ARAB SAUDI (Arrahmah.com) - Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi laksanakan shalat tarawih malam ini (09.00) waktu setempat, seperti terlihat pada siaran langsung TV streaming Haramain oleh situs resmi milik Arab Saudi, http://live.gph.gov.sa/.
Seperti diketahui, beberapa kalangan umat Muslim di Indonesia juga sudah melaksanakan shalat tarawih kemarin berpegangan pada hasil rukyatul hilal di Cakung yang melihat hilal pada ketinggian 3,5 derajat dengan mata telanjang.
"Telah diambil sumpah empat orang oleh pengadilan Agama Jakarta Timur," kata Ustadz Abu Jibriel mewakili tim rukyatul hilal MMI.
Data Lajniyah Al-Husniyah Rukyatul Hilal Awal Ramadhan menyatakan saksi-saksi tersebut di antaranya Afriano, H. Muhammad Labib, S.pd.I (28 tahun), Nabil, SS (25 tahun). Data tersebut ditandatangani oleh sekretaris Tim Lajnah oleh H. Lukmanul Hakim, MM.
Sedangkan pemerintah akhirnya memutuskan 1 Ramadan 1433 H jatuh pada 21 Juli 2012. Keputusan itu disampaikan oleh Menteri Agama Suryadarma Ali pada sidang Itsbat, Kamis Malam (19/7).
"Dengan ucapkan Bismillahirramnanirahim kami tetapkan 1 Ramadan 1433 jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012," ujar Menteri Agama, Suryadarma Ali saat memutuskan sidang Istbat di gedung Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (19/7/2012) malam.
Dalam sidang tersebut sejumlah organisasi Islam seperti Persis, Dewan Masjid Indonesia dan NU, menyetujui puasa jatuh pada Sabtu. Adapun yang berbeda pendapat dalam sidang itu ialah organisasi FPI dan An-Najat, yang menetapkan hari pertama puasa pada Jumat 20 Juli mendasari pada kesaksian 4 orang yang disumpah menyatakan melihat Hilal di pos pemantauan Cakung.
"Meskipun beda, tapi kita saling menghargai," ujar anggota Falaqiyah FPI, Muchsin Alatas dalam sidang Istbat. (ukasyah/arrahmah.com)
Hasil sidang isbat pemerintah tetapkan 21 Juli 2012 sebagai awal Ramadhan
Bilal
Kamis, 19 Juli 2012 23:27:25
JAKARTA (Arrahmah.com) - Pemerintah
akhirnya memutuskan 1 Ramadan 1433 H jatuh pada 21 Juli 2012. Keputusan
itu disampaikan oleh Menteri Agama Suryadarma Ali dalam sidang Itsbat,
Kamis Malam (19/7).Kamis, 19 Juli 2012 23:27:25
"Dengan ucapkan Bismillahirromnanirohim kami tetapkan 1 Ramadan 1433 jatuh pada Sabtu 21 Juli 2012," ujar Menteri Agama, Suryadarma Ali saat memutuskan sidang Istbat di gedung Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (19/7/2012) malam.
Dalam sidang tersebut sejumlah organisasi Islam seperti Persis, Dewan Masjid Indonesia dan NU, menyetujui puasa jatuh pada Sabtu. Adapun yang berbeda pendapat dalam sidang itu ialah organisasi FPI dan An-Najat, yang menetapkan hari pertama puasa pada Jumat 20 Juli besok yang mendasari pada kesaksian 4 orang yang disumpah menyatakan melihat Hilal di pos pemantauan Cakung.
"Meskipun beda, tapi kita saling menghargai," ujar anggota Falaqiyah FPI, Muchsin Alatas dalam sidang Istbat.
Perbedaan Metode Rukyat
Habib Muchsin, menyatakan perbedaan yang terjadi antara pemerintah dengan FPI menurutnya terletak pada perbedaan metode rukyatul hilal. FPI menggunakan metode Sulam An-Niyarain sedangkan pemerintah menggunakan metode Ephemeris.
"Metode Sulami digunakan oleh ulama-ulama tradisional dan sudah cukup lama digunakan, sedangkan metode ephemeris berasal dari barat dan digunakan sebagai navigasi" ungkapnya.
Lanjutnya, memang jika menggunakan metode ephemeris hilal tidak akan berada pada posisi 2 derajat. Namun menurutnya, perbedaan tersebut tetap harus dihargai.
Keputusan itu ditetapkan setelah pembacaan laporan pengamatan hilal oleh Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Binmas), Kementerian Agama, Ahmad Jauhari.
"Laporan rukyat yang masuk ke pusat sebanyak 38 lokasi. Semuanya menyatakan tidak melihat hilal," ujar Jauhari.
Titik lokasi pemantauan antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi tenggara, Sulut, Sulawesi tengah, NTT, Bali, NTB, Sulsel, Mamuju, Kalteng, Kaltim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Jatim, DIY, Jateng, hingga Aceh.
Sejumlah tokoh Islam telah hadir di antaranya Ketua Komisi VIII DPR, Ida Fauziah, perwakilan dari BMKG, perwakilan ormas Islam seperti Persis, HTI dan PBNU, dan lembaga Islam seperti MUI, Dewan Masjid Indonesia, Badan Hisab Rukyat, dan ICMI. (bilal/arrahmah.com)
Di Jakarta, hilal terlihat di Cakung dan Cilincing, pemerintah mengabaikan! lebih hebat dari Nabi?
Saif Al Battar
Kamis, 19 Juli 2012 22:45:20
JAKARTA (Arrahmah.com)
- Kamis petang (19/7/2012) Tim rukyatul-hilal di Cakung dan di
Cilincing yang biasa dari tahun ke tahun memantau hilal dikabarkan sudah
melihat hilal. Di Cakung hilal terlihat sekitar 3,5 derajat dan di
Cilincing dengan posisi 4 derajat.Kamis, 19 Juli 2012 22:45:20
Sesungguhnya di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, manakala sudah ada seseorang yang berhasil melihat hilal, Nabi tak bertanya berapa derajatnya. Sementara pemerintah RI melalui Kementerian Agama menentukan harus di atas 2 derajat.
Jika diyakini hilal dalam posisi di bawah 2 derajat yang berarti itu tak diakui pemerintah (karena kurang dari 2 derajat tak terlihat), kenapa harus repot-repot melihat hilal dan bersidang itsbat?
Dan, ternyata, alhamdulillah, di Cakung, Jakarta Timur, dan Cilincing, Jakarta Utara, tim rukyat di sana sudah berhasil melihat hilal masing-masing dengan posisi 3,5 dan 4 derajat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tatkala sudah ada yang menyatakan melihat hilal, langsung memerintahkan besoknya untuk melaksanakan shaum Ramadhan atau mengakhiri Ramadhan dan besoknya ber-idul fitri (1 Syawal).
Di Cakung dan Cilincing, mereka yang melihat hilal sudah disumpah oleh Kementerian Agama setempat, dan hasilnya dikirim ke Kementerian Agama yang sedang melakukan sidang itsbat. Jika pemerintah (Kementerian Agama) melalui sidang itsbat ini tak mengakui kesaksian Tim Cakung dan Cilincing, maka itu berarti kembali mengulangi kefatalan yang sama saat penentuan 1 Syawal (idul fitri) tahun lalu, dimana pemerintah (Kementerian Agama dan MUI) dalam sidang itsbat menolak kesaksian Tim Cakung yang sudah melihat hilal.
Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat seseorang datang kepada beliau, melapor sudah melihat hilal, tak pernah beliau menolak. Bahkan Rasulullah, setelah mengambil sumpah atas dasar kesaksian orang yang bersangkutan, langsung memerintahkan kaum Muslimin kala itu untuk melaksanakan shaum esoknya atau berbuka dan menetapkan 1 Syawal (idul fitri) keesokan harinya.
Dengan demikian, karena sudah ada pihak yang melihat hilal, maka esok, Jumat (20 Juli 2012) adalah awal Ramadhan, ibadah shaum dimulai.
Dalam sidang itsbat yang digelar Kemenag Pusat, wakil dari Front Pembela Islam (FPI) dan ormas Islam An-Najah melaporkan Tim Cakung Jakarta Timur yang telah berhasil melihat hilal dengan posisi 3,5 – 4 derajat dan terlihat selama 4 menit.
Dalam tuntunan Rasulullah, siapapun yang melihat hilal, maka setelah disumpah kesaksiannya, yang lain tinggal mengikuti. Jadi, bukan banyak mana yang melihat dan yang tidak, misalnya, lalu diputuskan mengukuti yang banyak yang tak melihat, bukan begitu caranya, bukan seperti sistem demokrasi yang memilih pemimpin berdasarkan suara terbanyak. Bukan.
Jangan pula lantaran demi persatuan, demi persatuan, kemudian mereka yang berbeda dengan keputusan Menag di sidang itsbat, seakan tidak menjunjung persatuan. Jangan sampai, karena demi persatuan, lantas mengenyampingkan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Seorang tokoh MUI daerah prihatin dengan pola sidang itsbat yang digelar Kemenag Kamis malam (19/7/2012). Menurutnya, tak sama awal Ramadhan atau 1 Syawal bukan berarti simbol perbedaan. Dalam kasus ini penduduk Madinah pernah tak sama dengan Mu'awiyah di Syam saat menjadi khalifah. Para sahabat yang ada di Madinah ditanya, "Alam taktafii biru'yati Mu'awiyah? (Apakah rukyah Mu'awiyah tak cukup?" Mereka bilang, "Tidak." (Jadi, itu artinya, tak ada kewajiban ikut pemerintah dalam hal ini).
"Bayangkan, itu seorang khalifah, dan Mu'awiyah sangat faqih, bukannya pemerintah yang tak jelas, penuh korup," ujarnya. "Apalagi, ini (hilal) sudah ada yang lihat. Berdosa saja pemerintah mengabaikan hal itu," imbuhnya.
Dalam sidang itsbat ini, jelas, memang tampak janggal. Janggalnya, 2 ormas Islam yang melaporkan Tim Cakung dan Cilincing telah melihat hilal, dengan posisi 3,5 dan 4 derajat selama kurang lebih 4 menit, sama sekali tak disinggung atau direspon oleh Menteri Agama.
Menteri Agama menutup sidang dan menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2012. Sama sekali mengabaikan Tim yang sudah melihat hilal.
Malah wakil dari NU menyepelekan mereka yang sudah melihat hilal dan mempertanyakan kenapa ada dari hakim pengadilan agama setempat yang berani mengambil sumpah.
Bagaimana ini bisa terjadi di dalam sidang itsbat yang terhormat itu? Nabi saja, meskipun yang mengaku melihat hilal adalah seorang badui, tapi dengan bijak dan seksama mendengar dan merespon, lalu menerima dan memutuskan untuk shaum atau beridul fitri esoknya.
Karenanya, jika pemerintah (Kementerian Agama) menolak kesaksian Tim yang sudah jelas-jelas melihat hilal–dan disumpah pula oleh Hakim Pengadilan Agama Kementerian Agama setempat–apakah artinya Kementerian Agama dan sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama itu lebih hebat dari Nabi?
(salam-online.com/arrahmah.com)
Bilal
Kamis, 19 Juli 2012 19:15:44
JAKARTA (Arrahmah.com) - Tim rukyatul hilal
perwakilan dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut Tahrir
Indonesia, Front Pembela Islam (FPI), dan Al Husniyah telah melihat
hilal di pos pemantauan Cakung pada pukul 17.58.Kamis, 19 Juli 2012 19:15:44
"Telah diambil sumpah empat orang oleh pengadilan Agama Jakarta Timur," kata Ustadz Abu Jibriel mewakili tim rukyatul hilal MMI.
Hilal dikabarkan terlihat di ketinggian 3,5 derajat. Untuk itu, Arrahmah.com yang mendasarkan pada pandangan bahwa awal Ramadhan harus menggunakan rukyatul hilal, mengabarkan kepada kaum Muslimin bahwa 1 Ramadhan 1433 Hijriah jatuh pada hari Jumat (20/7/2012).
Sementara itu, kabar dari pos pemantauan Solo yang dihadiri oleh berbagai ormas Islam menyatakan hilal sulit untuk dilihat.
"Penyebab utama tidak bisa melihat hilal karena terhalang awan tebal. Namun demikian secara perhitungan posisi bulan masih berada pada ketinggian 1,5 derajat, jadi kemungkinan memang belum bisa dilihat," ujar petugas Observatorium PPMI Assalam, AR Sugeng Riyadi.
Data Lajniyah Al-Husniyah Rukyatul Hilal Awal Ramadhan menyatakan saksi-saksi tersebut di antaranya Afriano, H. Muhammad Labib, S.pd.I (28 tahun), Nabil, SS (25 tahun). Data tersebut ditandatangani oleh sekretaris Tim Lajnah oleh H. Lukmanul Hakim, MM.
Sedangkan, sidang itsbat sendiri baru dimulai dan berlangsung di Kementerian Agama RI Jl. MH Thamrin. Sidang sendiri dimulai setelah sholat magrib dan makan malam. Insya Allah akan dikabari kembali dinamika pada persidangan istbat penentuan awal Ramadhan. (bilal/arrahmah.com)
Profesor yang di "..." tadi malam, ternyata tidak selamanya benar,..
ia meremehkan ormas2 islam yang meru'yat hilal.. dan tidak menerima hasil ru'yatnya..
Abu Hanifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar