Kedubes AS di Jakarta telah mengumumkan rencana pembangunan gedung kedubesnya di jalan Merdeka Selatan Jakarta Pusat. Dalam news yang dilansir oleh Kedubes AS di Jakarta berjudul “AS Tunjukan Komitmen Memperkuat Hubungan Dengan RI Melalui Pembangunan Gedung Kedubes Baru” pada 6 Juli 2012 (lihat, http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/prid_06072012.html) disebutkan, “Sebagai salah satu simbol komitmen Amerika kepada Kemitraan Komprehensif dengan Indonesia, Duta Besar AS Scot Marciel hari ini memaparkan rencana pembangunan Kedutaan Besar AS yang baru kepada para wartawan. Gedung Kedutaan Besar ini sendiri akan tetap berada di lokasinya yang sekarang, yaitu di Jalan Medan Merdeka Selatan. Hal ini sebagai bagian dari keinginan Amerika Serikat untuk tetap melestarikan dan meningkatkan kedekatannya dengan kawasan alun-alun kota yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi ini. Proyek senilai $450 juta ini juga akan membuka lapangan perkerjaan baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Proses pembangunan ini direncanakan akan berlangsung selama lima tahun dan akan melibatkan lebih dari 5.000 pekerja dari Indonesia. Proyek ini dijadwalkan rampung tahun 2017.”
Juga disebutkan, “Kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan ini akan digunakan oleh para staf Kedutaan Besar AS dan Misi AS untuk ASEAN dengan ruang kerja seluas 36.000 meter persegi. Rencana gedung ini akan meliputi gedung utama dengan 10 lantai, gedung parkir, gedung-gedung penunjang, ruang tunggu konsuler, tiga pintu gerbang dan restorasi sebuah gedung bersejarah di kompleks ini.”
Dalam pengumuman itu, pihak keduse AS sengaja mengekspos aspek yang mencerminkan “keindonesiaan” dan keunggulan teknlogi dan ramah lingkungan. Direktur Proyek Pembangunan Tamela Simpson mengatakan, “Selain menggunakan teknologi mutakhir, gedung kedutaan yang baru nanti juga akan mendapat sentuhan rancangan tekstil tradisional khas Indonesia”.
“Kami akan menggunakan dinding kaca sebagai pengganti dinding batu. Selain itu kami akan menerapkan teknik konstruksi hijau berupa penadahan air hujan, area taman hujan (bio-retention), panel surya, serta lapisan pelindung matahari”. Ia menambahkan, “Selain untuk menyesuaikan diri dengan iklim tropis Indonesia, hal ini juga merupakan bentuk penyesuaian dengan keadaan Jakarta saat musim penghujan. Selain itu, mereka juga mengaplikasikan sentuhan budaya Indonesia dalam corak anyaman bambu dan motif kain batik dalam gedung baru nanti.”
Ia menambahkan bahwa Gedung baru Kedubes AS akan menggunakan dinding kaca guna menggantikan dinding batu yang menjadi ciri khas bangunan Kedutaan Besar AS. Selain itu, gedung baru itu akan dilengkapi dengan teknologi lapisan pelindung matahari, penadah air hujan, area taman hujan (bio-retention), pelapis jalan berpori dan panel tenaga surya.
Waspadai Penyesatan Politik
Dalam hal ini kita tidak boleh terpedaya dengan tampilan gedung nantinya yang berakses batik, kayu, dan lainnya yang mengesankan keindonesiaan. Ditonjolkannya hal itu dalam news yang dikeluarkan bukanlah tanpa tujuan. Hal itu hanyalah sebagai penyesatan politik untuk menggiring persepsi ke arah yang diinginkan dan sebaliknya menjauhkan persepsi masyarakat dari persepsi yang tidak diinginkan. Sebab corak, warna atau tampilan luar gedung itu, bahkan jika bergambar badut sekalipun, sebenarnya tidak ada huhungannya sama sekali dengan fungsi dan keberadaan gedung itu sendiri. Disamping itu, tampilan luar seperti itu tidak akan bisa merubah wajah asli dari pemakainya. Justru seringkali penampilan luar digunakan untuk mengecoh. Seorang pembunuh berdarah dingin meski memakai jas, berdasi, dengan tatanan rambut yang rapi, semerbak aroma parfum menyebar dari dirinya disertai wajah yang tersenyum, tetap tidak merubah hakikat bahwa dirinya seorang pembunuh berdarah dingin. Sama halnya saat ini banyak koruptor bahkan psikopat yang ketika tertangkap dan disidang berpenampilan yang perempuan menggunakan kerudung dan bercadar dan yang laki-laki memakai baju koko dan berpeci atau memakai stelan jas berdasi dan sangat rapi, tetap saja dia adalah seorang koruptor atau pembunuh. Justru penampilan itu sengaja dipilih agar orang yang melihatnya terkecoh dengan jati dirinya. Jadi sekali lagi jangan sampai kita bisa dikelabuhi oleh penggunaan corak batik dan corak “keindonesiaan” lainnya itu. Meski semua itu kedubes AS itu tetap saja menjadi representasi negara penjajah yang membunuh puluhan ribu kaum muslimin dan meramok kekayaan mereka, tidak terkecuali kekayaan negeri ini.
Sama halnya kita pun tidak boleh terkecoh dengan dinyatakannya gedung itu nantinya akan menjadi gedung yang ramah lingkungan dan “hijau”. Sebab meski begitu tetap tidak merubah bahwa AS adalah negara penyumbang emisi terbesar selain Cina. Juga tidak merubah bahwa AS adalah satu-satunya negara yang melepaskan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Juga tidak merubah bahwa AS termasuk perusahaan-perusahaannya merupakan salah satu negara yang paling banyak menyebabkan kerusakan di muka bumi.
Menguntungkan Negeri ini?
Pembangunan gedung kedubes AS di Jakarta itu harus diwaspadai. Pembangunan itu bisa saja menjadi alarm makin kuatnya cengkeraman AS atas negeri ini dan ASEAN. Pembangunan kedubes AS juga memberi sinyal akan makin banyaknya “misi” AS di negeri ini dan di kawasan ASEAN. Pasalnya, mengingat seperti berita yang direlease oleh kedubes AS sendiri, gedung itu nantinya juga untuk menampung misi AS untuk ASEAN.
Pembangunan kedubes AS itu dikesankan seolah-olah “friendly” dan menguntungkan Indonesia sebab pembangunannya yang akan selesai tahun 2017 itu akan mempekerjakan 5000 tenaga kerja dari Indonesia. Kalaupun itu bisa dianggap keuntungan bagi Indonesia, maka itu hanya sesaat dan sangat kecil jika dibandingkan dnegan kerugian dan ancaman ke depan yang harus dihadapi negeri ini. Disamping belum tentu mitivasi penggunaan tenaga kerja Indonesia itu adalah untuk kepentingan Indonesia. Bisa jadi motivasinya adalah untuk efisiensi dengan mendapatkan tenaga kerja murah dibandingkan jika harus dikerjakan oleh tenaga kerja dari AS sendiri atau tenaga kerja asing.
Yang jelas, pembangunan kedubes AS di Jakarta akan merugikan negeri ini. Sejak pertama terlihat jelas merugikan sejarah negeri ini. Yaitu dengan dipindahkannya gedung Syahrir yang dahulu menjadi kantor Syahrir saat menjadi perdana menteri. Meski katanya tidak dihancurkan dan akan dipindah, tetap saja itu merugikan sejarah historis atas negeri ini. Sebab, sejarah itu bukan hanya berkaitan dengan fisik gedungnya, tetapi juga berkaitan dengan lokasinya. Gedung proklamasi misalnya, jika dipindahkan lokasinya, apakah tetap bisa disebut gedung proklamasi? Yang jelas dengan dipindah lokasinya, meski fisik gedungnya tidak berubah, separo dari aspek kesejaharannya telah hilang.
Memperkokoh Intervensi dan Penjajahan, Harus Diwaspadai
Fungsi utama dari setiap Kedubes AS
adalah untuk melayani kepentingan pemerintah Amerika. Fungsi kedua
adalah untuk melayani kepentingan warga Amerika (tetapi pemerintah
selalu yang pertama). Terhadap warganya dan warga negara dimana
kedutaan itu berada, Kedutaan berperan: memberikan dokumen, paspor,
visa, dengan preferensi diberikan kepada warga negara AS. Kedutaan
menerima sejulmah pendapatan atas pelayanan yang diberikan dan itu
bisa membantu untuk menutupi biaya mengelola kedutaan AS di seluruh
dunia yang cukup mahal. Kedutaan juga berperann memeriksa niat jujur
dari orang yang berkunjung ke AS, untuk melindungi Amerika dengan
menutup akses masuk ke AS bagi penjahat dan teroris.
Selain itu, fungsi penting juag mengumpulkan berbagai informasi apapun yang mungkin berguna bagi pemerintahnya, terutama informasi terkait negara dimana kedutaan itu berada. Jadi kedutaan AS di manapun juga menjalankan fungsi intelijen. Bahkan fungis ini termasuk salah satu fungsi utama. Sejumlah kawat diplomatik yang dibongkar oleh wikileaks berisi tentang berbagai informasi tentang neagra tuan rumah termasuk kawat diplomatik dari kedubes dan konsul AS di Indonesia hanya menegaskan berjalannya fungsi itu. Karena itu, kedubes AS sebenarnya juga menjadi “markas” intelijen AS di setiap negara tuan rumah.
Kedutaan juga berfungsi memelihara hubungan dengan negara tuan rumah dan pihak-pihak di negara itu terutama penguasa, militer, pengusaha, intelektual dan sebagainya. Kedutaan AS itu dipimpin oleh seorang duta besar yang mewakili pemerintah Amerika dan menyarankan keinginan AS kepada pemerintah negara tuan rumah di mana kedutaan itu berada, tentu saja tak terkecuali kepada pemerintah negeri ini. Terhadap negara-negara bisa dikategorikan sebagia pengikut AS, keberadaan dubes dan kedubes AS seolah-olah seperti “gubernur jenderal” dan kantornya yang ditempatkan di negara jajahan. Selama ini banyak berita dan isu berseliweran betapa kuat berpengaruhnya kedubes AS termasuk di negeri ini terhadap pemerintah negara tuan rumah.
Agar dubes bisa memberika pelayanan terbaik bagi kepentingan AS, maka seorang dubes AS harus tetap dan terus diberi informasi lengkap tentang rahasia dan kebijakan pemerintah AS secara terup-date terus menerus. Hal itu dicapai menggunakan komunikasi yang tersandikan dan menggunakan jalur diplomatik yang aman.
Kedutaan besar seperti miniatur bangsa (sebagai representasiya), dan harus sepenuhnya berfungsi. Kedutaan trutama kedutaan AS memiliki ‘tentara’ sendiri (bagian keamanan), bagian ekonomi/pemasaran, biro perjalanan, dll.
Sebagai miniatur bangsa, area yang ada di dalam area kedutaan secara konvensi dianggap sebagia wilayah negara tersebut. Di dalamnya berlaku kedaulatan hukum negara itu dan tidak (speenuhnya) tunduk kepada yurisdiksi hukum negara tuan rumah. Staf diplomatik memiliki kekebalan hukum di negara tuan rumah. Kiriman-kiriman berstempel diplomatik juga memiliki kekebalan hukum sehingga tidak melalui pengecekan kepabeanan.
Jadi kedutaan AS itu di manapun yang pasti juga menjalankan peran intelijen. Tak jarang juga menjalankan peran intervensi dan kontrol. Dubes AS bisa jadi tak ubahnya seorang gubernur jenderal yang seara riil mengontrol dan memerintah negeri dimana dia ditugaskan. Karena itu makin besar kedutaan itu hanya menjadi sinyal makin besarnya semua peran dan fungsi itu dijalankan terhadap negara tuan rumah.
Belajar Dari Kedubes AS di Irak dan Pakistan
Gedung kedubes AS di Jakarta, pembangunannya direncanakan menghabiskan dana USD 450 juta (sekitar Rp 4,2 triliun). Gedung utamanya nantinya akan memiliki luas 36.000 meter persegi atau 3,6 ha. Bangunan sebesar itu tentu bisa menampung ribuan personel. Dengan ukuran sebesar itu, nanti kedubes AS di Jakarta akan menjadi kedubes AS terbesar ketiga di dunia setelah kedubes AS di Irak dan Pakistan.
Kedubes AS di Irak
Kedubes AS di Irak berada di jantung kota Baghdad, dibuka pada Januari 2009 menempati area seluas 104 acre atau sekitar 42,087 ha. Luas itu sama dengan enam kali laus gedung PBB di New York, 80 kali luas lapangan bola, hampir setengah luas Kebun Raya Bogor dan hampir sama luasnya dengan kota Vatikan.
Kedubes yang dibangun oleh kontraktor asal Kuwait, First Kuwaiti Trading & Contracting, menelan biaya sekitar USD 750 juta - USD 1 miliar. Kompleks yang ada di tepian sungai Tigris itu terdiri dari 21 bangunan lengkap layaknya sebuah kota kecil, memiliki pasukan pertahanan, memiliki sumber tenaga dan air sendiri, dilengkapi berbagai sarana termasuk saran kesehatan, tempat belanja, gym, theater, pub, sarana olah raga, sampai kolam renang standar olimpiade.
Kompleks sebesar itu bisa menampung 16.000 personel baik sipil maupun militer. Di daamnya sebanyak 2000 orang diplomat berkantor. Juga didukung oleh ribuan marinir, dan personel sipil. Sejak proses pembangunannya sudah melibatkan militer dan FBI. Juru Bicara Departemen Justin Higgins pada saat pembangunannya mencatat bahwa sejumlah besar non diplomat bekerja dalam misi pembangunan -ratusan personel militer, lusinan agen FBI, disamping perwakilan dari Departemen Pertanian, Perdagangan dan departmen AS lainnya.
Dalam laporan Komisi Hubungan Luar Negeri Senat AS disebutkan, bahwa kedubes AS di Baghdad akan memiliki sumur air, pembangkit listrik dan fasilitas pengolahan limbah. Sistem akan 100 persen mandiri dalam hal fasilitas kota. Dalam hal keamanan disebutkan, bahwa keamanan akan dijaga oleh marinir AS, dengan perimeter area tidak bisa kembali, dengan struktur yang 2,5 kali standar, lima pntu masuk berkeamanan tinggi ditambah pintu masuk dan pintu keluar darurat (The Associated Press, 14 April 2006). Pada Februari 2012, akibat tekanan defisit, pemerintah AS memangka sjumlah personel di kedubes AS di Baghdad menjadi sekitar setengahnya saja.
Kedubes AS di Pakistan
Kedubes AS di Pakistan berada di jantung kota Islamabad. Mulai dibangun tahun 2009 menempati area seluas 7,2 ha. Direncanakan pembangunannya menghabiskan biaya USD 1 miliar. Kedubes AS di Pakistan ini akan menjadi kedubes AS terbesar kedua setelah kedubes AS di Irak.
Kedubes bisa akan bisa menampung ribuan personel. Pada tahun 2009, AS menambah 1000 orang personel sebagai tambahan terhadap 750 personel yang sudah ada. Asia The Dawn harian berbahasa Inggris di Pakistan menyebutkan bahwa, “apa yang kellihatan untuk lebih diwaspadai adalah staff tambahan itu mencakup 350 orang marinir AS. Disamping itu, Pejabat Amerika menekan Islamabad untukmengijinkan import ratusan kendaraan tempur pengangkut pasukan milik Dyncorp -kontraktor keamanan AS-. (http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KH04Df03.html). Dengan deskripsi seperti itu tak heran Asia Times menyebut kedubes AS di Pakistan tiu layaknya pangkalan militer dalam bentuk kedubes.
Hal itu makin diperkuat dengan laporan Xinhua yang mengutip The Nation (6/6/2010) bahwa sejumlah barang mencurigakan termasuk jaket antipeluru, helm, dan sejumlah senjata milik Kedutaan Besar AS di Pakistan disita oleh kepolisian di Islamabad. Petugas kepolisian Islamabad pada hari Sabtu mencegat kendaraan Shezore yang mencurigakan di pos pengawasan Zero Point. Kendaraan tersebut membawa barang-barang kargo yang terdiri dari 35 peti M-16, 13 peti senapan 9 mm, beberapa kantong pistol, kompas, radio, peta, pisau, dan barang-barang militer lainnya. Berdasarkan hasil investigasi, senjata-senjata tersebut akan dikirimkan ke Kedutaan Besar AS.
Melihat kedua kedubes AS terbesar itu ternyata keduanya juga dijadikan “makas” militer AS. Maka gedung kedubes yang akan dibangun nanti dengan luas bangunan utama 3,6 ha itu yang jelas akan berfungsi sebagai “markas” intelijen yang mengumpulkan berbaga informasi yang berguna bagi kepentingan AS. Selain itu, bukan mustahil pula akan menjadi semacam “markas” kecil militer AS. Hal itu mungkin saja, tanpa melihat seberapa besar kemungkinannya. Apalagi untuk memasukkan peralatan yang diperlukan bisa berlindung pada stempel diplomatik sehingga tidak perlu ribet melalui pemeriksaan kepabeanan.
Membendung Pengaruh Cina dan Menangkal Kebangkitan Islam
Pembangunan gedung kedubes AS itu tidak bisa dilepaskan dari strategi AS di kawasan Asia Pasifik. Diantara tujuan strategi itu adalah untuk membendung pengaruh Cina. Selain tiu tidak bisa dinafikan juga untuk menangkal kebangkitan Islam di kawasan. Sebab dalam laporan NIC (National Intelijent Council) tampilnya Cina sebagai kekuatan minimal regional dan bangkitnya Khilafah diperhitungkan sebagai kemungkinan yang bisa terjadi dimasa datang. Dan keduanya tentu saja akan berpengaruh terhadao pengaruh dan kepentingan AS secara global dan regional Asia Pasifik. Karena itu AS harus bersiap menangkal kemunculannya.
Dalam release yang dkeluarkan, gedung baru kedubes AS di Jakarta itu nantinya selain menampung personel kedubes, juga akan menampung misi AS untuk ASEAN. Hal itu juga sesuai dengan strategi baru AS untuk kawasan Asia Pasifik yang telah diumumkan oleh Obama pada 6 Januari 2012 lalu. Diantara strategi baru itu adalah mengkonsentrasikan kekuatan militer AS di kawasan Asia Pasifik dan seputar samudera Hindia dan kawasan Teluk. Untuk itu kekuatan militer AS di Atlantik dan Eropa akan digeser ke Asia Pasifik. Strategi baru itu juga mencakup pembentukan dan penguatan aliansi baik ekonomi maupun militer dengan negara-negara Asia Pasifik. Diantara yang menjadi prioritas adalah pembentukan Trans Pacifik Partnership dan keikutsertaan AS dalam ASEAN Partnership. Untuk itu keberadaan gedung baru kedubes nanti sangat relevan. Disamping itu, strategi baru itu juga mencakup penyebaran militer AS bukan dalam bentuk pangkalan militer besar tetapi dalam bentuk satuan-satuan kecil yang mudah dimobilisasi. Penempatan 2500 marinir di Darwin Australia dan setidaknya dua kapal perang yang akan di parkir di Singapura sangat mungkin termasuk strategi ini. Tidak mustahil pula fasilitas kedubes baru nanti akan bisa difungsikan semacam itu, setidaknya menjadi pendukung yakni menjadi “markas” intelijen untuk kawasan.
Harus Ditolak
Melihat semua itu, maka keberadaan gedung baru kedubes AS nanti tidak mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negeri ini. Sebaliknya, justru akan memperdalam intervensi dan mengokohkan penjajahan AS. Pembangunan gedung kedubes AS yang baru itu harus ditolak. Selain itu fakta bahwa AS secara riil menjadi negara meuhariban fi’lan yang memerangi kaum muslim masih terus berlangsung, seperti di Pakistan, Afganistan, Irak, Yaman, dll. Kenyataan itu mempertegas sikap syar’I yang seharusnya ditunjukkan oleh kaum musimin yaitu menolak pembangunan gedung baru kedubes AS di jantung Jakarta itu. Wallâh a’lam bi ash-shawâb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar