَاسِطَةٌ أَجْنِحَتَهَا عَلَيْهَا). صحيح الترمذي,(3/ 254)
“Beruntunglah Syam!” Sahabat bertanya: “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Lalu beliau menjawab: “Karena sungguh malaikat Allah membentangkan sayap-sayapnya kepada negeri itu.” (Lihat Shahih al-Tirmidzi, 3/254)Bahkan secara spesifik, Nabi kita yang tercinta itu mendoakan negeri Syam dengan doa yang luar biasa. Beliau mengatakan:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا، وَفِي يَمَنِنَا. رواه البخاري
“Ya Allah, berkahilah untuk kami pada negeri Syam kami dan pada negeri Yaman kami.” (HR. Al-Bukhari)Kaum muslimin yang berbahagia!
Lalu mengapa hari ini tiba-tiba kita berbicara tentang Suriah?
Karena Suriah adalah bagian dari negeri Syam. Inilah negeri yang dibuka pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab. Tidak sedikit sahabat Nabi dan orang-orang shaleh yang berhijrah ke sana, karena keutamaan-keutamaan yang telah disebutkan sebelumnya. Dari negeri yang penuh berkah ini lahir ulama-ulama Islam besar, seperti Imam Nawawi, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Ibnu Katsir.
Dan hari ini, Suriah adalah negara dengan penduduk mayoritas Ahlussunnah wal jamaah, namun diperintah dan dipimpin oleh Basyar al-Asad, presiden yang berasal dari kelompok minoritas bernama Nushairiyyah atau Isma’iliyah. Tentang kelompok ini, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan:
أكفر من اليهود والنصارى ، بل وأكفر من كثير من المشركين ، وضررهم أعظم من ضرر الكفار المحاربين مثل التتار
“...Jauh lebih kufur daripada Yahudi dan Nasrani. Bahkan lebih kufur dari kebanyakan kaum musyrikin, dan bahaya mereka jauh lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam, seperti bangsa Tartar...”Kelompok ini merupakan salah satu sekte penting dalam aliran Syiah, selain kelompok Syiah Rafidhah yang telah merambah Indonesia dengan mengatasnamakan Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok Nushairiyyah ini mulai muncul pada abad ke 3 H. Salah satu keyakinan penting mereka adalah meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah tuhan. Tetapi tidak cukup itu saja -jamaah sekalian-, Basyar al-Asad yang berkuasa di Suriah itu tidak sekedar berpaham Nushairiyyah, namun juga seorang komunis-sosialis.
Karena itu, tidak mengherankan jika Rusia dan Cina mendukung kekejamannya dengan memveto rancangan keputusan PBB untuk menjatuhkan sanksi kepada Basyar al-Asad. Dan hebatnya, tindakan Rusia dan Cina itu mendapatkan pujian dari Iran.
Jadi mengapa hari ini tiba-tiba kita berbicara tentang Suriah?
Karena sejak rakyat Suriah menuntut turunnya Basyar al-Asad hingga saat ini saja sekurang-kurangnya lebih dari 8343 saudara kita di sana telah gugur sebagai syuhada’ –insya Allah- di tangan manusia keji bernama Basyar al-Asad. Secara terperinci sebagai berikut:
- Korban anak-anak: 590 orang.
- Korban wanita: 442 orang.
- Korban yang tewas setelah penyiksaan hebat: 336 orang.
- Korban dari kalangan militer yang deserse dan mendukung kaum muslimin: 644 orang.
Salah seorang petinggi militer bahkan mengatakan:
“Kalian tidak usah berharap anak-anak kalian dapat kembali lagi berkumpul dengan kalian! Jika kalian ingin punya anak, buatlah bersama istri-istri kalian! Tapi jika kalian tidak mampu, bawa saja istri-istri kalian kepada kami supaya mereka bisa melahirkan anak lagi!”
Bahkan wanita muslimah di sana berpesan kepada kita semua:
“Jika kalian tidak mampu mengirimkan bantuan untuk menyelamatkan kami, maka kirimkan saja pil-pil anti hamil kepada kami agar kami tidak perlu mengandung anak dari manusia-manusia keji itu!!”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Belum lagi dengan korban yang terluka. Banyak korban terluka yang tidak mungkin dibawa ke rumah sakit, sehingga mereka harus membuat rumah sakit rahasia untuk mengobati korban luka dengan perlengkapan medis seadanya. Mengapa? Karena para tentara Basyar al-Asad tidak pernah ragu untuk menyeret korban terluka itu keluar dari rumah sakit, atau bahkan langsung membunuhnya di ranjang jika dianggap mendukung revolusi penggulingannya. Bahkan seorang dokter mengatakan bahwa para dokter yang mengobati korban luka itupun terancam nyawanya oleh militer keji itu.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Hari ini, kaum muslimin di Suriah menjadi manusia yang terusir di negerinya sendiri. Di sebuah kota bernama Himsh, 4 sampai 5 keluarga harus berbagi pengungsian dalam 1 rumah pasca bombardir yang dilakukan pasukan al-Asad terhadap kota itu. Untuk sekedar merebahkan badan, mereka harus bergantian tidur di siang dan malam hari karena tidak ada tempat yang cukup untuk itu.
Mereka kekurangan air. Dan untuk itu mereka hanya mengandalkan air hujan yang turun. Dan dengan mata kepala mereka sendiri, mereka harus menyaksikan kerabat mereka mati perlahan-lahan karena kekurangan obat.
Mereka menderita kelaparan. Mereka ketakutan. Seorang dari mereka mengatakan: “Kami hanya bisa memandangi korban terluka menjemput kematiannya. Yang bisa kami lakukan hanyalah mencoba menutupi luka itu dengan kain seadanya, dan selanjutnya hanya bisa melihat mereka pelan-pelan menjemput kematiannya.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Tidak hanya itu yang dilakukan oleh tentara-tentara terkutuk itu. Mereka juga memaksa rakyat Suriah untuk sujud di atas gambar Sang Presiden bengis itu. Yah, kita semua tahu bahwa kita tidak dibenarkan sujud kecuali kepada Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang lebih hebat dari itu, para tentara itu memaksa dan menyiksa para pemuda untuk mengucapkan:
“La ilaha illah Basysyar!” alias “Tidak ada tuhan selain Basyar”!
La haula wa la quwwata illa billah!
Sungguh sebuah kekejian dan kebejatan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Jamaah sekalian!
Kita tidak tahu sandiwara apa yang sedang dimainkan di Suriah. Rusia dan Cina menggunakan hak vetonya di PBB, lalu Iran memuji sikap itu. Bahkan beberapa kapal perang Iran telah merapat di pelabuhan Suriah. Iran –sebagaimana juga Amerika- yang beberapa waktu lalu berkoar-koar mendukung revolusi rakyat di Libia, Mesir dan Yaman; mengapa hari ini mereka justru mendukung Basyar al-Asad, presiden yang membantai rakyatnya sendiri?
Entahlah. Tapi yang pasti, pemerintah Suriah yang katanya menentang Israel tapi tidak punya senjata untuk menghantamnya, hari ini ternyata punya begitu banyak senjata untuk membantai rakyatnya sendiri yang mayoritas Ahlussunnah!
Sama seperti Iran, yang berkoar-koar ingin menghancurkan Israel dan Amerika sejak belasan tahun lalu, namun hingga kini tak satupun omong besar itu terbukti. Tapi anehnya, mereka mampu membombardir kaum muslimin di Iraq dan Yaman.
Sebagaimana kita juga bertanya-tanya: mengapa media-media cetak dan elektronik di Indonesia tidak terlalu tertarik mengangkat isu ini, seperti semangat mereka dulu menayangkan dan memberitakan revolusi Libia dan Mesir?
Entahlah. Tapi tragedi Suriah akan menyingkap begitu banyak rahasia yang selama ini tersembunyi, insya Allah!
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Allah pasti akan menolong saudara-saudara kita di Suriah. Perlawanan terhadap rezim yang zhalim itu terus terjadi di sana dan menunjukkan hasil yang menggembirakan, insya Allah. Sebab jika malam semakin gelap, pertanda tidak lama lagi sinar mentari akan hadir menerangi bumi.Jika kezhaliman telah mencapai titik kulminasinya, maka itu pertanda ia tidak lama lagi akan hancur. Begitulah Sunnatullah. Fir’aun, nenek moyang para penguasa zhalim, telah menunjukkan itu, bahkan diabadikan di dalam al-Qur’an.
Namun pertanyaannya adalah: jika kelak Allah bertanya kepada kita: “Apa yang telah engkau lakukan untuk mereka?”, bagaimanakah kita akan menjawabnya, hadirin sekalian?
Setidaknya panjatkanlah sebaris doa untuk mereka.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Tragedi Suriah yang pasti mengajarkan kepada kita bahwa umat Tauhid ini tidak akan mati. Benih yang ditanam oleh Rasulullah akan selalu hidup, menebarkan aroma dan pesonanya, menegaskan aqidah dan keyakinannya bahwa: La ilaha illallah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Hari ini, saudara-saudara kita di Suriah dalam tuntutannya selalu meneriakkan:
“Kami tidak akan ruku’ kecuali pada Allah!”
“Kami kufur kepada Rusia, Cina dan Iran, tapi kami beriman kepada Allah Rabbul ‘alamin!”
Sekali lagi, doakanlah saudara-saudara kita kaum muslimin di sana, di bumi yang penuh berkah, Syam.
Setelah bombardir massif, militer rezim Suriah kuasai Idlib dan bunuh 14 warga sipil
Muhib Al-Majdi
Ahad, 11 Maret 2012 18:15:04
IDLIB (Arrahmah.com) – Setelah membombardir propinsi Idlib dengan tembakan tank dan artileri berat, militer rezim Suriah menguasai pusat kota Islib, Sabtu (10/3/2012) sore.Ahad, 11 Maret 2012 18:15:04
Ketua Suriah Human Right Watch, Rami Abdurrahman kepada AFP melaporkan sedikitnya 14 warga sipil gugur, puluhan warga terluka dan 150 lainnya ditangkap. Tank-tank dan panser-panser militer Suriah memasuki pusat kota setelah memukul mundur tentara kebebasan yang mempertahankan kota dengan senjata seadanya.
Anggota Dewan Umum Revolusi Suriah, Milda Fadhl, melaporkan langsung dari Idlib bahwa bombardir militer sangat massif sejak waktu Subuh hari Sabtu. Bombardir massif tersebut merupakan bombardir paling berat yang dialami oleh penduduk Idlib, sejak kekuatan militer rezim Suriah dikerahkan dalam jumlah sangat besar minggu lalu ke propinsi ini.
Desa Qushur, Dhubait, dan Haarah di Idlib Selatan mendapat gempuran hebat oleh tank-tank dan artileri Suriah. Sebagian besar penduduknya mundur ke daerah lain sebelum militer rezim Suriah berhasil memasukinya di waktu sore.
Sementara itu gedung-gedung dan perumahan penduduk di pusat kota Idlib, tepatnya distrik tiga puluh, hancur lebur oleh bombardir militer. Idlib dianggap sebagai pusat pertahanan kelompok oposisi dan tentara kebebasan setelah jatuhnya propinsi Homs.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Analisa Revolusi Suriah: Beberapa kemungkinan skenario perang
Muhib Al-Majdi
Selasa, 14 Februari 2012 10:17:36
(Arrahmah.com) – Revolusi Suriah semakin membara dengan jumlah korban di pihak warga sipil muslim Suriah yang luar biasa besar. Memahami dan memprediksikan masa depan kondisi Suriah bukan perkara mudah akibat banyaknya faktor yang mempengaruhinya.Selasa, 14 Februari 2012 10:17:36
Di pihak rezim Nushairiyah Suriah, dukungan terus mengalir dari para sekutunya. Rusia, Cina, dan Iran memberikan dukungan secara politik. Dukungan militer juga diperoleh dari Rusia, Iran, milisi Syiah HIzbul Lata Lebanon, dan milisi Syiah al-Mahdi Irak. Dukungan ekonomi juga digelontorkan oleh Iran.
Di pihak revolusi, secara ideologi rakyat muslim seluruh dunia mendukung revolusi Suriah. Secara politik, negara-negara Arab dan Barat berlagak ‘mengecam’ Suriah meski sejatinya hanya ‘bersandiwara’. Bagi mereka, rezim Suriah diperlukan untuk menjaga eksistensi Israel dan menghalangi jihad umat Islam dari negara-negara tetangga. Secara ekonomi dan militer, tidak ada bantuan apapun dari dunia internasional untuk rakyat Suriah.
Bagaimana masa depan revolusi rakyat muslim Suriah? Mampukah rezim Nushairiyah melindas revolusi dengan dukungan Syiah internasional dan komunis internasional? Akankah rezim Nushairiyah tumbang dan digantikan oleh rezim nasionalis-sekuleris boneka Barat? Seberapa besar peluang kelompok-kelompok jihad untuk melancarkan proyek jihad Islam? Bagaimana sikap Barat dan boneka-boneka Arabnya di kawasan Timur Tengah dalam menghadapi revolusi ini?
Koresponden forum al-Anshar di Suriah, Qa’idi Mauqut, menurunkan analisa berharga yang mengupas masa depan revolusi Suriah dari aspek ideologi, politik, militer, media, dan sosial. Analisa tersebut ia turunkan dalam bertajuk ‘Ats-Tsaurah as-Suriyah: Sinariyuhat al-harb al-murtaqabah’ (Revolusi Suriah: Beberapa Kemungkinan Skenario Perang). Berikut ini terjemahannya.
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dipanjatkan kepada Nabi kita yang mulia, keluarganya, dan seluruh sahabatnya yang suci lagi shalih. Amma ba’du…Dalam artikel sebelumnya, saya telah membicarakan secara singkat beberapa pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah yang memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan dan memberikan pengaruh terhadap musuh-musuhnya pada masa yang akan datang, juga beberapa kekuatan dari luar yang mungkin melibatkan diri jika keadaan menuntut.
Medan konflik Suriah sampai saat ini masih membingungkan banyak pihak disebabkan oleh akhir dari berbagai peristiwa ini pada masa yang akan datang. Persoalan di Suriah tidak mudah dipastikan seperti mudahnya memprediksikan peristiwa di tempat lain. Suriah dikuasai oleh pemerintahan kelompok (Nushairiyah) yang telah berjalan selama empat puluh tahun, disertai berbagai kudeta dan pembunuhan misterius di Lebanon dan Suriah; juga pengkhiantan, pemenjaraan, dan pengusiran terhadap pihak oposisi termasuk saudara kandung presiden yang telah tiada, Hafizh Asad sendiri; kemudian keikut sertaan dalam proyek besar Rafidhah dengan penggelontoran dana yang luar biasa besar untuk membangunnya, sampai menjadi sebuah kekuatan yang menyaingi lawan-lawannya di kawasan yang memanjang dari Yaman sampai ke Iran, lalu Irak, Suriah, dan Lebanon. Proyek besar Rafidhah ini pada awalnya nampak berjalan sendiri-sendiri namun kini menjadi jelas merupakan satu kesatuan yang memiliki kesamaan arah dan persepsi terhadap lawannya. Proyek yang oleh para pengamat politik disebut ‘bulan sabit Syi’ah’.
Dalam artikel ini saya akan berusaha untuk memaparkan beberapa skenario yang mungkin terjadi di Suriah. Terkadang skenario tersebut berupa pokok-pokok kebijakan yang di dalamnya termuat banyak cabang skenario, yang tidak akan saya bahas panjang lebar; atau beberapa kebijakan yang diimbangi oleh kebijakan lain yang juga mungkin terjadi dengan sedikit perbedaan bentuk. Tujuan saya bukanlah memaparkan skenario semata sebagai sebuah bacaan dan analisa, melainkan adalah sebuah upaya memprediksikan peluang-peluang mujahidin dalam kondisi yang ada dan menonjolkan manhaj mujahidin. Di akhir setiap skenario, saya akan memaparkan sebagian tantangan dan rintangan yang akan dihadapi oleh ikhwah mujahidin, tentunya dengan menggunakan senjata yang tepat untuk medan tersebut, perangkat-perangkat kekuatan yang tepat dan tersedia, dan penggunaannya untuk memberi manfaat bagi proyek jihad. Khususnya apa yang hendak saya fokuskan di sini, yaitu ‘asuhan’ rakyat dan penerimaan mereka terhadap pilihan jihad, serta peranan media massa musuh dan penganut metode-metode menyimpang untuk menghantam proyek jihad yang diberkahi ini.
Inilah persoalan yang paling penting bagi saya, yaitu kaum muslimin menerima pilihan jihad mujahidin dan meridhainya sebagai sebuah metode perjuangan sebagai ganti dari metode yang selama ini biasa mereka tempuh. Saya akan menambahkan beberapa hal lain yang terkadang saya lalui dengan cepat. Adapun sisi-sisi persoalan yang lain, cukuplah saudara-saudara yang lain yang membahasnya, yang salah seorang di antara mereka melebihi seratus orang seperti saya dalam hal membaca, mengkaji, dan menganalisa.
Fokus tulisan saya seperti telah saya katakan terbatas pada pembahasan tentang beberapa peluang untuk menampakkan manhaj dan menanamkan proyek jihad di Syam dalam suasana skenario-skenario yang menurut saya akan paling mungkin terjadi. Saya tidak lupa untuk mengulas dengan singkat dan cepat perangkat-perangkat kekuatan dan potensi-potensi yang biasanya dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad serta selanjutnya penggunaannya untuk melayani program jihad dan menarik dukungan rakyat. Terlebih pihak musuh juga melakukan upaya yang sama.
Sebagian hal yang saya utarakan akan nampak sebagai perkara yang kelam dan membuat putus asa pembacca. Namun inilah problem artikel-artikel naratif yang berusaha untuk menerangkan realita yang sebenarnya. Bagi sebagian orang kondisi tersebut seakan mengundang pesimisme dan mengendorkan semangat. Namun bagi orang yang hendak beramal jauh dari pengaruh emosi, pemaparan realita yang sesungguhnya memiliki nilai positif yang besar dan banyak manfaat yang buahnya akan nampak setelah itu. Dengan demikian orang yang bekerja untuk proyek jihad akan mampu untuk memilih solusi yang tepat. Hal yang terpenting dari manfaat tersebut adalah agar pemilik proyek jihad tidak jatuh sebagai korban akibat melalaikan sisi realita tersebut meskipun seakan mengundang pesimisme.
Permasalahan yang hendak saya bicarakan dalam artikel ini bisa saya ringkaskan dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1. Prasarana-prasarana yang dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad.
2. Hal-hal yang diperlukan oleh kelompok-kelompok jihad.
3. Beberapa skenario perang:
a. Rezim Suriah unggul dan mengendalikan suasana.
b. Rezim Suriah mengalami kemunduran dan oposisi bersenjata meraih kemenangan.
c. Suasana chaos dan senjata beredar luas.
Pertama: Prasarana-prasarana yang dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad
Kelompok-kelompok jihad memiliki:1. Kemampuan untuk menghantam kepentingan-kepentingan Israel dari Lebanon Selatan dan boleh jadi pada masa yang akan datang dari Barat Laut Suriah jika suasana chaos terjadi dan aparat keamanan tidak mampu mengendalikannya lagi.
Sebelum ini Israel telah berkali-kali diserang dengan roket dari Lebanon Selatan dan brigade Abdullah Azzam beberapa kali telah mengaku bertanggung jawab atas penembakan roket tersebut. Sungguh sebuah tantangan terbuka, padahal kawasan tersebut berada di bawah kontrol tentara Lebanon, UNIFIL, dan milisi Syiah Hizbul Lata. Prasarana ‘menghantam Yahudi’ merupakan sebuah kelebihan dan karakteristik yang kita miliki.
Pada masa mendatang hal ini bisa berkembang dan berubah dari sekedar penembakan roket menjadi kendaraan peluncuran roket yang bisa mengancam eksistensi Yahudi dalam skala hampir sehari-hari. Jika berbagai kelompok jihad yang ada bisa mengadakan aliansi dan koordinasi kerja yang kuat untuk melakukan serangan seperti itu secara terus-menerus, niscaya hal itu akan menjadi arsip yang sangat penting dan berita utama yang diliput oleh berbagai stasiun TV.
Saya mengisyaratkan perkara ini bukan semata karena penembakan roket menyebabkan kerusakan yang parah pada peralatan militer Israel. Tetapi karena prasarana ini akan menelanjangi kedok pihak manapun yang merintanginya, jika operasi seperti ini terus-menerus dilakukan dan dalam skala yang sering. Sebab pada saat hal itu terjadi, ia bukan lagi menjadi konspirasi yang dilakukan oleh sebagian pihak semata untuk mengalihkan konflik politik dalam negeri (Lebanon), melainkan telah menjadi aksi kepahlawanan dan jihad yang hanya akan dilakukan oleh putra-putra terbaik barisan jihad.
Lebih dari itu, prasarana ini merupakan alat untuk menimbulkan ketakutan dalam negeri Israel dan penyebab perpindahan intern ribuan penduduk Yahudi ke daerah wilayah penjajahan Israel bagian selatan. Perkara ini sudah menjadi konsumsi media massa yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Persis seperti yang terjadi dalam peperangan dengan Hizbul Lata yang terakhir dengan militer Israel.
2. Dengan warisan militer dan sekuriti yang dimilikinya, kelompok-kelompok jihad memiliki pengalaman dan kemampuan untuk menentukan metode, bersembunyi, menampakkan diri, dan menyesuaikan diri dengan kondisi perang apapun. Selain juga memiliki senjata yang mematikan dalam bentuk perang gerilya menurut cara yang ditempuh oleh Daulah Islam Irak dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Irak. Terkhusus lagi dengan kemampuan industri perang mencengangkan yang telah diraih berbagai kelompok jihad Irak dalam bidang ranjau dan roket.
Pada masa yang akan datang hal itu bisa ditempuh sesuai skenario yang mungkin terjadi, kesudahan konflik, tabiat permusuhan dan kekuatan yang akan menguasai wilayah tersebut. Belum lagi jika ditambah dengan runtuhnya kendali keamanan di perbatasan Irak-Suriah dan pengiriman pengalaman-pengalaman jihad, kader-kader jihad, dan persenjataan dari Irak jika keadaan menuntut hal itu.
Kedua: Hal-hal yang diperlukan oleh kelompok-kelompok jihad
Selain memiliki prasarana di atas, kelompok-kelompok jihad perlu bekerja dalm dua bidang yang sangat urgen:1. Bidang media massa. Bidang media massa kelompok-kelompok jihad masih rendah, sempit, terbatas pada forum-forum jihad, dan kondisi yang lebih baik pun masih sebatas situs internet. Hal ini jelas tidak sesuai dengan proyek-proyek jihad yang besar, yang menuntut kehadiran media massa jihad secara kuat, penyebaran yang luas di darat, dan penyampaian informasi secara terus-menerus kepada kaum muslimin di tempat manapun guna membantah kebohongan-kebohongan tentang proyek jihad ini yang mungkin disebar luaskan oleh musuh, sekaligus untuk menghindari upaya perburukan citra yang kita lihat terjadi di Irak.
Maksud saya tidak lain adalah kemunculan (tokoh-tokoh) di media massa dan mendekati sarana-sarana media di awal peperangan, sehingga wajah mereka biasa muncul di media, dan sebagai dampaknya adalah apa yang mereka sampaikan pun menjadi hal biasa (bukan hal aneh dan asing lagi, pent). Terlebih kita sedang berbicara tentang sarana media massa raksasa yang dimiliki oleh pihak-pihak lain (musuh Islam, pent) yang melampaui internet dalam jarak yang sangat jauh.
2. Bidang kehadiran sosial. Maksud saya adalah kehadiran kelompok-kelompok jihad sebagai sebuah organisasi masyarakat yang tumbuh secara bertahap dan memiliki kalimat (suara yang didengar masyarakat), di bawah nama proyek apapun, misalnya dalam bentuk aliansi bersama yang menjaga keamanan.
Orang-orang yang bergerak dalam wadah-wadah ini adalah orang-orang yang mengusung proyek jihad itu sendiri, namun mereka tidak memiliki pengalaman jihad sebelumnya dan tidak ada keraguan masyarakat terhadap mereka. Hal ini mudah jika telah diketahui bahwa metode jihad memiliki banyak anshar (simpatisan) di kalangan ulama, pelajar (mahasiswa, santri), dan cendekiawan yang selama puluhan tahun suara mereka dibungkam oleh pemerintahan rezim kelompok Nushairiyah.
Proyek jenis ini memungkinkan untuk bekerja secara terpisah dari pernyataan-pernyataan dan publikasi-publikasi aliran kelompok jihad bersenjata. Hal ini akan mengangkat nilai kesyar’ian proyek ini di hadapan masyarakat dan akan mempersiapkan masyarakat untuk menerima proyek yang lebih tinggi lagi, mengangkat ‘atap’ tuntutan proyek, dan menentang proyek menyimpang lainnya apapun bentuknya, baik proyek nasionalis sekuler maupun nasionalis ikhwani (perjuangan kelompok IM via demokrasi parlemen, pent).
Semoga maksud saya sudah bisa dipahami dengan jelas dari ajakan dan isyarat singkat ini. Medan perjuangan Suriah sekarang menjadi ajang perlombaan banyak pihak. Masing-masing pihak berjuang dengan keras dari sekarang untuk menanam benih, agar bisa memetik buahnya pada saatnya kelak.
Orang yang memandang pihak manapun yang terlibat tersebut, niscaya akan melihat pihak tersebut bergerak dalam lebih dari satu bidang, bukan hanya dalam bidang militer semata!
Ketiga: Beberapa skenario perang
Skenario pertama:
Rezim Suriah unggul dan mengendalikan suasana
Bagi sebagian pihak skenario ini mungkin mengejutkan dan sulit dibayangkan dalam periode yang telah dicapai oleh revolusi Suriah saat ini. Namun sebagai bentuk ‘mempertimbangkan kondisi terburuk agar tidak terhindar dari keterkejutan’, saya tetap ingin membahas skenario ini. Apalagi skenario ini memiliki faktor-faktor pendorong dan sebab-sebab yang kuat, jauh dari mimpi sebagian orang yang memperkirakan kejatuhan rezim Suriah sebelum bulan Ramadhan, lalu direvisi sebelum Idul Fitri, lalu Bashar Asad melarikan diri setelah tuntutan kedua, lalu direvisi setelah tuntutan ketiga.Perkiraan tersebut mencerminkan pandangan yang tidak mendalam di kalangan jurnalis dan pimpinan revolusi Suriah dalam memahami konflik Suriah, tabiat medan konflik dan pemerintahan yang tengah mereka hadapi.
Sampai saat ini, pemerintahan rezim Suriah belum menggerakkan sebagian besar dan raksasa militernya dalam operasi-operasi militer. Departemen pertahanan Suriah juga belum terlibat dalam penanganan revolusi ini. Pengerahan sebagian brigade, pengiriman sebagian patroli militer dan konvoi militer yang beberapa kali dihadang oleh tentara pembelot pro revolusi atau kelompok lain, selama ini dikendalikan oleh dinas Intelijen Angkatan Udara Suriah yang mendapat wewenang untuk menangani krisis.
Lebih dari itu, taktik rezim Suriah dalam menggerakkan divisi-divisi militernya juga sulit dipahami. Beberapa waktu terakhir ini, rezim Suriah menggerakkan satu divisi militernya ke kawasan yang berada di antara propinsi Alepo (Halb) dan Riqah, padahal kawasan tersebut selama ini kosong dari penempatan kekuatan militer dalam jumlah yang sangat besar seperti itu. Rezim Suriah juga mengerahkan sekitar 9000 pasukan komandonya ke propinsi Alepo, dan digabungkan ke dalamnya sebanyak 4000 anggota khusus milisi Hizbul Lata (plesetan dari nama sebenarnya;Hizbullah) Lebanon. Rezim Suriah juga terus-menerus mengerahkan divisi-divisi militernya dari wilayah dalam Suriah seperti propinsi Alepo dan Homsh ke wilayah Utara Suriah seperti propinsi Idlib.
Untuk membahas secara singkat pengerahan divisi-divisi militer Suriah yang sangat besar ini, saya katakan: kekuatan militer Suriah dikerahkan sekitar propinsi Homsh karena di sana terdapat kekuatan militer Suriah dengan dukungan teknologi mutakhir yang drepresentasikan oleh divisi pertahanan udara, radar-radar, dan kota-kota industri militer rahasia yang di dalamnya terdapat para pakar industri militer Rusia, juga bandara-bandara militer.
Selain itu, pusat kekuatan militer Suriah juga terdapat di sebagian besar propinsi; mulai dari divisi III di kawasan Qathifah sebelah utara Damaskus sampai kawasan Dir’a dan Qunaithirah, di sana terdapat beberapa divisi militer yang mendapat latihan militer yang tidak terlalu tinggi, seperti divisi 90, divisi 61, dan lain-lain.
Adapun di propinsi Alepo, penempatan kekuatan militer tidak terlalu besar, seperti penempatan beberapa batalion pasukan komando di kawasan Musalimiyah, di sana terdapat sekolah infantri dan sekolah artileri.
Adapun jumlah tentara yang membelot ke pihak revolusi sampai saat ini hanya mewakili sekitar 5-8 % dari seluruh tentara nasional Suriah, di mana 95 % tentara Suriah masih setia kepada tentara rezim Suriah.
Operasi serangan yang dilancarkan oleh tentara kebebasan pro revolusi terhadap kekuatan militer rezim Suriah lebih menyerupai usaha ‘menakut-nakuti dan mengganggu’ belaka. Operasi serangan mereka masih memerlukan pengendalian dan planning yang lebih baik. (1)
Maka janganlah saudara-saudaraku seislam mengira bahwa para tentara yang membelot kepada revolusi Suriah tersebut adalah orang-orang yang memiliki keahlian perang yang telah teruji, sekalipun sebagian mereka memiliki pangkat militer cukup tinggi. Sebagian besar orang yang berdinas dalam militer Suriah pasca perang Lebanon tahun 1980an belum pernah menerjuni operasi militer apapun! Mereka hanya berdinas rutin untuk masa tugas tertentu, lalu kembali kepada kehidupan sipil mereka.
Sudah diketahui bersama bahwa pengalaman militer didapatkan dengan menerjuni kancah-kancah peperangan, terutama pengalaman yang berkaitan dengan perang gerilya dan keahlian menanam ranjau. Memang, tentara kebebasan Suriah memiliki kemampuan dasar dan pengetahuan tentang beragam senjata karena pernah berdinas dalam tentara nasional Suriah. Secara umum, pengalaman tempur juga datang bersamaan dengan perjalanan waktu jika peperangan masih menggunakan cara perang gerilya dan taktik hit and run. Mereka bisa mendapatkan banyak pengalaman, khsususnya jika ada ahli perang gerilya yang memberi mereka nasehat dan membimbing operasi-operasi mereka.
Sebagian pihak mungkin menyatakan adalah sebuah kecerobohan besar jika rezim Suriah mengandalkan dirinya kepada satuan-satuan militernya yang sangat besar. Terlebih mayoritas anggota tentaranya adalah unsur yang diduga ahlus sunnah wal jama’ah, baik dari suku bangsa Arab maupun suku bangsa Kurdi. Apakah logis apabila rezim Nushairiyah mengandalkan diri dalam menghadapi musuhnya dan meneguhkan pemerintahannya kepada kekuatan militer yang susunannya seperti itu?
Pendapat ini memang benar. Namun barangsiapa mengira bahwa problem rezim Suriah terletak pada kekuatan militer dalam hal persenjataan atau tentara, maka ia telah keliru. Tidak keliru jika ada orang yang memperkirakan Bashar Asad akan mampu mengerahkan lebih dari setengah juta tenaga tempur dari kelompok yang gigih berperang dan berideologi kuat (kelompok Nushairiyah dan Syiah) jika keadaan menuntut.
Perlu diketahui bahwa saat ini nasib kelompok Nushairiyah sedang terancam dengan cara yang sangat menakutkan untuk pertama kalinya dalam sejarah kelompok ini. Masalah langgeng tidaknya kekuasaan rezim sudah menjadi persoalan hidup dan mati mereka. Minimal persoalan kehinaan dan bahaya untuk jangka waktu yang lama, boleh jadi untuk beberapa dekade. Apakah logis jika para pemeluk dan tokoh agama Nushairiyah berdiam diri sementara pemegang kendali dalam pemerintahan Nushairiyah Suriah dalam kondisi seperti ini?
Tentu saja tidak. Oleh karena itu rezim Suriah bisa mengerahkan sebanyak mungkin anggotanya, kelompok Nushairiyah (2) dan mempersenjatai mereka dalam hitungan waktu beberapa hari saja. Lalu rezim bersandar kepada battalion-batalion yang terlatih dari kelompok Hibul Lata Lebanon dan jumlah yang tidak terbatas dari kelompok-kelompok lain yang memiliki kesamaan nasib dengan rezim Suriah, seperti kelompok Syiah Ismai’ilyah, Mursyidiyah, Druz, dan bahkan dalam batas tertentu orang-orang Nasrani.
Lebih dari itu, Kelompok Rafidhah Irak tidak akan menunda-nunda waktu untuk mengerahkan milisi-milisi militernya untuk berperang di pihak rezim Bashar Asad, dan ini sudah terjadi sejak awal revolusi (Maret 2011, pent) dan sampai saat ini masih berlangsung. Masuknya unsur-unsur tentara al-Mahdi (milisi Rafidhah Irak pimpinan Muqtada Shadr, pent) ke Suriah dan keterlibatan mereka dalam memberangus para demonstran muslim Suriah merupakan hal yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi oleh Bashar Asad.
Belum lagi dukungan yang akan diberikan oleh Iran kepada rezim Suriah sesuai perjanjian kesepakatan undang-undang antara kedua negara Syiah tersebut, yaitu Kesepakatan Pertahanan Bersama (3) dan kesamaan akidah yang terwujud dalam cita-cita Rafidahah dan proyek besar (pendirian imperium Rafidhah Raya), di mana ketidak seriuasan dalam memperjuangkannya dianggap kerugian besar oleh negara Syiah.
Kita semua mengetahui bahwa sampai batas tertentu, Rafidhah memiliki pemimpin yang mengendalikan urusan mereka dan mereka jarang berselisih terhadap segala keputusannya. Fatwa seorang pemimpin mereka, Khamenei (4) tentang ‘wajibnya berjihad di negeri muslim Suriah melawan penjajah yang ganas’ sudah cukup untuk menggerakkan jumlah tenaga tempur yang tidak terhitung di pihak rezim Suriah, baik dari kelompok Rafidhah Irak, Lebanon, maupun Iran.
Rezim Suriah mampu menerjuni kancah peperangan dalam waktu yang lama dan menguatkan cekikan mereka terhadap leher para pembelot, dengan cara menyebarkan kesatuan-kesatuan militer yang besar di berbagai pelosok negeri dan memindahkan markas-markas militer untuk menyesuaikan dengan wilayah-wilayah pergolakan.
Hal itu seperti yang telah rezim Suriah lakukan di propinsi Idlib, di mana rezim memindahkan satu divisi penuh dari kawasan Mishyaf di propinsi Himah ke propinsi Idlib. Memang, strategi penyebaran kekuatan militer dalam jumlah besar ini bisa berdampak negative bagi rezim seperti yang akan kita bahasa dalam skenario kedua. Namun penyebaran kekuatan militer dalam jumlah besar ini bisa berdampak positif bagi rezim jika rezim berinteraksi dengan cara yang cerdas dengan penduduk.
Terlebih rezim Suriah telah menutup wilayah perbatasan Barat Laut yang menjadi tempat masuknya bahan makanan untuk tentara kebebasan, dan inilah nampaknya alasan yang mendorong rezim Suriah untuk menggerakan kekuatan militer dalam jumlah besar ke wilayah utara. Selain itu juga untuk mengancam Turki agar Turki tidak turut campur dalam konflik Suriah dan tidak mendukung tentara kebebasan.
Iran juga mungkin menggerakkan unsur-unsur Rafidhah di Kuwait, Bahrain, dan wilayah lain di seluruh jazirah Arab untuk ‘memperingatkan’ para pemimpin negara Arab tersebut akan besarnya resiko yang akan mereka hadapi jika turut campur dalam konflik Suriah.
Selain itu, kondisi ekonomi dan penghidupan seluruh wilayah Suriah saat ini sangat sulit. Penduduk tidak memiliki bahan makanan pokok sehari-hari. Sebagian orang mendukung solusi apapun yang akan mengembalikan keadaan ekonomi kepada suasana sebelum revolusi bergolak, dengan jaminan rencana dan periode peralihan bagi perginya Bashar Asad dan perubahan pemerintahan.
Perkara ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Bashar Asad dan ia mempergunakannya untuk mengendalikan perasaan para pendukungnya, sehingga ia mengarahkan kemunduran ekonomi saat ini kepada pihak pendukung revolusi, bukan kepada pemerintahan dirinya sendiri.
Selain kondisi ekonomi yang semakin memburuk, kondisi keamanan juga kacau di beberapa kawasan. Di sana sini mulai terjadi aksi penjarahan dan pencurian seperti yang biasa terjadi di wilayah-wilayah yang dilanda konflik, bencana, dan runtuhnya kekuasaan keamanan setempat. Transportasi dari satu propinsi ke propinsi lain semakin sulit, bahkan melalui jalan nasional yang merupakan jalur penghubung antara empat propinsi besar di Suriah dari Damaskus sampai Alepo. Terkadang jalur tersebut terputus dan ditutup akibat krisis keamanan. Ujian universitas di beberapa wilayah juga ditiadakan dan dialihkan ke tempat lain akibat kondisi yang tidak mendukung dan sulitnya para mahasiswa mencapai kampus di wilayah tersebut. (5)
Setelah memperhatikan keragu-raguan dunia internasional terhadap konflik Suriah, di mana negara-negara internasional memberikan banyak kesempatan kepada rezim Suriah untuk melakukan tindakan apapun; kita melihat semua negara tersebut ---negara yang dekat maupun negara yang jauh--- mengetahui kesudahan peperangan di kawasan ini, dan semua negara tersebut tidak menginginkan kesudahan yang tidak baik bagi mereka.
Jika bukan karena alasan tersebut, tentulah skenario Libya telah diterapkan di Suriah, sehingga persoalan selesai, lalu semua pihak bisa bersantai.
Masalah meng’kudeta’ tentara pembelot, melemahkan pengaruh mereka, dan memaksakan solusi-solusi yang mengakhiri riwayat para pemimpinnya adalah perkara yang mudah bagi rezim Suriah; lalu kembali memasukkan mereka ke dalam tentara nasional Suriah setelah Bashar Asad pergi dan kondisi berubah.
Memaksakan solusi ‘abu-abu’ kepada Dewan Nasional Suriah juga merupakan perkara yang mudah, terutama jika pihak Barat, Amerika, dan Yahudi membujuk dengan mencontohkan ‘mimpi buruk’ Irak, Afghanistan, dan Yaman. Kenapa harus menantang bahaya? Untuk apa bermain-main api?
Adapun solusi tengah yang diridhai semua pihak baik saat rezim Suriah mengendalikan suasana dengan kekuatan maupun saat rezim Suriah tidak mampu mengendalikan suasana dengan kekuatan, adalah perjanjian damai dan kesepakatan sampai tenggang waktu tertentu di mana presiden Suriah tetap berkuasa, lalu ia meninggalkan Suriah ke negara tertentu (6), kemudian kekuasaan diperebutkan melalui cara pemilu. Nantinya orang yang menang pemilu dan memegang kekuasaan adalah orang yang bisa dipercaya akan mengikuti kemauan Barat dan diridhai oleh semua pihak yang bersengketa.
Sebagian orang mungkin merasa asing dengan skenario ini, namun sebenarnya tidak ada alasan untuk menganggapnya asing. (Bagi Barat, pent) Selama persoalannya adalah eksis atau tidak eksisnya kelompok Nushairiyah, maka mereka tidak perlu berkuasa di Damaskus. Cukuplah jika kelompok Nushairiyah tetap eksis dan mereka dipersenjatai serta ditempatkan di sebuah wilayah aman, untuk Barat persiapkan jika pada masa mendatang terjadi konflik!
Peluang-peluang proyek jihad dalam skenario ini
Berdasar prasarana-prasarana yang dimiliki oleh kelompok-kelompok jihad, bisa dikatakan bahwa pada fase terakhir skenario ini akan ada peluang besar bagi kelompok-kelompok jihad untuk memulai operasi-operasi militer dan menguras kekuatan rezim Suriah.
Dengan sebab kegagalan yang mungkin akan melanda kaum muslimin jika rezim Suriah bisa mengendalikan keadaan dan pulih kekuatannya, bisa dikatakan bahwa pihak yang pertama kali memasuki front peperangan terdepan melawan rezim Suriah akan menjadi pihak yang diterima oleh masyarakat.
Inilah yang dilakukan oleh tentara kebebasan di awal revolusi, karena tidak ada kelompok yang melindungi masyarakat dari kebiadaban rezim Suriah, maka muncul unsur-unsur yang membelot dari tentara rezim Suriah untuk membela penderitaan masyarakat dan kesulitan hidup mereka. Tentara kebebasan kini telah menjadi pahlawan rakyat dan harapan mereka, karena tidak ada seorang pun selain mereka yang melawan kebiadaban tentara rezim dan milisi Syiah Shabihah.
Adapun masalah penembakan roket ke wilayah penjajah Israel, meskipun dilakukan oleh kelompok-kelompok jihad, namun pada periode sebelum terjadinya skenario ini, masih diragukan oleh masyarakat. Masyarakat masih meyakini operasi jihad seperti itu dilakukan oleh rezim Suriah atau milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon, untuk mengalihkan perhatian dan mengesankan kepada masyarakat bahwa keadaan bisa semakin buruk jika dukungan kepada revolusi Suriah terus diberikan dan cengkeraman rezim Suriah terhadap Suriah melemah.
Inilah yang benar-benar terjadi, ketika beberapa roket ditembakkan ke wilayah utara penjajah Israel sejak beberapa bulan yang lalu, setiap orang muda maupun tua menuduh rezim Suriah berada di belakangnya. Adapun jika operasi jihad seperti itu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan operasi jihad melawan tentara rezim Suriah, niscaya ia akan memiliki dampak yang besar jika sering dan terus-menerus dilakukan. Ia akan mendapat liputan luas media massa, sekalipun pihak tertentu (rezim Suriah atau Hizbul Lata) tidak menyukainya. Nama kelompok-kelompok jihad akan dikaitkan dengan amalan yang agung ini. Tidak ada lagi pihak yang mencegah dan memusuhinya, kecuali masyarakat akan menuduhnya sebagai penggembos dan pengkhianat.
Adapun kehadiran kelompok jihad sebagai sebuah kelompok masyarakat seperti yang telah saya jelaskan di depan, maka hal itu juga mungkin dilakukan dalam kesempatan dan periode apapun tanpa mendapatkan kesulitan apapun dalam skenario ini. Hanyasaja dampaknya akan lebih besar manakala rezim Suriah mampu mengendalikan keadaan dan kelompok-kelompok jihad mulai melakukan operasi jihad untuk menguras kekuatan rezim Suriah.
Skenario kedua:
Rezim Suriah mengalami kemunduran dan oposisi bersenjata meraih kemenangan
Skenario ini terkait erat dengan dua perkara:1. Iran berpikir untuk tidak lagi mendukung Bashar Asad.
2. Rezim Suriah gagal mengendalikan perang dari aspek militer.
Kondisi pertama, disebabkan konflik intern Iran dan kekhawatiran Iran dari aspek ekonomi jika tidak mampu membiayai perang. Karena dalam kondisi konflik saat ini, Iran harus membiayai dua negara atau bahkan tiga negara (Iran, Suriah, dan Lebanon, pent). Iran harus menggelontorkan dana yang sangat besar untuk mengendalikan konflik besar ini.
Selain itu Iran masih harus membiayai pergerakan kelompok Syiah lainnya di Bahrain, Kuwait, Ihsa’, Qathif (keduanya adalah propinsi di Arab Saudi Timur, pent), dan Yaman. Akankah Iran mampu menangung biaya ekonomi yang begitu berat ini? Akankah Iran menemukan solusi lainnya? Iran juga mengkhawatirkan kerugian lapisan bawah masyarakatnya dan kembalinya kondisi Iran kepada kondisi 20an tahun sebelumnya jika Iran menghadapi serangan udara (AS dan sekutunya, pent) yang menyebabkan Iran kehilangan kendali peperangan dan perimbangan kekuatan berubah di luar perhitungannya.
Dengan mempertimbangkan beberapa kekhawatiran ini, boleh jadi Iran akan membiarkan Bashar Asad sehingga Bashar Asad tercekik, tidak memiliki sumber keuangan untuk menutupi biaya peperangan dan tidak memiliki kemampuan bergerak dari aspek politik. Dalam kondisi seperti ini, pilihannya adalah mendukung tentara kebebasan dan memberikan bantuan tenaga tempur dari Libya atau tempat lainnya, penerapan zona larangan terbang atas Suriah, dan penerapan kawasan netral di wilayah perbatasan Barat Laut Suriah. Langkah-langkah ini dipaksakan dengan kekuatan (PBB, pent), disertai intervensi terang-terangan atau sembunyi-sembunyi pihak Arab atau internasional untuk mendukung unsur-unsur tentara kebebasan dalam peperangan dan mengendalikan perang.
Terutama jika rezim Suriah mengerahkan kekuatan militernya sepanjang wilayah Suriah dan menimbulkan sebab kemarahan dan permusuhan penduduk setempat terhadap kekuatan militer rezim Suriah. Bagaimana hal itu tidak membangkitkan kemarahan dan permusuhan penduduk setempat, sedangkan mayoritas anggota militer Suriah berasal dari penduduk kawasan-kawasan tersebut?
Dalam kondisi demikian itu, kita mungkin akan menyaksikan pembelotan dalam jumlah besar di pihak militer Suriah. Para perwira tinggi militer dalam divisi dan brigade militer yang besar akan mengetahui bahwa sekutu-sekutu rezim Suriah telah meninggalkan rezim Suriah, dan rezim Suriah tinggal berdiri sendirian sehingga tidak akan mampu kembali kuat seperti sedia kala.
Juru bicara resmi tentara kebebasan, mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Jazera menegaskan bahwa tentara kebebasan mampu untuk meraih kemenangan dari wilayah Utara yaitu wilayah perbatasan Suriah-Turki sampai wilayah tengah Suriah yaitu Homsh dalam hitungan beberapa jam saja, jika telah berhasil disiapkan sebuah kawasan yang terkucilkan (dari kontrol kekuasaan rezim Suriah, pent)!
Dalam kondisi seperti ini, rezim Suriah terpaksa akan mencari jalan keluar dengan kerugian seminimal mungkin. Rezim Suriah tidak akan memegang erat ibukota Damaskus. Ia akan bergeser dan mengumpulkan kekuatannya di kawasan-kawasan tempat eksisnya kelompok Nushairiyah pada masa lalu sebelum tegaknya pemerintahan Nushairiyah di Damaskus. Kawasan tersebut membentang di Suriah Barat yaitu dari Homsh sampai pesisir laut Suriah; di Suriah Utara adalah Tarsus, Jabalah, dan Ladzikiyah ke arah timur sampai wilayah barat Himah, yaitu kawasan-kawasan tersebut sampai wilayah sebelah barat dari jalur jalan nasional yang menghubungkan Damaskus, Homsh, dan Himah.
Dalam kondisi ini, rezim Suriah tidak akan menunda-nunda pemikiran wilayah pemerintahan sendiri, seperti pemerintahan suku Kurdi Irak. Sarana-sarana untuk itu telah dimiliki oleh rezim Suriah dan bisa dijalankan dengan mudah. Jika rezim Suriah mampu mempergunakannya sebaik mungkin, maka ia akan mampu melakukan negosiasi dan memaksakan apapun yang ia inginkan.
Kenyataannya, sejak awal terjadinya revolusi Suriah, rezim Nushairiyah Suriah telah mengerahkan ribuan anggota kelompok Nushairiyah ke wilayah barat Homsh, sehingga jumlah penduduk Nushairiyah mencapai mayoritas dan melampaui jumlah penduduk muslim. Inilah bara api yang menyulut pertikaian antara kaum muslimin dengan kelompok Nushairiyah di kota tersebut. Pada waktu itu rezim Nushairiyah Suriah menyembunyikan hakekat konflik yang sebenarnya.
Jika kekuatan oposisi bersenjata meraih kemajuan, maka rezim Nushairiyah Suriah tidak akan menunda-nunda pemindahan persenjataan terbaiknya ke wilayah pegunungan (kawasan tempat tinggal asli kelompok Nushairiyah, pent) dan mengatur perencanaan perangnya. Hal itu kini sedang dilakukan oleh rezim Suriah.
Terlebih kondisi saat ini merupakan hal yang dimimpi-mimpikan oleh mayoritas tentara dan kelompok gerilyawan. (Kelompok) Nushairiyah Suriah berpusat di wilayah-wilayah pegunungan yang diselimuti oleh hutan-hutan dalam areal wilayah yang sangat luas. Didukung oleh jalan-jalan sempit di antara pegunungan di beberapa wilayah, sehingga rezim Suriah mampu berperang selama bertahun-tahun jika menggunakan wilayah-wilayah tersebut sebagai benteng pertahanan. Wilayah tersebut juga memiliki pesisir pantai dan beberapa pelabuhan. Ia merupakan kawasan emas dan perbendaharaan kekayaan yang bisa dimanfaatkan jika ia menghendaki.
Setelah menerjuni peperangan selama lebih dari setahun atau dua tahun di kawasan tersebut dan di beberapa front pertempuran lain yang berpindah-pindah tanpa adanya hasil atau kemajuan yang berarti di pihak oposisi bersenjata Suriah, sementara kawasan-kawasan lain tetap tenang dan aman sebagaimana yang terjadi di Benghazi (Libya, pent) di mana kehidupan di sana kembali berlangsung normal pada saat kota-kota lain di Libya mengalami operasi-operasi militer.
Saya katakan: dalam kondisi seperti itu, ada peluang untuk mengajukan pemerintahan indipenden bagi kelompok Nushairiyah, dengan tetap mengakui sebagai bagian dari republik Suriah, demi mencegah pertumpahan darah, menguatkan niat baik, dan banyak justifikasi lainnya yang tentunya mudah saja bagi kedua belah pihak (rezim Nushairiyah maupun oposisi bersenjata) memngada-adakannya untuk tujuan penghentian perang dan duduk di meja perundingan.
Ikhwan-ikhwan mungkin sependapat dengan saya bahwa pihak Barat tidak akan mengizinkan lenyapnya kekuatan kelompok Nushairiyah secara keseluruhan dan membiarkan kawasan Syam tanpa ada pisau belati untuk menikam jantungnya jika kekuatan Islam menguat di sana dan pada masa mendatang muncul aliran ahlus sunnah yang mengusung proyek penegakan khilafah Islamiyah.
Keinginan Perancis dan negara-negara Barat di belakangnya adalah menguasai kedua belah pihak (rezim Nushairiyah dan oposisi bersenjata) dengan tetap mempertahankan kelompok Nushairiyah sebagai kekuatan yang aktif di pentas Suriah, sebagai alat untuk menghantam proyek Islam apapun yang mungkin akan muncul.
Persoalan yang harus dibicarakan kini tinggal persoalan mempersenjatai revolusi sehingga menjadi rakyat bersenjata. Saya menduga pihak Barat tidak akan mengulang hal itu setelah peristiwa yang terjadi di Libya. Beredar luasnya senjata di pentas Suriah adalah perkara yang membuat takut Yahudi, Eropa, dan Turki.
Itulah yang ditegaskan oleh juru bicara resmi tentara kebebasan, mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi (7) dalam wawancara dengan stasiu TV Al-Jazera. An-Nuaimi saat itu mengatakan: “Sampai saat ini dan untuk seterusnya, kami tetap mencegah sampainya senjata kepada siapa pun, kecuali kepada tentara kebebasan Suriah. Ketika rezim ini jatuh, kami telah siap sepenuhnya untuk mengumpulkan senjata dalam hitungan beberapa minggu saja.”
Jadi tetap akan ada pembatasan senjata, senjata akan dibatasi untuk orang-orang tertentu yang memegangnya secara hukum, media, dan komando. Itulah pilihan yang paling baik dan paling selamat (bagi Barat).
Peluang-peluang mujahidin dalam skenario ini
Dengan kemajuan yang diraih oleh kekuatan oposisi bersenjata, maka pencukuran di luar dari medan perang yang telah ditetapkan yaitu perang melawan kekuatan militer rezim Suriah di front pertempuran di wilayah-wilayah kelompok Nushairiyah, akan menyebabkan pelakunya secara otomatis akan ‘dihantam’, setelah masyarakat bosan dengan perang dan pertempuran, dan keinginan besar mereka dalah kembali kepada kehidupan normal.
Kekuatan tentara kebebasan telah menjadi kekuatan militer tertinggi, maka tidak ada alasan yang membolehkan keberadaan senjata dan kelompok-kelompok (jihad) di pentas Suriah selama tentara kebebasan mampu memerangi kekuatan militer rezim Suriah. Untuk apa menampakkan diri dan mengumumkan diri? Apa alasan yang membenarkannya?
Kita tidak boleh lupa bahwa media massa milik kelompok-kelompok menyimpang dan sekuler tidak akan pernah berhenti mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengkritik dan memperburuk citra siapa pun yang berusaha untuk memecah barisan (rakyat di bawah kendali tentara kebebasan dan dewan transisi nasional Suriah, pent).
Bahkan kelompok jihad manapun pada saat itu bisa dituduh sebagai perpanjangan tangan rezim Suriah yang muncul untuk memperkeruh suasana. (Media massa sekuler akan memblow up tuduhan, pent) Jika kemunculan kalian (kelompok jihad) bukan sebagai perpanjangan tangan rezim Suriah, kenapa kami tidak melihat peranan kalian saat kita berada dalam waktu yang paling sulit? Kenapa kalian tidak muncul saat kami berperang melawan rezim Suriah dan tentaranya?
Berkaitan dengan penembakan roket ke target-target Israel dari wilayah Lebanon Selatan dan Suriah, sesungguhnya berlangsungnya operasi secara terus-menerus selama terjadinya perang dan sampai waktu gencatan senjata (antara rezim Suriah dan tentara kebebasan, pent) memiliki dampak tersendiri.
Meskipun demikian, tentara kebebasan dan bersamanya Dewan Nasional Suriah akan selalu menyatakan secara jelas bahwa masalah penggunaan senjata hanya menjadi hak kekuatan militer tertinggi, yaitu kepemimpinan tentara kebebasan. Media massa milik partai-partai sekuler dan kelompok-kelompok menyimpang mungkin akan menuduh para pelaku penembakan roket tersebut sebagai orang-orang yang tergesa-tergesa, tidak memahami persoalan, dan merusak citra revolusi.
Hal ini akan terjadi apabila tentara Yordania tidak melakukan intervensi untuk mengendalikan keadaan di wilayah selatan yang berbatasan dengan Yordania atas nama pasukan perdamaian sementara.
Adapun kemunculan kelompok jihad dalam bentuk organisasi masyarakat, maka ia dapat bergerak tanpa kesulitan apapun sebagaimana kondisi dalam skenario pertama.
Skenario ketiga:
Suasana chaos dan senjata beredar luas
Di sini kita dihadapkan kepada dua kondisi:1. Mempraktekkan sebagian dari skenario pertama, di mana rezim Suriah mendapatkan dukungan Iran namun rezim tidak mampu menguasai keadaan negara secara sempurna, dikarenakan tentara menolak untuk berperang di wilayah-wilayah asal mereka dan mereka mulai melakukan disersi dari tentara nasional.
Dalam kondisi ini seruan akidah Rafidhah akan mendominasi dalam skala besar, setelah sebelumnya tanda-tanda Rafidhah nampak dalam pembicaraan pihak musuh.
Hal yang dibutuhkan dalam kondisi ini adalah seruan yang semisal sebagai bahan bakar yang menggerakkan ratusan ribu pemuda ahlus sunnah untuk berperang dan dari beberapa negara tetangga, sehingga ide pembentukan proyek ‘perlawanan ahlus sunnah di bawah pengarahan’ (negara-negara tetangga boneka Barat, pent) menjadi kebutuhan primer yang sangat mendesak.
Sebab seruan tentara kebebasan atas dasar nasionalisme dan sekulerisme dalam kondisi ini tidak akan meyakinkan kaum muslimin. Dengan demikian kendali urusan tidak akan terlepas dari pemiliki proyek ini ke tangan kelompok-kelompok jihad yang menanti-nanti kesempatan untuk memunculkan diri dan beramal.
Proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ seperti ini akan dipandang sebagai peperangan penentuan nasib umat Islam dalam melawan proyek raksasa Rafidhah. Proyek ini tidak diragukan lagi akan mendapatkan dukungan media massa dan syariat (fatwa para ulama) yang besar dan penggelontoran dana yang besar untuk membiayai seluruh kebutuhannya.
Saya ulangi perkataan saya bahwa proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ ini diperlukan (oleh Barat). Di satu sisi, ia merupakan kesempatan beberapa negara untuk mematahkan sayap kekuasaan Iran di kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, ia merupakan upaya cepat untuk menarik karpet (baca: menjatuhkan) dari bawah telapak kaki mujahidin jika mereka tengah merencanakan jihad atau terlanjut melakukan jihad seperti di Irak.
Dalam kondisi seperti ini, senjata akan beredar luas, dan pemegang senjata akan berada adalah kelompok-kelompok milisi seperti yang terjadi di Libya. Pengarahan akan dilakukan oleh kepemimpinan, biasanya pemimpin syar’i dan politik, yang terbentuk dari sejumlah tokoh ulama yang terkenal membantah dan mendebat kelompok Rafidhah, dan sejumlah tokoh politik yang diterima oleh mayoritas revolusioner.
Tidak ada seorang pun yang akan mampu keluar dari proyek ini, terutama jika proyek ini didukung dengan aspek syari’at, di mana di belakangnya berdiri puluhan bahkan ratusan fatwa dari para ulama terkenal.
2. Kondisi chaos, senjata beredar luas, pihak oposisi bersenjata bergerak maju menuju kawasan-kawasan Nushairiyah dan pihak rezim Nushairiyah bertahan serta melawan pergerakan para revolusioner. Sebab terjadinya chaos dalam kondisi ini tidak mungkin disebutkan secara jelas, namun amat baik apabila kemungkinan ini diprediksikan dan membuat planning untuk menghadapi suasana seperti itu.
Sebagai contoh, saya katakan: bisa saja tentara kebebasan mengumumkan pendaftaran para sukarelawan revolusi dalam brigade-brigade indipenden untuk mengendalikan peredaran senjata di antara masyarakat dan mengumpulkan warga sipil revolusioner yang ingin ikut berperang. Mereka bisa mengikuti peperangan dengan pimpinan dan pengarahan tentara kebebasan, kemudian senjata mereka ditarik kembali pada saat yang tepat.
Dengan cara ini akan diketahui siapa yang hanya ingin berperang bersama tentara kebebasan untuk melawan tentara rezim Bashar Asad dan siapa yang mendapatkan senjata untuk tujuannya sendiri.
Peluang mujahidin dalam skenario ini:
1. Untuk kondisi pertama:
Mujahidin bisa mendahului para pemilik proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’ dan mengambil inisiatif lebih dahulu dalam beberapa bidang sebelum mereka didahului. Barangkali secara liputan media massa sulit bagi mujahidin untuk mendahului para pemilik proyek ‘perlawanan ahlus sunnah’.
Namun dalam tataran realita di lapangan masyarakat, mujahidin bisa menjadi pemilik suara yang menentukan, terutama jika mujahidin telah memulai operasi-operasi jihad menguras kekuatan militer rezim Suriah dan brigade-brigade Rafidhah (Iran dan Lebanon) yang mendukungnya, mempublikasikan berita harian tentang operasi-operasi tersebut, dan menyerang kepentingan-kepentingan Iran di manapun yang memungkinkan.
Usaha seperti ini akan memberikan saham besar dan kehadiran yang kuat di tengah masyarakat bagi proyek jihad, sekaligus menyaingi proyek-proyek lainnya. Apa alasan yang membenarkan pencitraan buruk mujahidin padahal mereka adalah pihak yang pertama kali menghadapi invasi Rafidhah? Padahal hanya mujahidin saja, tidak ada satu pihak pun selain mereka, yang menghantam kepentingan-kepentingan Iran di lebih dari satu tempat dan lebih dari satu kesempatan?
Berkaitan dengan penembakan roket ke wilayah penjajah Israel, jika dilakukan dalam skala sering dan teratur yang mendapat liputan media massa, bukan serangan tunggal yang tenggang waktunya lama dengan serangan berikutnya, niscaya akan menjadi bonus penarik simpati masyarakat, perisai yang kuat bagi nama baik proyek jihad, dan akan membungkam mulut para ulama su’ dengan batu yang membuat kaum muslimin bisa rehat dengan tenang.
Kelompok jihad juga bisa menampakkan dirinya sebagai kelompok masyarakat dengan kuat, seruan syariatnya bisa bergaung tinggi, tanpa harus takut kepada apapun, juga tanpa harus berkompromi dengan siapapun, terlebih jika disertai sosialisasi hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah keimanan dan kekafiran, status hukum kelompok Rafidhah dan Nushairiyah menurut syariat Islam, plus pembicaraan tentang fiqih jihad dan keutamaan-keutamaan jihad selagi pentas Suriah saat ini menyaksikan konflik bersenjata, yang dalam sebagian bentuknya menyerupai pentas konflik Libya. Hal itu sudah menjadi perkara yang dituntut oleh adanya perang, suasana perang, dan peristiwa-peristiwanya yang besar.
2. Untuk kondisi kedua
Kelompok jihad yang berwujud dalam gerakan masyarakat bisa bangkit dengan kuat dan bekerja dengan serius. Perkara ini merupakan tugas para da’i, di mana mereka harus menjadikan sebuah kawasan tertentu sebagai pusat gerakan mereka. Mereka meningkatkan tingkat pemahaman ilmu syar’i penduduknya, memahamkan mereka akan hakekat Islam, dan memahamkan mereka terhadap kewajiban menjadikan Islam sebagai satu-satunya pedoman hidup bukan pedoman hidup yang lain.
Adapun sayap gerakan bersenjata bisa mengambil manfaat dari beragam jenis senjata yang bisa didapat saat suasana keamanan tidak terkendali, lalu menyimpannya, mengatur dan memperkuat barisan, kemudian memperjuangkan tujuan jihad sesuai syariat Islam.
Terakhir…saya sampaikan beberapa skenario ini dengan cara seperti ini, sebagai bentuk usaha saya untuk memahami garis besar keadaan yang mungkin akan terjadi di pentas Suriah. Sekaligus sebagai prediksi atas skenario-skenario yang paling mungkin akan terjadi, agar kita bisa mengantisipasi konspirasi musuh terhadap kita. Dalam memaparkan poin-poinnya, saya sengaja mengajukan beberapa pertanyaan yang jawabannya tidak saya sebutkan. Tujuan saya adalah mengetahui pendapat ikhwan-ikhwan terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dan sebagai motivasi saya kepada mereka agar mengikuti permasalahan yang genting ini dan mengajukan nasehat, musyawarah, dan pendapatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kejayaan hanya milik Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman, namun orang-orang munafik tidak mengetahuinya.
Akhir dari ucapan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Ditulis oleh
Qa’idi Mauqut
Kampung halaman kaum beriman
Negeri Syam yang diberkahi
Kamis, 2 Shafar 1433 H
Footnote:
1. Dari beberapa video operasi militer yang dilakukan oleh tentara kebebasan, kita bisa menilai seberapa jauh pengalaman tempur mereka. Dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh salah satu brigade tentara kebebasan di wilayah Suriah Selatan, sebagian mereka nampak menyerang konvoi militer rezim Suriah dalam jarak yang cukup jauh dengan senapan serbu, padahal konvoi musuh berada di luar jarak efektif tembakan sehingga sasaran tembak meleset. Mereka berkumpul di satu tempat, menembak secara membabi-buta, dan melalaikan penanaman ranjau anti tank dan granat. Video tersebut dapat dilihat dengan jelas di alamat berikut ini: http://www.youtube.com/watch?v=5EuxB9lmMrg
Operasi tentara kebebasan yang lain bisa dilihat di alamat berikut ini:
http://www.youtube.com/watch?v=kWzMH...eature=related
2. Rezim Nushairiyah Suriah melipat gandakan jumlah pasukan divisi IV Garda Republik Suriah dari 10.000 personal menjadi 100.000 personal dalam waktu yang singkat, sebagian besar mereka berasal dari kelompok Nushairiyah.
3. Garda Revolusi Iran menegaskan komitmen negaranya terhadap kesepakatan pertahanan bersama dengan pemerintah Damaskus. Garda Revolusi Iran: Kami tidak akan membiarkan Suriah sendirian jika menghadapi serangan dari luar, http://alwatan.sy/dindex.php?idn=115792.
4. Sikap Khamenei dari ancaman apapun terhadap Iran, http://www.almanar.com.lb/adetails.p...=1&seccatid=34
5. Direktorat Pendidikan Tinggi Suriah memperkenankan para mahasiswa dari Universitas Ba’ts dan mahasiswa kampus Idlib untuk melakukan ujian di universitas-universitas lain,
http://www.mhe.gov.sy/new/index.php?...id=2508&ref=hm
6. Koran al-Ma’arif mengungkapkan Bashar Asad mengajukan permohonan suaka politik bagi dirinya dan keluarga kepada negara Rusia, http://www.alghad.com/index.php/article/519262.htmlKan
7- Hal ini ditegaskan dalam wawancara mayor Mahir Rahimun an-Nuaimi dengan stasiun TV Al-Jazera: http://www.aljazeera.net/NR/exeres/E...E-AF3188C011E
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Sang Penjagal - Penjahat Perang - Bashar al-Assad Laknatulloh
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
بشار الأسد Bashar al-Assad | |
Presiden Suriah Ke-10 | |
Masa jabatan 17 Juli 2000–Sekarang | |
Wakil Presiden | Farouk al-Sharaa |
---|---|
Pendahulu | Abdul Halim Khaddam (Pejabat) |
Pengganti | Sedang Menjabat |
Lahir | 11 September 1965 Damaskus, Suriah |
Kebangsaan | Suriah |
Partai politik | Partai Baath |
Suami/Istri | Asma Assad |
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Kehidupan pribadi
Assad yang mahir dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis menjalani studi di sekolah elit Franco-Arab al-Hurriyet di Damaskus (ibu kota Suriah) juga belajar ilmu kedokteran di Universitas Damaskus untuk Fakultas Kedokteran. Lulus menjadi seorang dokter, spesialisasi dalam oftalmologi (mata) di pendidikan rumah sakit London. Ia menikah dengan Asma' al-Akhras, seorang Suriah Syiah Muslim yang tinggal di Inggris sejak kelahirannya maupun masa dewasanya. Assad dalam pemerintahannya didukung oleh pemerintah Cina dan Rusia, ia menganut idealisme sosialis komunis. Banyak kaum muslimin di Syiria merasa tertindas bahkan terbunuh dengan keji oleh pemerintahannya terutama dari kalangan Sunni. Dalam pemahaman Islamnya, Assad mengikuti sekte Syiah Isma'iliyah. Iran (Islam Syiah Itsnaa Atsariyah) juga ikut mendukung pemerintahannya, dan tidak angkat bicara terhadap pembantaian kaum Muslimin Sunni. Syiah Iran maupun Suriah walaupun berbeda sekte namun bersatu membantai kaum Sunni.[sunting] Lihat pula
[sunting] Bacaan lanjut
- Bashar Al-Assad (Major World Leaders) oleh Susan Muaddi Darraj, (Juni 2005, Chelsea House Publications) ISBN 0-7910-8262-8 untuk pemuda
- Syria Under Bashar Al-Asad: Modernisation and the Limits of Change (Adelphi Papers) oleh Volker Perthes, (2004, Oxford University Press) ISBN 0-19-856750-2
- Bashar's First Year: From Ophthalmology to a National Vision (Research Memorandum) by Yossi Baidatz, (2001, Washington Institute for Near East Policy) ISBN B0006RVLNM
- Syria: Revolution From Above by Raymond Hinnebusch (Routledge; edisi 1, Agustus 2002) ISBN 0-415-28568-2>
Sang Penjagal - Penjahat Perang Hafez al-Assad Laknatulloh
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Hafizh al-Assad)
حافظ الأسد Hafez al-Assad | |
Presiden Suriah ke-9 | |
Masa jabatan 22 Februari 1971–10 Juni 2000 | |
Pendahulu | Nureddin al-Atassi |
---|---|
Pengganti | Abdul Halim Khaddam (Pejabat) |
Lahir | 6 Oktober 1930 Qardaha, Suriah |
Meninggal | 10 Juni 2000 (umur 69) Damaskus, Suriah |
Kebangsaan | Suriah |
Partai politik | Partai Baath |
Agama | Alawi Islam Shi'ite |
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Asal-usul
Lahir dari keluarga Alawite pada 6 Oktober 1930. Menjadi anggota Angkatan Udara Syria (Suriah) dan merupakan anggota pendiri Partai Ba'ath yang membuatnya mengamil posisi yang menguntungkan menyusul kudeta di Suriah pada 1966 dimana kemudian ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Ia terlibat dalam Perang Enam Hari melawan Israel pada 1967, dan peristiwa September Hitam saat PLO mencoba (dengan dukungan Suriah) menggulingkan Raja Hussein bin Talal dari Yordania.[sunting] Menuju kekuasaan
Berbagai macam intrik politik baik di Timur Tengah maupun di dalam negerinya membuat Assad naik ke atas panggung kekuasaan penuh sebagai Perdana Menteri Suriah, posisi yang menjadi sangat kuat di tahun berikutnya saat ia diangkat sebagai Presiden Suriah.[sunting] Melawan Israel
Hafez al-Assad memperkuat posisinya lebih dari 30 tahun berikutnya dan menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh di Timur Tengah. Perang Yom Kippur 1973, dimana dunia Arab termasuk Suriah mendapat sedikit kemajuan dalam perimbangan militer dengan Israel daripada tahun 1967 (Perang Enam Hari), namun tak bisa memperoleh kembali daerah Dataran Tinggi Golan yang telah direbut Israel yang kemudian menjadikan sebagai wilayahnya . Ia juga mengirim pasukan Suriah sebagai campur tangan di Libanon selama huru-hara akibat perang saudara di negara itu (1975-1989). Namun campur tangan kekuatan militer Suriah tidak berjalan mulus, terutama setelah kekalahan dalam Insiden Lembah Beka'a serta masuknya tentara Israel ke Libanon Selatan dalam Invasi Israel atas Libanon 1982 (Operasi Perdamaian Galilea). Meskipun demikian, kehadiran militer Suriah yang awalnya untuk mendukung milisi Druze di Libanon mampu mengimbangi kekuatan Israel serta mempercepat perdamaian di Libanon, terutama setelah gagalnya kekuatan militer PBB, Amerika Serikat dan Perancis dalam menciptakan perdamaian di Libanon pada saat perang saudara berkecamuk. Perdamaian di Libanon terwujud setelah Perjanjian Thaif pada tahun 1989.[sunting] Faktor penentu
Haffez al-Assad memantapkan dirinya sebagai faktor penentu dalam politik dalam negerinya serta di kawasan "panas" Timur Tengah. Ia memilih menentang mayoritas negara-negara Arab dimana Suriah berpihak kepada Iran dalam Perang Iran Irak (1980-1988), yang dilanjutkan dengan menunjukkan antipati ini pada Irak selama Perang Teluk I 1991 dimana sikap dihargai Amerika Serikat untuk itu. Meskipun antara Irak dengan Suriah memiliki kesamaan politik dan sama-sama menggunakan Partai Ba'ath yang mengagungkan Nasionalisme dan Sosialisme Arab, ia memiliki konflik panjang dengan presiden Saddam Hussein yang juga pimpinan Partai Ba'ath di Irak. Ia mengambil sikap mnoderat dalam tahun-tahun terakhir pemerintahannya, yang didapatkannya pada penerimaan kembali sedikit Dataran Tinggi Golan, walau ia tak pernah membuat persetujuan damai dengan Israel. Peranan al-Assad sangat diperlukan dalam menyelesaikan setiap konflik Timur Tengah, misalnya al-Assad menjadi tokoh kunci dalam pembebasan sandera pesawat maskapai penerbangan TWA dari Amerika Serikat di Beirut yang dibajak kelompok gerilyawan pada tahun 1984. Sekalipun al-Assad mengambil kebijakan pro-Iran dalam perang Iran-Irak, Assad mendapat dukungan bantuan ekonomi, dan finansial untuk kepentingan militernya oleh Negara-negara Arab sekalipun politiknya bertentangan. Alasan yang diambil Negara Arab tersebut adalah karena memerlukan negara yang dianggap kuat secara militer dalam menghadapi Israel, setelah Mesir yang justru mengadakan perjanjian damai dengan Israel.[sunting] Partai Ba'ath dan gerakan Islam
Di masa pemerintahannya, Suriah benar-benar dibawa ke dalam pemerintahan diktator militer dengan rezim Partai Ba’athnya. Suriah sendiri bertindak represif terhadap kelompok gerakan Islam yang dianggap Partai Ba’ath, merupakan ancaman utama bagi kekuasaannya. Sehingga pada masa kekuasaannya, Hafez al-Assad melakukan tindakan represif pada kelompok Islam militan.Pada 1979, terjadi serangan terhadap sekolah kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba'ath. Pihak yang dituduh melakukannya ialah kelompok dakwah Ikhwanul Muslimin. Tak hanya itu, kelompok gerakan Islam ini berdemo besar-besaran dan melakukan aksi boikot di Hama, Homs, dan Aleppo pada Maret 1980. Dengan alasan inilah al-Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan represifnya terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Tidakan kekerasan politiknya ini memuncak dalam peristiwa pembantaian Hama di awal 1980-an.
[sunting] Keruntuhan Uni Soviet
Runtuhnya Uni Soviet membawa banyak implikasi terhadap Suriah, dimana dukungan Uni Soviet terhadap Suriah semakin berkurang terutama dengan banyaknya utang luar negeri Suriah kepada negeri itu, dan rezim Partai Ba’ath sendiri mulai goyah. Selama ini, rezim Suriah banyak didukung Uni Soviet dalam Perang Dingin. Persamaan paham sosialisme dan komunisme menjadi perekat keduanya. Walau begitu, pengaruh Inggris dan Perancis yang lama menguasai Suriah tak bisa hilang sama sekali. Dengan bantuan senjata dan dana, Suriah dijadikan alat bagi negara superpower itu untuk menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah-sekalipun Suriah memiliki tujuan tersendiri-antara lain dengan mendorong Suriah masuk ke Libanon dan konflik dengan Israel di Dataran Tinggi Golan. Sejak runtuhnya Uni Soviet di akhir 1991, al-Assad mengambil kebijakan moderat namun tetap mempertahankan tuntutannya terhadap wilayah Dataran tinggi Golan. Sehingga sampai akhir hayatnya, Suriah tidak menandatangani perjanjian damai dengan Israel.[sunting] Wafat
Hafez al-Assad meninggal pada 10 Juni 2000 dan digantikan putranya, Basyar al-Assad sebagai Presiden Suriah.[sunting] Pranala luar
Allahu Akbar!! ''Paspor ke Surga'' diduga Milik Kelompok Jihad di Homs
HOMS.SURIAH.(voa-islam.com) – Perlawanan terhadap kezaliman pemerintah Suriah dan gelora jihad semakin berkobar. Baru-baru ini di kota Homs ditemukan dari barang sitaan oleh petugas pemerinta Suriah, paspor yang sudah dirubah menjadi paspor luar biasa oleh kelompok jihad. Yaitu “paspor ke Surga” (Passport to Paradise).
Selasa 6 Maret 2012, otoritas Suriah menyita sejumlah senjata dan beberapa unit computer dan ponsel terbaru serta mikrofon. Senjata yang disita juga dari berbagai jenis sperti senapan otomatis, senapan mesin, sniper canggih buatan Jerman, RPG, pelontar lainnya yang anti-baja, goggle infared, masker, granat, pistol, pistol peredam suara, dan paspor yang dicuri kemudian dipalsukan. Petugas juga menyita amunisi, seragam militer, helm, ransel dan batang dinamit.
.......Ini menunjukkan bahwa mereka mulai eksis dan menampakkan jatidiri mereka serta taktik dalam menghadapi kezliman tiran Suriah Bashar Al-Asad.......
Yang menarik diantara barang sitaan itu adalah paspor yang sudah dirubah bukan paspor buatan Negara lagi. Dibagian depan paspor tersebut, tertulis diatasnya "لا إله إلا الله محمد رسول الله",tiada ilah selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah”. Kemudian dibawahnya tertulis “Passport to Paradise”. Paspor ini diduga dari kelompok bersenjata (mujahidin,red) yang menggunakan paspor ini sebagai kode dan password diantara mereka.
Ini menunjukkan bahwa mereka mulai eksis dan menampakkan jatidiri mereka serta taktik dalam menghadapi kezliman tiran Suriah Bashar Al-Asad.
Semoga Allah meneguhkan langkah mujahidin Suriah
Ya Allah tolonglah orang-orang yang tertindas
Hancurkanlah singgasana tiran Bashar Al-Asad (usamah/tawhidTentara Pembebasan Suriah Menewaskan 250 Momok Preman Basyar |
Tuesday, 13 March 2012 15:07 |
mediaumat.com- Juru bicara resmi Tentara Pembebasan Suriah Kolonel Mustafa Abdul Karim mengumumkan telah menewaskan 250 pasukan momok rezim Basyar al-Asad, serta menghancurkan dua tank, dua kendaraan lapis baja dan kendaraan militer lainnya di Rankus, di wilayah pedesaan Damaskus. Mustafa Abdul Karim, dalam sebuah pernyataan kepada “Al-Jazeera” pada hari Senin (12/3), menyerukan semua pihak untuk mendukung dan mempersenjatai Tentara Pembebasan Suriah. Dikatakan bahwa Tentara Pembebasan Suriah tidak memiliki peralatan berupa senjata berat untuk menghadapi kelompok geng Asad. Sedangkan mempersenjatai pasukannya merupakan perkara ringan tidak sepadan dengan menghadapi tank dan senjata berat. Dikatakan bahwa Tentara Pembebasan Suriah menggunakan semua potensi dan operasi “menyerang dan lari” dalam melawan pasukan Asad. Abdul Karim menggambarkan bahwa hari Senin sebagai “situasi berdarah di semua lini”; di mana pasukan keamanan telah membombandir semua kota mulai dari Dar’a sampai Idlib; juga sejumlah kesatuan Tentara Pembebasan Suriah tengah melakukan perlawanan terhadap kelompok geng Asad di daerah Qalamun, pada saat kelompok geng rezim tiran itu melakukan operasi penangkapan massal di pedesaan Damaskus. Dalam konteks lain, anggota Dewan Revolusi Suriah di Idlib Jenderal Al-Nashir mengatakan bahwa kota “Ma'arat Numan” di Idlib dihujani roket, yang menyebabkan hancurnya banyak rumah dan jatuhnya sejumlah besar korban, yang dilakukan untuk mencegah masuknya bantuan ke kota. Sementara pasukan reguler Suriah terus melakukan pemboman atas kota Idlib selama tiga hari berturut-turut[]istd |
Foto-foto pembantaian Muslim Suriah oleh Bashar Assad tersebar di internet
Hanin Mazaya – Kamis, 15 Maret 2012 09:07:40
DAMASKUS (Arrahmah.com) - Video dan foto yang menunjukkan 47 jenazah Muslimah dan anak-anak telah disebarkan di internet, lapor surat kabar La Repubblica.47 jenazah tersebut merupakan korban teror dari kelompok militan Alawite geng Assad yang terbaring di lantai sebuah ruangan. Sebagian dari mereka ditembak dengan darah dingin dan yang lainnya dengan kejam dilecehkan terlebih dahulu. Namun tidak ada jejak darah.
Jenazah-jenazah ini telah dikumpulkan diantara reruntuhan pemukiman Karm al-Zaitoun dan al-Adwiya di Homs. Pihak oposisi mendistribusikan video ini di Youtube sebagai bukti terakhir dari kekejaman tidak manusiawi orang-orang musyrik Suriah.
Di antara korban adalah 20 perempuan, 25 anak dan hanya dua orang lelaki dewasa. Seperti dikatakan pihak oposisi, orang-orang bersenjata Alawite tiba di kota untuk menyelesaikan pembantaian yang dimulai oleh tank-tank tentara rezim.
Mereka datang untuk membunuh, melukai, mengintimidasi dan membuat Muslim meninggalkan Karm al-Zeitoun. La Repubblica mengatakan bahwa pembantaian itu diatur secara tepat dengan alasan agama. Semua korban adalah Muslim dan para algojo adalah geng bersenjata dari sekte Syiah, Alawite.
Suriah Membara, Khilafah Solusinya
Kekerasan yang terjadi di Suriah semakin mendapat sorotan dunia. Rezim Bashr al Asaad tidak membiarkan rakyat protes menghadapi kezhalimannya. Banyak penduduk Suriah yang menjadi korban akibat kejahatan penguasanya sendiri. Ada apa dengan Suriah? Mengapa Suriah kini mulai menjadi pusat perhatian dunia, khususnya bagi kaum muslimin? Kita akan membahas topik SURIAH MEMBARA, KHILAFAH SOLUSINYA bersama Ustzh. Ir Lathifah Musa. Beliau adalah Pemimpin Redaksi Majalah Udara Voice Of Islam.
Ustadzah, apa yang terjadi dengan Suriah saat ini?
Sebenarnya masih terkait dengan gelombang revolusi Arab-Timur tengah, rakyat Suriah semakin berani menentang kezhaliman penguasanya, yang saat ini ada di bawah pemerintahan Bashr al Assad, anak dari penguasa terdahulu yaitu Hafez al Assad. Korban tewas sejauh ini, menurut PBB berjumlah lebih dari 8.000 orang tewas. Semua diakibatkan oleh tindakan keras pemerintah Suriah terhadap para pengunjuk rasa. Jadi bisa dikatakan, saat ini rakyat Suriah mempersenjatai diri untuk melawan tentara rezim penguasanya. Unjuk rasa sudah tidak mempan lagi. Dan kini untuk menghadapi kejahatan penguasa Bashr al Asaad, rakyat yang tergabung dalam kelompok oposisi pun mengangkat senjata terhadap penguasanya.
Seperti apa sih kekejaman rezim Al Assad ini?
Sangat kejam. Sampai saat ini mereka melarang bantuan kemanusiaan masuk, padahal rakyat Suriah, wanita, anak-anak dan bayi banyak yang menderita. Banyak yang tewas, karena tidak mendapat pertolongan. Sejak hari pertama aksi unjuk rasa, rezim ini mulai membunuhi orang. Mereka tidak menggunakan peluru karet, pemukul atau lainnya, mereka langsung menggunakan peluru tajam Belum lama ini, tentara rezim Suriah memasang juga ranjau darat dekat perbatasannya dengan Lebanon dan Turki, sepanjang rute yang digunakan pengungsi untuk menyelamatkan diri dari kekerasan.
Menurut seorang mantan penjinak ranjau militer Suriah, ia dan teman-temannya telah menjinakkan 300 ranjau dari wilayah Hasanieih pada awal Maret. Daerah itu merupakan rute yang digunakan pengungsi untuk menuju Turki. Suriah tidak menandatangani Traktat Ottawa 1997 yang melarang produksi, penggunaan, dan penyimpanan ranjau anti-personil. Traktat Ottawa telah didukung oleh 159 negara.
Siapa Bashr al Assad? Mengapa begitu kejam terhadap rakyatnya? Assad adalah putra dari Hafez al Assad, pemimpin Suriah sebelumnya. Seperti ayahnya, Bashr al Assad memimpin partai Baath di Suriah. Kepemimpinnya didukung oleh China dan . Rusia . Saat ini Rusia dan China telah dua kali menggunakan kekuasaan mereka sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk memveto resolusi dewan di Suriah. Bashr Al Assad menikah dengan Asma’ al-Akhras, seorang Suriah Syiah yang tinggal di Inggris sejak kelahirannya maupun masa dewasanya. Assad yang dalam pemerintahannya selalu didukung oleh pemerintah Cina dan Rusia, ia menganut idealisme sosialis komunis. Banyak kaum muslimin di Suriah merasa tertindas bahkan terbunuh dengan keji oleh pemerintahannya terutama dari kalangan Sunni. Sekalipun mengaku muslim, dalam pemahamannya, Assad mengikuti sekte Syiah Isma’iliyah. Iran (Syiah Itsnaa Atsariyah) juga ikut mendukung pemerintahannya, dan tidak peduli terhadap pembantaian kaum Muslimin Sunni. Syiah Iran maupun Suriah walaupun merbeda sekte namun bersatu membantai kaum Sunni. (www.wikipedia)
Pada masa pemerintahan, Hafez al-Assad, ayah dari Bashr, ia banyak melakukan tindakan represif pada kelompok Islam militan.
Pada 1979, terjadi serangan terhadap sekolah kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba’ath. Pihak yang dituduh melakukannya ialah kelompok dakwah Ikhwanul Muslimin. Kelompok gerakan Islam ini kemudian berdemo besar-besaran dan melakukan aksi boikot di Hama, Homs, dan Aleppo pada Maret 1980. Dengan alasan inilah al-Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan represifnya terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin. Tidakan kekerasan politiknya ini memuncak dalam peristiwa pembantaian Hama di awal 1980-an. (www.wikipedia)
Bagaimana dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara besar dalam menyikapi persoalan Suriah?
Rusia dan China tetap mendukung Suriah. Rusia sampai sekarang tidak berencana mempersingkat kerjasama militer dengan Suriah. Hal ini berbeda dengan Barat (AS-Eropa yang menginginkan rezim Presiden Bashar Assad berakhir).
Rusia tetap akan mematuhi kontrak dengan Suriah mengenai pengiriman senjata. Rusia tampaknya tidak peduli dengan kerusuhan berkepanjangan di Suriah yang telah menewaskan 7.500 orang. Negara komunis tersebut melindungi rezim berdarah Assad dari sanksi PBB. Moskow merupakan sekutu kuat Suriah sejak masa kepemimpinan Hafez Assad, ayah Bashar Assad.
Rusia menyediakan pesawat, misil, tank dan senjata berat lainnya. Bahkan, pelabuhan Tartus di Suriah kini menjadi pangkalan udara Rusia. Skuadron udara Rusia berada di sana sejak Januari lalu. Keberadaan mereka dinilai banyak kalangan sebagai dukungan terhadap rezim Assad.
Sementara Iran saat ini menarik dukungannya terhadap Assad.
Sementara Iran saat ini menarik dukungannya terhadap Assad.
Mengapa bisa terjadi konflik besar di Suriah?
Pertama, penguasa Suriah memang sangat kejam. Apalagi kalau Bashr al Assad menganut sekte syiah ismailiyah. Ini sekte yang sesat yang di masa kekhilafahan Islam. Mereka menentang kekhilafahan yang sah pada saat itu. Syiah Ismailiyyah dalam sejarahnya pernah membantu pasukan salib melawan pasukan kaum muslimin. Kedua, Muslim Suriah, terkena gigih dalam mempertahankan diri, bila mereka merasa benar. Rakyat Homs dan Suriah secara umum, dalam sejarahnya telah sanggup bertahun-tahun berperang melawan pasukan salib, sebelum dibebaskan oleh Pasukan Salahuddin al Ayyubi. Ketiga, adanya dukungan dari negara-negara kafir, khususnya Rusia dan China dalam mendukung rezim berideologi sama, yaitu sosialis-komunis. Keempat, adanya campur tangan negara-negara kapitalis-liberal yang turut mengopinikan faham demokrasi liberalnya, dalam rangka menghambat tegaknya kekhilafahan Islamiyah yang sedang diperjuangkan oleh orang- orang muslim yang ikhlas di Suriah. Keempat, belum kuatnya persatuan umat Islam sedunia dalam menyelesaikan persoalan umat Islam sedunia. Walaupun upaya ini, insya Allah telah mulai mengarah ke sana.
Bagaimana solusi Islam terhadap masalah Suriah?
Problem rakyat Suriah adalah problem umat Islam yang tertindas, sebagaimana problem umat Islam di belahan dunia lain seperti Palestina, Afghanistan, Iraq dll. Solusinya bukanlah dengan berharap pada PBB yang selama ini justru selalu terhambat dengan veto-veto kejam dari negara-negara besar seperti Rusia, China dan AS. Atau menyandarkan pada OKI (Organisasi Negara-negara Islam) yang tidak bisa berbuat banyak untuk menolong umat Islam yang tertindas. Umat Islam tidak bisa berharap banyak kepada para penguasa negeri-negeri muslim yang masih disibukkan dengan perkara korupsi, pornografi, dan hall-hal lain yang disebabkan karena mereka mengambil demokrasi sebagai sistem hukum mereka. Solusi bagi rakyat Suriah adalah perjuangan bersama kaum muslimin yang ikhlas, yang masih meyakini bahwa Al Qur’an dan As Sunnah adalah pedoman hidup dan berperilaku yang wajib dilaksanakan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Rakyat Suriah hanya bisa terselamatkan bila umat Islam memiliki kepemimpinan Islam yang satu, yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah bagi seluruh kaum muslimin.
Saat ini telah banyak umat Islam yang menyadari, penting serta wajibnya menegakkan Khilafah Islamiyah di atas Manhaj Kenabian. Untuk itu, penting bagi kita semua untuk menguatkan keyakinan terhadap agama Islam, mendakwahkannya secara ikhlas kepada seluruh kaum muslimin, dan menyerukan dukungan terhadap penegakan syariah Islam di seluruh penjuru bumi ini. Keyakinan kita bahwa tidak ada hukum lain yang lebih baik selain dari hukum Allah SWT harus selalu kita kuatkan, dengan terus bersungguh-sungguh mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah serta mengamalkannya dengan ikhlas dan penuh tawakkal. Allah SWT berfirman: ”Afahukmal jahiliyyati yabghuun. Wa man ahsanu minallahi hukman liqaumiy yuuqinuun: Apakah hukum jahiliyyah yang kalian cari. Hukum siapa yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang meyakini.” (QS Al Maidah:50)[]
Aktivis Suriah: Semua Tahanan Wanita di Penjara Assad telah Diperkosa
Jumat, 16/03/2012 13:45 WIB
Akktivis Suriah Hadeel Bashaar Kuki yang keluar dari penjara baru-baru ini, menyatakan bahwa para tahanan di penjara-penjara Assad mengalami tindakan penyiksaan dan perkosaan.
Kuki sendiri telah memberikan kesaksiannya di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa untuk periode penahanannya di penjara Aleppo, dan membantah klaim rezim Suriah bahwa bentrokan di Suriah melibatkan Al-Qaidah, menekankan bahwa semua warga Suriah - termasuk Kristen dan Alawi - mengalami praktek penyiksaan yang mengerikan yang dilakukan oleh pasukan Assad.
Dia menekankan bahwa semua wanita yang ditangkap oleh pasukan Assad mengalami tindakan penyiksaan dan perkosaan, namun banyak dari mereka yang tidak berani mengumumkan secara terbuka apa yang telah mereka alami selama dipenahanan.
Dia mencatat bahwa teknik penyiksaanterhadap para tahanan bervariasi, ada yang disiksa dengan listrik, atau apa yang dikenal sebagai "Carpet of the Wind", dan teknik penyiksanaan di mana pasukan keamanan memukuli kaki para tahanan sampai luka parah dan kemudian melemparkan mereka ke dalam sel yang diisi dengan air dan garam.(fq/imo)
Komandan FSA: Assad Layak Mendapat Nasib Lebih Buruk dari Gaddafi
Kamis, 15/03/2012 12:20 WIB
"Assad telah menewaskan begitu banyak orang dan ia layak mendapat nasib buruk lebih dari Gaddafi," kata Ammar al-Wawi, salah satu pemberontak Suriah yang sekarang menjabat di komando Tentara Pembebasan Suriah (FSA).
Dan meskipun fakta bahwa FSA hanya dipersenjatai dengan Kalashnikov dan pistol, dan berada pada kerugian besar karena harus melawan tank dan artileri militer Bashar al-Assad, Wawi mengatakan dia yakin presiden Suriah tersebut akan jatuh.
"Revolusi Suriah melawan (kekuatan kolonial) Perancis butuh 10 tahun dan Palestina telah berjuang melawan Israel sejak 1948, tetapi kemenangan revolusi akan datang ketika orang memutuskan untuk mengakhiri rezim, ujar Wawi
Mantan tentara di militer Suriah ini mengatakan bahwa mereka tak memerlukan masyarakat internasional, sembari mengatakan para pemimpinnya "tidak memiliki etika dan selalu mendukung para diktator."
Mengacu kepada pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Presiden terguling Mesir Hosni Mubarak dan mantan presiden Tunisia Zine el Abidine Ben Ali, ia berpendapat bahwa semua diktator menggunakan taktik menakut-nakuti yang sama dengan masyarakat dunia.
"Tapi itu semua bohong."
Para saksi mata: Tank-tank militer rezim Suriah melindas jenazah para korban sipil, tentara rezim Suriah mengencingi korban luka-luka
Muhib Al-Majdi
Selasa, 20 Maret 2012 15:54:00
HOMS (Arrahmah.com) – Majalah The Times menurunkan laporan pengakuan para penduduk sipil muslim Suriah yang mengungsi ke Turki tentang kebiadaban militer rezim Suriah terhadap penduduk sipil muslim dan Tentara Kebebasan pro revolusi rakyat di propinsi Idlib, Senin (19/3/2012).Selasa, 20 Maret 2012 15:54:00
Para penduduk sipil muslim yang selamat dari pembantaian di propinsi Idlib dan berhasil mencapai tenda-tenda pengungsian di wilayah perbatasan Turki menuturkan bahwa tank-tank militer melindas jenazah para warga sipil dan Tentara Kebebasan yang gugur. Sementara itu para tentara rezim Suriah dan milisi Syiah Shabihah melecehkan para korban yang luka dengan mengencingi mereka.
Seorang insinyur, Majid (25) menuturkan, “Sebagian korban masih hidup, namun kami tidak bisa mendekat untuk menyelamatkan mereka. Kami hanya memegang Klansinkov, sementara militer mengendarai tank-tank modern. Saya melihat tentara rezim berkeliling di antara para korban. Sebagian tentara berhenti dan mengencingi para korban. Sebagian tentara yang lain menembak mati korban yang luka.”
Majid bersama sekelompok pemuda Idlib dan Tentara Kebebasan memberikan perlawanan sederhana saat konvoi tank-tank militer rezim Suriah memasuki propinsi Idlib. “Kami melihat tentara rezim menyeret jenazah delapan orang korban. Mereka meletakkannya di tengah jalan secara berjajar. Dua buah tank, sebuah truk Shilka anti aircraft dan dua buah panser melindas kedelapan jenazah itu. Saya dan kelompok saya tidak bisa menolong mereka, tembakan tank menghantam posisi kelompok kami dan saya sendiri tertembak di lutut.” ujar Majid.
Kelompok aktivis revolusi Suriah baru-baru ini menyebar luaskan video di internet yang memperlihatkan tentara rezim Suriah melemparkan jenazah para korban warga sipil muslim yang mereka bantai di distrik Dier Zur.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar