"Seandainya
Khilafah ada, maka kita tidak hanya menangis saat berdoa di malam
lailatul Qadar yang sepi, sementara kita membiarkan tangis pilu jutaan
anak yatim, para wanita tua yang kehilangan sanak saudaranya akibat
kebuasan penjajah serta
kaum muslim yang sampai saat ini masih didzalimi bahkan dibunuh dengan sadisnya."
RAMADHAN DI MASA RASULULLAH S.A.W. & KHILAFAH
Realitas Ramadhan Di Masa Nabi SAW
Realitas bulan suci Ramadhan di masa Nabi SAW dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Bulan Ramadhan tahun ke 2 Hijriyyah, Nabi SAW dan para shahabat
untuk pertama kali melaksanakan kewajiban puasa fardlu di bulan suci
Ramadhan. Pada tahun yang sama, Nabi SAW dan kaum Muslim menunaikan
zakat fitrah dan mengerjakan sholat Iedul Fitri untuk yang pertama kali.
2. Suasana Ramadhan di masa Nabi SAW dipenuhi suasana ibadah,
perjuangan, dan taqarrub kepada Allah SWT. Nabi SAW mendorong kaum
Muslim untuk meningkatkan ibadah dan mengisi bulan itu dengan
memperbanyak amal kebajikan. Pasalnya, syahr ash-shiyaam adalah bulan
dimana Allah SWT melipatgandakan pahala ibadah dan amal kebajikan kaum
Muslim.
3. Tidak hanya memperbanyak mengerjakan ibadah-ibadah
mahdlah saja, seperti sholat tarawih, membaca Al Quran, sedekah, dzikir,
dan lain-lain, namun, bulan suci Ramadhan di masa Nabi SAW juga diisi
dengan aktivitas jihad untuk memerangi orang-orang kafir. Tanggal 17
Ramadhan 2 Hijriyah, Nabi SAW dan para shahabat berperang melawan
pasukan Quraisy di Badar (Perang Badar al-Kubra). Peperangan ini
berhasil dimenangkan secara gemilang oleh kaum Muslim. Pada tanggal 10
Ramadhan 8 Hijriyah, beliau SAW dan para shahabat menaklukkan kota
Mekah.
Tradisi Ramadhan di masa Rasulullah SAW terus dipelihara dan dilanjutkan hingga generas-generasi berikutnya.
Realitas Puasa Di Masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa Khulafaur Rasyidin, suasana Ramadhan tidak ubahnya dengan
suasana Ramadhan di era Nabi SAW. Namun, wilayah kekuasaan Islam semakin
meluas dan jumlah kaum Muslim semakin bertambah banyak. Suasana
Ramadhan pun semakin marak dan pengaruhnya semakin menyebar ke seluruh
penjuru dunia. Realitas di bawah ini setidaknya bisa menggambarkan
suasana Ramadhan di masa Khulafaur Rasyidin.
1. Setiap akhir
bulan Sya’ban dan Ramadhan, para shahabat memantau hilal untuk memulai
dan mengakhiri puasa Ramadhan sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW.
[HR. Imam Abu Dawud]
2. Memulai dan mengakhiri puasa secara
serentak pada hari yang sama untuk wilayah-wilayah dekat. Sedangkan
untuk wilayah yang jauh dibiarkan mengawali dan mengakhiri puasa sama
dengan pusat kota, dikarenakan adanya kesulitan dalam mendistribusikan
informasi rukyat. [Kasyf al-Ghammah 'An Jamii' al-Ummah, juz 1/250]
3. Para Khalifah berkhuthbah di hadapan masyarakat pada malam pertama
bulan Ramadhan. Jika malam pertama bulan Ramadhan telah masuk, Khalifah
Umar bin Khaththab ra segera sholat Maghrib dan berkhuthbah di hadapan
masyarakat. [Mushannaf 'Abdur Razaq, juz 4/264]
4. Pada masa
Umar bin Khaththab, kaum Muslim menyelenggarakan sholat tarwih di masjid
secara berjama’ah dipimpin oleh seorang imam. Beliau juga mengirim
surat kepada para wali agar mereka menyelenggarakan sholat tarwih secara
berjama’ah di masjid. [Imam Nawawiy, al-Majmuu', juz 3/527]. Adapun
pada masa Nabi SAW dan Abu Bakar ra, kaum Muslim mengerjakan sholat
tarwih secara beragam, ada yang sendirian dan ada pula yang berjama’ah.
5. Umar bin Khaththab ra menyalakan pelita di masjid sepanjang malam
pada bulan Ramadhan. [Imam Suyuthiy, Tarikh al-Khulafaa`, hal. 128]
6. Para khalifah dan kaum Muslim menyediakan makanan untuk berbuka
puasa bagi shaa`imuun. Tidak hanya itu saja, mereka juga memperbanyak
sedekah di bulan Ramadhan. Umar bin Khaththab ra membangun sebuah rumah
untuk tamu, orang yang kehabisan bekal di jalan, serta orang-orang yang
membutuhkan. [Majalah al-Khilafah al-Islaamiyyah, hal. 7]
7.
Mengkhatamkan al-Quran. Di bulan Ramadhan, para shahabat dan sebagian
tabi’un mengkhatamkan al-Quran, selepas Isya’ hingga 1/4 malam. Dalam
sehari mereka bisa mengkhatamkan al-Quran sekali atau dua kali. Utsman
bin ‘Affan, Tamim ad Dariy, dan Sa’id bin Jabir mengkhatamkan al-Quran
dalam waktu satu hari satu malam. Mujahid mengkhatamkan al-Quran antara
waktu Maghrib dan Isya’, setiap malam bulan Ramadhan. Manshur bin Zadan
mengkhatamkan al-Quran dari Dzuhur hingga Ashar, dan pada bulan Ramadhan
beliau mengkhatamkan al-Quran antara Maghrib dan Isya’ sebanyak dua
kali. [Imam Nawawiy, At Tibyan fi Adab Hamlat al-Quran, hal. 47-48]
8. Berburu lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sejak masa
Nabi SAW hingga sekarang, tradisi berburu lailatul qadar dengan cara
i’tikaf di dalam masjid, dan memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada
Allah terus berlangsung dan terjaga. [Al-Mudawwanah al-Kubra, juz 1/237]
9. Mengeluarkan zakat fithrah dan menghidupkan malam Iedul Fitri. Pada
masa Nabi SAW dan Khulafur Rasyidin, kaum Muslim mengeluarkan zakat
fithrah pada pagi hari sebelum dilaksanakannya sholat Iedul Fitri.
10. Melaksanakan sholat Iedul Fitri di tempat tertentu. Pada masa Nabi
SAW dan khulafur rasyidin, sholat Iedul Fitri dilaksanakan di lapangan
terbuka di depan pintu masuk kota Madinah sebelah timur. Mereka tidak
menyelenggarakan sholat Iedul Fitri di dalam masjid. Namun, pada masa
Umar bin Khaththab ra, kaum Muslim sholat Iedul Fitri di dalam masjid di
karenakan hujan. [Sunan Baihaqiy, juz 3/310]
11. Kaum Muslim
bersuka ria dan mengisi Iedul Fitri dengan aneka ragam permainan dan
nyanyian yang mubah. [Ibnu Hazm, Al-Muhalla, juz 5/81]
Inilah
realitas Ramadhan di masa Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin. Dalam
beberapa aspek, suasana Ramadhan di era Nabi dan Khulafaur Rasyidin
masih bisa dijumpai dan dijaga hingga sekarang.
Namun, ada
perbedaan penting Ramadhan sekarang dengan Ramadhan sebelum keruntuhan
Khilafah Islamiyyah tahun 1924 Masehi. Sebelum tahun 1924 Masehi, kaum
Muslim menjalankan ibadah puasa di bawah naungan Khilafah Islamiyyah dan
kepemimpinan para khalifah yang memiliki komitmen kuat untuk menjaga
Islam dan kaum Muslim. Adapun sekarang, kaum Muslim harus melalui bulan
Ramadhan di bawah naungan pemerintahan kufur dan pemimpin-pemimpin jahat
yang mengatur urusan mereka dengan hukum-hukum kufur. Bahkan
pemimpin-pemimpin itu rela menyerahkan harta dan nyawa kaum Muslim
kepada musuh Islam dan kaum Muslim.
Semoga Ramadhan kali ini
mampu mengubah yang buruk menjadi baik, dan mengubah yang baik menjadi
lebih baik atas ijin Allah SWT. Serta atas izin dan pertolongan
dari-Nya, Khilafah akan segera tegak untuk menerapkan Syariah Islam
secara kaffah di muka bumi yang dengan itu maka izzul Islam wal muslimin
serta iffahnya akan terjamin dan terpelihara. Wallahu a’lam bi
ash-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar